Bab 19 Gara-gara Oma
Andi sudah menjemput di bandara dan segera membawakan troli yang tadinya didorong oleh Marchel.
“Selamat datang Pak, Mbak,” sapa Andi ramah.
Marchel tidak keberatan Andi memanggil Anita dengan sebutan Mbak, sebab biar terbiasa saat di kantor nanti.
Mereka langsung menuju rumah orang tua Marchel karena sudah dipesan oleh Oma agar mereka pulang ke sana.
Sampai di rumah, mereka disambut oleh seisi rumah, termasuk Indah dan Adi. Marchel mengerutkan keningnya, mengapa Indah masih ada di rumahnya.
Adi langsung berlari memeluk Marchel, Indah tersenyum bahagia melihat Marchel sudah pulang. Anita hanya berdiri di belakang suaminya dan mengamati semua yang ada di depannya.
Shanty mendekati Anita.
“Bagaimana kabar kalian?”
“Baik Ma.” jawab Anita singkat.
Mereka menuju ruang keluarga yang ada Oma di sana. Anita segera mendekati Oma dan Papa mertuanya untuk mencium tangan mereka.
Kemudian dia duduk, Marchel duduk di sebelahnya dan anehnya Indah duduk di sebelah Marchel. Anita diam saja, dia masih terlalu lelah untuk memulai hari dengan hal yang mungkin saja hanya dia yang menganggapnya tidak pantas.
Karena dia melihat yang lainnya biasa-biasa saja termasuk Marchel. Sifa dan Marva baru turun dari kamar mereka dan bergabung, tetapi hanya sebentar sebab mereka harus segera ke kampus.
Mereka ngobrol dan banyak hal yang ditanyakan pada keduanya tentang perjalanan mereka. Anita hanya menjawab seperlunya, selebihnya Marchel yang lebih banyak menjawab.
“Jadi, sudah bisa dibereskan semua?” tanya Zanuar, pastinya tentang perusahaan yang ada di Paris.
“Sudah Pa, barangkali nanti Papa perlu juga ke sana untuk memastikan.”
“Oma, Pa, Ma, Anita mohon pamit ke kamar ya, masuk bersih-bersih dulu.”
“Oh ya. Pak Andi, tolong koper yang berisi oleh-oleh di bawa sini ya.”
“Siap Mbak.”
Anita membongkarnya dan mengeluarkan oleh-oleh untuk dibagikan ke masing-masing anggota keluarga. Tentu saja semua kebagian, termasuk Indah dan Adi, anaknya.
Adi sangat senang karena mendapat mainan robot terbaru, dia segera saja memainkannya.
“Baiklah, mohon maaf kalau oleh-olehnya tidak sesuai harapan, Nita mohon pamit mau ke kamar dulu.”
Anita langsung ke kamar disusul Marchel, tetapi Marchel dipanggil Oma. Jadinya dia kembali duduk lagi. Anita tidak peduli, dia sangat lelah dan hanya ingin mandi dan tidur.
Meskipun di perjalanan dia bisa tidur nyenyak, namun dia sangat merindukan kasur di kamarnya, kamar Marchel. Dia juga rindu ingin bertemu dengan Papa dan Mama.
Namun, baru saja merebahkan tubuhnya setelah mandi, ponselnya berbunyi, ada pesan masuk. Sebuah video, Anita malas membukanya, maka dia diamkan saja. Kemudian, dia sudah terlelap.
Marchel masuk kamar setelah selesai berurusan dengan Oma. Kalau sudah berbicara dengan Oma pasti tidak ada habisnya, maka dia harus segera menghentikannya dengan alasan ingin ke kamar mandi.
Tetapi, dia tidak memilih kamar mandi yang ada di dekat ruang keluarga, melainkan dia menuju kamarnya. Dia melihat Anita sudah terlelap.
Marchel memutuskan akan segera mandi dan juga mau tidur, dia berencana ke perusahaan agak siangan nanti kalau sudah hilang capeknya.
Ting…ting…ting…
Ponsel Anita berbunyi. Sebenarnya Marchel bisa saja tidak peduli, tapi entah mengapa dia ingin melihatnya dan ternyata sebuah kiriman video.
Rasa penasaran Marchel segera saja meronta-ronta, siapa yang mengirimkan video pada istrinya. Karena ponsel Anita tidak dikunci, maka dengan leluasa Marchel bisa membukanya.
Dia melirik ke arah Anita yang masih tertidur sangat nyenyak. Ternyata, sebelumnya sudah ada dua video yang terkirim dan belum dibuka oleh Anita.
Marchel mencoba membuka salah satunya sebab kalau tidak dibuka tidak jelas video apa. Dilihatnya nomor kontaknya tidak tersimpan di ponsel istrinya.
Betapa terkejutnya Marchel melihat video yang dikirimkan ke istrinya. Setelah menghela nafas, dia membawa ponsel Anita ke kamar mandi dan mencoba membukanya satu per satu. Kemudian, mengirimkan ke ponselnya sendiri dan menghapus yang ada di ponsel Anita.
Dia juga menghubungi Andi untuk mencari tahu nomor siapa yang sudah berani ingin mengacaukan rumah tangganya, memblokir nomor si pengirim dan menghapusnya dari ponsel Anita.
Dia menyakinkan lagi kalau semua video sudah terhapus. Mengembalikan ponsel Anita ke tempat semula, mandi dan kemudian menyusul merebahkan tubuhnya di samping sang istri.
Namun, Marchel tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya ke mana-mana. Apa yang akan dilakukan Anita kalau dia melihat video itu?
Meskipun keduanya belum ada rasa cinta, namun Marchel sudah tertarik dengan istrinya apalagi selama di Paris mereka sudah melakukan proses bulan madu.
Awalnya Anita menolak, sebab mereka menikah secara mendadak dan belum ada perasaan apa-apa kepada Marchel.
Tetapi, di pikiran marchel beda lagi, dia harus bisa membuat Anita segera hamil agar Oma tidak lagi mencari gara-gara dengan mengenalkan banyak wanita untuk dijadikan istrinya.
“Kita sudah suami istri, jadi tidak ada alasan kamu menolak aku, yang ada kamu dosa kalau tidak mau melakukan kewajibanmu sebagai istri, aku juga dosa karena tidak melakukan kewajibanku sebagai suami,” bujuk Marchel malam itu.
Sebenarnya, malam itu Marchel agak mabuk sebab dia baru saja merayakan kesuksesannya menyelesaikan urusan di perusahaan Papa.
Waktu itu, tiga hari sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pulang, karena semua sudah bisa diatasi dan tidak membutuhkan dia lagi.
mMrchel memandang Anita, gadis cantik yang dia jebak untuk mengikuti kemauannya. Anita gadis baik-baik dari keluarga baik-baik pula Marchel sangat puas bisa menikahi Anita.
“Apakah aku libur saja hari ini, tapi ada rapat yang harus aku datangi.” Marchel menjadi galau antara mau kerja atau di rumah saja.
Kemudian, dia menghubungi Andi yang sudah kembali ke perusahaan.
“Atur kembali rapat nanti, aku mau istirahat hari ini.”
“Baik Pak.”
Beres, Marchel kembali merebahkan tubuhnya sambil memeluk tubuh sang istri kemudian terlelap.
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 19)
Sorry, comment are closed for this post.