KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Malaikat Hati Sang CEO (Bab 17)

    Malaikat Hati Sang CEO (Bab 17)

    BY 21 Sep 2024 Dilihat: 86 kali
    Malaikat Hati Sang CEO_alineaku

    Bab 17  Cemburu?

    Okay, mungkin itu budaya Barat yang sudah sering kamu lakukan, tapi aku benar-benar tidak bisa menerimanya.”

    Marchel menjadi paham apa yang dimaksud Anita dengan mengatakan temannya tadi murahan.

    Marchel mencoba menggoda Anita yang terlihat tidak senang dengan pertemuan tadi.

    “ Apa kamu cemburu?” tanya Marchel sambil tersenyum. Anita menoleh dan  memandang Marchel.

    “Tidak hanya saja aku tidak suka dengan apa yang dilakukannya.”

    “Hal seperti itu biasa di sini dan di negara-negara Eropa lainnya. Jadi, kamu harus membiasakan diri. Kalau kamu tidak bisa menerima, yang ada kamu akan sakit hati sendiri.”

    “Ya mana ada seorang wanita yang diam saja saat suaminya main cium cewek lain, di depan matanya pula!” jawab Anita kesal, lebih kesal lagi karena Marchel cengar-cengir menggodanya.

    “Iya, maaf. Tapi, perlu kamu ketahui, kalau di sini memang seperti itu. Jadi aku mohon maaf kalau nanti ada lagi yang seperti itu.”

    “Masih ada lagi? Berapa lagi?”

    Marchel tidak bisa menahan tawanya. Anita menjadi tambah kesal dibuatnya. Marchel memeluk bahu Anita untuk diajaknya naik ke kamar mereka, tetapi Anita menepisnya dan hal itu membuat tawa Marchel bertambah keras.

    Entah mengapa, Marchel merasa kalau Anita cemburu kepadanya, padahal yang dirasakan Anita bukan itu. Dia tidak mau sampai orang tahu kalau dirinya hanya istri dalam status saja.

    Bagaimana pun, dia ingin Marchel tetap menjaga dirinya agar tidak ada berita miring ataupun informasi apapun yang tidak baik tentang pernikahan mereka.

    Memang, Anita tidak pernah keluar negeri, baru kali ini. Tetapi, dia juga tahu batasan bagi mereka yang tidak saling kenal tentu tidak akan melakukan hal tersebut.

    Mengapa dia marah, karena Marchel mengenal para wanita itu. Entahlah, Anita sendiri bingung dengan dirinya, mengapa dia harus marah saat Marchel dipeluk dan dicium wanita lain. Sementara dirinya dan Marchel juga belum saling kenal. Ada apa dengan diriku? Apa mulai peduli dengannya?

    Tidak! Itu tidak mungkin! pikiran Anita mengembara ke mana-mana dan dia terkejut sendiri dengan hal itu.

    Pagi harinya, Marchel sudah mulai bekerja dan seperti rencana sebelumnya, Anita akan jalan-jalan ditemani Jack. Jack mengajaknya tour keliling kota dan mengunjungi tempat wisata yang indah.

    Hanya sesekali saja, Marchel bisa menemani Anita jalan-jalan. Bukan karena tidak mau, tetapi karena ada banyak hal lain yang harus diurus Marchel di kota dan sangatlah komplek.

    Setiap malam, Anita akan mendahului tidur, karena Marchel belum pulang dan pagi harinya, Marchel akan bangun untuk berangkat lagi.

    Selama hampir sebulan mereka di kota ini, Marchel selalu melakukan rutinitas seperti itu. Mereka hanya bertemu sebentar saat malam hari, ketika Anita belum mengantuk dan Marchel bisa pulang lebih awal.

    Atau saat pagi hari, ketika Anita bangun lebih dulu sehingga bisa menyiapkan baju kerja suaminya. Terkadang mereka bisa sarapan bareng, meskipun seringnya tidak bisa.

    Marchel akan buru-buru berangkat. Malam harinya pun Anita tidak berani membangunkan Marchel yang kadang tidur masih mengenakan baju yang dipakainya kerja. 

    Tapi kadang juga sudah ganti baju, mungkin dia mandi di kantor. Setiap pagi, Anita selalu berusaha membuatkan Marchel kopi kesukaannya dan juga memesankan sarapan, meskipun hanya sekedar burger ataupun roti isi.

    Kadang Marchel menyempatkan sarapan dan minum kopinya sampai habis, tetapi seringnya hanya sekedar menghargai Anita yang sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya.

    Anita tidak berani bertanya apa-apa, melihat wajah dan badan suaminya yang tampak kelelahan sepulang kerja membuat Anita merasa kasihan.

    Suatu hari Anita tidak berniat keluar hotel. Dia sudah bilang pada Jack kalau dia ingin libur sehari tidak jalan-jalan.

    “Ada apa, Nyonya?” 

    “Tunggu Tuan bisa ikut jalan-jalan.”

    “Tapi, Tuan sudah pesan agar saya membawa Nyonya jalan-jalan.”

    “Iya, Jack. Aku tahu. tapi biar aku istirahat dulu, capek juga jalan-jalan terus.”

    “Baiklah, Nyonya. Saya ada di kamar jika Anda memerlukan saya, hubungi saja.”

    “Baik, Jack. Terima kasih, kamu juga istirahat saja.’

    “Baik, Nyonya.”

    Seharian itu, Anita hanya tiduran, sambil berusaha mencari bacaan, namun sayangnya tidak ditemukan. Akhirnya, dia menghubungi Jack untuk mencarikannya majalah berbahasa Indonesia.

    Seharian dari pagi sampai siang, Anita hanya bermalas-malasan saja. Sampai kemudian pintunya diketuk oleh Jack dan waktu sudah menunjukkan jam tujuh malam.

    Ternyata karena kelelahan membaca, Anita ketiduran dan tidak tahu kalau waktu sudah malam. Dia sampai melewatkan makan siangnya.

    “Ada apa?”

    “Tuan meminta saya membawa Nyonya. Tuan meminta Nyonya berdandan yang cantik dan mengenakan gaun ini.” 

    Jack mengulurkan tas yang berisi gaun yang sangat cantik sekali.

    “Apa ini, Jack?”

    “Saya tunggu sepuluh menit bisa?”

    “ Baiklah.”

    Anita berusaha memakai gaun itu dengan cepat dan berdandan, menyesuaikan riasan dengan gaun yang dia pakai. Gaun itu memang sangat cantik sekali, tidak terbuka tetapi tetap elegan.

    Anita mencari sepatu yang cocok untuk gaun itu, tetapi ternyata tidak ada yang cocok. Akhirnya, dia hanya bisa memilih salah satu yang membuatnya nyaman saat memakainya.

    Kemudian, dia keluar dan Jack sudah menunggunya di luar kamar. Jack tampak kagum dengan penampilan Anita malam itu.

    “Mari, Nyonya. Tuan sudah menunggu.”

    Anita mengira kalau dia akan dibawa ke pesta, dan Marchel sudah menunggunya di bawah. Mereka naik lift dan Jack memilih angka di atas lantai kamar mereka.

    “Mau ke mana?”

    Bukannya menjawab, Jack hanya tersenyum saja. Mereka terus naik hingga sampai pada akhir lift. Lift terbuka dan Anita sudah merasa cemas, kiranya apa yang sedang menunggunya di sana.

    Dia tidak melihat apa-apa. Dia tahu ini adalah atap hotel. Ada sebuah helikopter terparkir di sana. Dan, Anita tidak merasa heran jika hotel sebesar ini punya helipad.

    “Silahkan, Nyonya.” Jack menyuruhnya melangkah dan tiba-tiba ada beberapa lampu yang menyoroti sebuah tempat, sebuah meja dengan dua kursi yang dihias cantik.

    “Oohhh, apa ini?”

     

    Bersambung……

     

     

    Kreator : Sabrina Rahmawati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 17)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021