KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Malaikat Hati Sang CEO (Bab 15)

    Malaikat Hati Sang CEO (Bab 15)

    BY 18 Sep 2024 Dilihat: 276 kali
    Malaikat Hati Sang CEO_alineaku

    Bab 15   Perjalanan Impian

    Keesokan paginya, Anita sudah selesai menunaikan kewajibanya. Ia segera berkemas. Koper yang akan mereka bawa sudah siap sejak kemarin. 

    Koper Anita, yang semua isinya dibelikan oleh Marchel, sebab ia hanya mengambil celana jeans, kaos oblong dan blouse dari rumah Mama.

    Marchel membeli semua keperluan Anita, termasuk make up dan alat-alat rias. Selama ini, Anita hanya punya bedak dan lipstik saja.

    Marchel membeli lengkap dengan perawatan diri juga. Anita sendiri bingung bagaimana cara menggunakannya.

    Marchel juga sudah bangun, tetapi Adi masih tertidur lelap. Andi datang dan mengambil koper-koper mereka. Setelah Marchel dan Anita keluar kamar, Indah masuk ke kamar Marchel untuk membangunkan Adi.

    Melihat Marchel dan Anita hendak pergi, Adi menangis kencang dan meminta Marchel agar tidak pergi meninggalkan dirinya. Anita mengerutkan keningnya.

    Kok bisa pas sekali anak kecil itu menangis saat dia dan Marchel berpamitan untuk pergi bulan madu. Padahal dari kemarin dia baik-baik saja.

    Anita memandang ke arah Indah yang memegangi badan Adi agar tidak lari pada Marchel.

    “Kamu mau hadiah apa kalau Papa pulang nanti?”

    “Nggak mau! Adi mau Papa! Adi ikut Papa!”

    Marchel memerintahkan salah satu pelayan di rumahnya untuk membawa Adi masuk rumah. Setelah Adi dibawa masuk rumah dengan perlawanan sengit. Marchel dan Anita berpamitan.

    “Bawa kabar bahagia saat pulang nanti.” pesan Mama yang membuat pipi Anita memerah. Orang tua Anita sudah menunggu di bandara, mereka ingin mengantarkan putrinya sampai bandara.

    Anita bisa melihat wajah Nenek dan Indah terlihat tidak suka dengan kepergiannya bersama Marchel. Tapi, semua itu kehendak Marchel dan Ayah Marchel yang membelikan tiketnya.

    Akhirnya mereka berangkat ke bandara dengan diantarkan dengan tatapan berbeda dari tiga orang yang ada di depan rumah.

    Anita melihat ke arah Marchel. Suaminya itu tampak tenang dan seperti tidak terganggu dengan kejadian tadi. 

    Anita pun menjadi tenang. Awalnya, dia sudah khawatir kalau mereka tidak jadi berangkat, sebab Ayah dan Ibunya sedang menunggu mereka di bandara.

    Benar saja, Ayah dan Ibu sudah ada di ruang tunggu bandara. Anita memeluk mereka dan berpamitan.

    “Hati-hati di sana, jangan jauh-jauh dari suamimu. Kalau mau pergi jangan sendiri, ya.” Pesan sang Ayah yang khawatir sebab ini adalah perjalanan pertama Anita keluar negeri.

    “ Iya, Pa.”

    “ Jaga dirimu baik-baik. Layani suamimu dengan baik.”

    “ Iya, Ma.”

    Marchel pun berpamitan, semua koper mereka sudah diurus oleh Andi. Keduanya tinggal memasuki pesawat saja. 

    Dengan berlinang air mata dan melambaikan tangannya, Anita berjalan di samping Marchel untuk bertolak ke Paris.

    Anita tahu jika perjalanan bulan madu mereka kali ini sekalian dengan urusan bisnis Ayah Marchel. Tapi dia tidak keberatan sebab Marchel sudah berjanji padanya untuk mengajaknya ke tempat-tempat yang diinginkannya.

    Mereka sampai di salah satu hotel terbaik di Paris. Ayah Marchel memesankan mereka kamar yang menghadap langsung ke menara Eiffel. Tentu saja Anita sangat senang sekali sebab hal ini sesuai dengan keinginannya sejak lama.

    Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan ber-selfie ria dengan latar belakang menara Eiffel. Marchel hanya tersenyum melihat tingkah sang istri.

    Anita memang wanita yang apa adanya. Dia tidak akan menutupi perasaannya. Jika dia sedang senang ataupun sedih, semua akan jelas tergambar dari raut wajahnya.

    Setelah beberapa hari mengenal Anita, Marchel menjadi tahu kapan Anita marah dan kapan dia merasa senang.

    “Aku atau kamu dulu yang mau mandi? Atau kamu mau kita mandi bersama?” Marchel menggoda Anita yang dijawab dengan muka bengong, membuat Marchel tertawa karenanya.

    Selesai mandi, mereka menuju ke restoran yang ada di hotel tersebut. Saat mereka makan, datang seorang laki-laki yang akan menjadi pemandu wisata bagi mereka berdua.

    Marchel sudah menjelaskan kepada Anita kalau laki-laki yang bernama Jack itu akan mengantarkan kemana saja Anita mau saat Marchel mengurus bisnis Ayahnya. 

    Tapi jika Marchel ada waktu luang, maka ia akan menyempatkan waktu untuk pergi bersama Anita. Mereka berdiskusi tentang tempat-tempat mana saja yang akan mereka kunjungi.

    “Seminggu ini, kamu bisa pergi bersama Jack sebab seminggu ini aku akan fokus pada pekerjaan. Semakin cepat aku ke kantor, semakin cepat urusanku selesai.”

    “Baiklah. Tapi, aku mau sekarang kita ke Eiffel mumpung kamu belum sibuk.” bujuk Anita, karena dia sudah sangat ingin ke bangunan itu.

    “Apa kamu tidak capek?” tanya Marchel.

    “Tidak. Apa kamu capek?”

    “Tidak.”

    Tentu saja Marchel tidak ingin mengecewakan Anita. Sebenarnya, jika boleh memilih, dia ingin sekali istirahat sebab besok pagi dia harus bekerja. Namun, demi istrinya tercinta ia rela mengesampingkan keinginannya.

    “Bagaimana kalau kita berangkat sekarang?”

    “Baiklah.”

    Bersambung……….

     

     

    Kreator : Sabrina Rahmawati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 15)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021