Bab 2 Tiba-tiba punya pacar
Reflek Anita menoleh memandang laki-laki yang disebut Marchel. Pacar?? Anita bertambah bingung saja. Apa ini?? Orang di depannya mengamati Anita dengan tatapan mengintimidasi.
Anita berusaha tenang dan tersenyum sangat manis. Meskipun bingung tetapi Anita cukup cerdas untuk tidak berbuat bodoh dengan menyangkal apa yang dikatakan laki-laki bernama Marchel itu.
Padahal dirinya tidak kenak siapa laki-laki yang sedang dudu di sebelahnya tersebut.
“ Cantik, masih kuliah, Nak?.”
“Tinggal nunggu wisuda, Bu,”jawab Anita sopan
“ Sudah punya rencana mau kerja atau lanjut kuliah?.”
“Belum tahu, Bu.”
“Ambil jurusan apa?.”
“Desain Interior, Bu.”
“ Kapan-kapan main ke rumah ya?.”
“ Marchel, kenalkan adik-adikmu.”
“ Ini mama dan papaku, Papa Zanuar dan Mama Shanty. Ini Sifa dan itu Marva.”
“ Orang tuamu masih ada, Nak,” Zanuar ganti bertanya.
“Masih, Om.”
“Berapa bersaudara.”
“ Saya anak tunggal, Om.”
“ Kapan-kapan kalian bisa datang ke rumah, kami ingin lebih mengenal kamu.”
“ Baik, Om.”
“Kapan kalian saling kenal?,” tiba-tiba si Mama bertanya, membuat Anita menjadi gugup.
Wanita itu bertanya pada siapa? Pada dirinya atau pada putranya? Kalau pada dirinya, dia harus menjawab apa? Anita bingung sendiri, makanya dia pura-pura asyik makan dan sedang memotong daging.
“ Baru saja Ma, kami masih banyak saling kenal.”
Marchel mengambil piring Anita dan memberi piringnya yang dagingnya sudah terpotong kecil-kecil, siap dimakan.
“ Terima kasih,” kata Anita merasa tidak enak hati.
“ Baru saja itu kapan, sehari-dua hari, atau bagaimana?.”
“ Ichel lupa kapannya Ma, tapi yang penting kami masih saling mengenal diri masing-masing.”
Wanita itu menghela nafas, sepertinya tidak puas dengan jawaban putranya. Namun dia sangat paham dengan sifat sang putra yang tidak ingin ditanya-tanya, nanti kalau dia mau cerita, maka Marchel akan cerita sendiri.
Anita hanya melampar senyum manisnya pada Shanty. Tangannya yang satu memegang sendok sedangkan yang satunya ada di bawah. Diatas pahanya dan sudah berkeringat dingin.
Marchel tahu kalau Anita takut salah dalam menjawab, jadi dia selalu lebih dulu menjawab pertanyaan orang tuanya.
***
Selesai makan mereka langsung pulang, Marchel mengantar Anita pulang. Tapi Anita tidak berani mengajak Marchel ke rumahnya, dia merasa belum siap kalau ditanya-tanya sang ibu.
“ Berhenti di samping pos satpam saja ya, rumahku tidak jauh dari situ.”
“ Kenapa tidak sampai rumah sekalian?” tanya Marchel bingung, apakah Anita malu bila tetangganya melihat dirinya bersamanya?.
Siapa yang berani menolak seorang Marchel, banyak wanita yang antri untuk bisa dekat dengan dirinya dan malam ini dia merasa ditolak dan rasanya sangat menyakitkan.
Apa kelebihan gadis ini sehingga berani menolak dirinya dan malu bila terlihat sedang bersamanya?.
“ Maaf, jangan sekarang, aku belum siap.”
“ Belum siap kenapa?.”
“ Mama bukanlah wanita yang mudah dihadapi.”
“ Aku siap menghadapi, tidak ada yang tidak bisa aku hadapi.”
Meskipun apa yang dikatakan Marchel adalah kebenaran, tetapi terkesan sangat sombong ditelinga Anita. Anita sudah cemas kalai Marchel memaksanya akan ikut ke rumah.
Tetapi Anita menjadi lega saat mobil melewati pos satpam. Dia memegang pegangan pintu dan siap mau keluar, tapi ditahan oleh Marchel.
“ Besok pagi aku ingin bicara serius denganmu, kapan aku bisa menjemputmu dan di mana?”
“ Besok pagi aku tidak bisa.”
“ Kenapa?”
Anita bingung mau menjawab apa. Besok pagi dia harus wawancara pekerjaan di salah satu perusahaan besar, tentu saja dia tidak akan melewatkan waktu itu.
Besok adalah penentuan dirinya bisa mendapat pekerjaan atau tidak. Pekerjaan ini sangat dia butuhkan sebab dia ingin melanjutkan ke S2 nya.
” Kenapa? Tidak apa-apa, aku sudah ada rencana?.”
“ Kemana? Dengan siapa?.”
“ Aku ada wawancara pekerjaan.”
“ Di mana?”
Anita agak kesal dengan semua pertanyaan Marchel, mengapa Marchel menjadi sangat cerewet malam ini.
“ KCG.”
“ Perusahaan apa itu?”
“ Kartika Candra Group.”
“ Kamu melamar mau jadi apa?”
“ Tim desainnya.”
“ Semoga berhasil.”
“ Terima kasih, selamat malam.”
“ Selamat malam, besok aku kabari lagi. Terima kasih untuk malam ini.”
“ Ya.”
Anita menjawab dengan singkat dia tidak mau berlama-lama lagi, khawatir ada tetangganya yang melihat dirinya turun dari mobil mewah itu.
Namun ternyata Anita belum beruntung. Dari seberang jalan dia melihat ibunya sedang menenteng tas belanjaan. Pasti ibunya baru belanja di toko depan perumahan.
Anita kebingungan harus bagaimana, dia hanya bisa berharap ibunya tidak melihatnya turun dari mobil Marchel.
“ Siapa itu?.”
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 2)
Sorry, comment are closed for this post.