KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Malaikat Hati Sang CEO (Bab 20)

    Malaikat Hati Sang CEO (Bab 20)

    BY 08 Okt 2024 Dilihat: 230 kali
    Malaikat Hati Sang CEO_alineaku

    Bab 20   Badai Awal Pernikahan

    Anita terbangun lebih dulu karena dia merasa ada seseorang di sebelahnya. Dilihatnya Marchel masih tidur dan tubuh mereka sangat rapat bahkan lengan Marchel ada di atas perutnya. 

    Anita harus bangun untuk melakukan kewajiban umat muslim. Dia tidak berani membangunkan suaminya yang Nampak tidur sangat nyenyak. Berharap Marchel akan bangun sendiri setelah mendengar aktivitas dirinya.

    Namun, sampai Anita selesai dengan ibadahnya, Marchel belum juga bangun. Terpaksa Anita membangunkan suaminya.

    “Kak, bangun. Sudah siang. Apa kamu tidak kerja?”

    “Hari ini kita libur, aku masih capek.”

    “Iya, tapi kamu tetap harus bangun, sholat dulu, keburu siang.”

    “Peluk dulu,” kata Marchel manja.

    Terpaksa Anita merebahkan dirinya dan memeluk tubuh suaminya yang masih terpejam.

    “Sudah, ayo bangun.”

    Tapi, yang terjadi justru Marchel mengungkung tubuh Anita dan mereka tidak keluar kamar sampai siang hari. Alasannya Marchel masih capek dan hanya ingin mereka berada di rumah dan bermalas-malasan.

    Anita merasa tidak enak hati dengan keluarga Marchel. Dia menantu di rumah ini, apa kata Oma dan mertuanya kalau menantunya tidak keluar kamar sampai menjelang siang?

    “Kak, aku keluar ya. Nggak enak sama Mama dan Oma.”

    “Tidak apa-apa, mereka tahu kok kalau kita masih bulan madu.”

    Mereka berdua kembali melakukan kemesraan, Marchel benar-benar tidak melepaskan Anita.

    “Bagaimana kalau aku hamil?”

    “Memang itu yang aku mau, biar Oma tidak lagi mencarikan wanita untuk aku nikahi.”

    “Tapi kita belum ada rasa cinta, kamu …”

    “Siapa bilang? Aku sayang kok sama kamu, buktinya aku nempel terus ke kamu.”

    “Itu nafsu, bukan sayang.” jawab Anita kesal.

    “Ya, sayang juga dong. Kalau nggak sayang, mana mau aku dekat-dekat dengan kamu.”

    Marchel berusaha membuat Anita tahu kalau sebenarnya dia sudah tertarik dengan gadis itu. Namun, memang karena mereka baru saja kenal Anita belum bisa merasakan kalau mereka punya perasaan satu sama lainnya.

    “Pelan-pelan saja, lama-lama kamu juga akan cinta sama aku.”

    “Kamu harus tanggung jawab kalau sampai aku hamil anakmu.”

    “Ya jelas, aku akan jadi Bapak yang baik untuk anak-anakku.”

    Anita sangsi mendengar janji Marchel, sebab mereka menikah karena ingin membuat Marchel tidak dijodoh-jodohkan oleh Oma, tetapi sekarang mereka sudah menjadi suami istri yang sebenarnya.

    Anita sudah tidak bisa mundur lagi, mereka harus mulai menata hidup berumah tangga dengan benar.

    Tiba-tiba ponsel Anita berbunyi, sepertinya ada pesan masuk. Anita hendak bangkit mengambil ponselnya, tetapi ditahan oleh Marchel.

    “Aku Cuma mau ambil ponsel, sepertinya ada yang mengirimi aku pesan.”

    Marchel merasa kalau orang yang mengirimi Anita video belum jera. Marchel kembali memeluk Anita dan bunyi ponsel terdengar lagi.

    Anita tidak bisa bergerak karena tubuhnya dikunci dengan pelukan erat Marchel.

    “Dengarkan aku mau bicara.”

    Karena memang tidak bisa bergerak, akhirnya Anita hanya bisa pasrah dan mendengarkan apa yang ingin dikatakan suaminya.

    “Aku ingin kita menjalani rumah tangga ini dengan benar. Aku akan merobek surat perjanjian kita. Jangan khawatir, aku akan tetap memberimu uang, sebagai istriku, semua hartaku juga milikmu.”

    “Ada yang ingin aku katakan kepadamu. Aku bukan pria baik-baik seperti yang kamu kenal sekarang. Masa laluku aku lewati dengan berbagai hal yang aku lakukan.”

    “Kamu mau ngomong apa sih? Bicaramu muter-muter,” kata Anita yang mulai kesal dengan kalimat yang dikatakan Marchel.

    “Aku dulu punya banyak kekasih dan juga suka main dengan wanita lain Pokoknya aku bukan pria baik, tapi aku janji mulai sekarang aku hanya suamimu dan tidak akan mengulangi kesalahanku dulu.”

    Anita diam saja, meskipun dia sudah menduga tidak mungkin orang sekaya dan setampan Marchel tidak punya pacar. Hanya saja, dia tidak menyangka kalau kehidupan Marchel dulu penuh dengan dosa.

    “Kamu harus bertobat dan berjanji tidak akan pernah melakukan dosa zina lagi. Sekarang aku sudah jadi istrimu secara utuh jadi kamu harus bertanggung jawab kepadaku.”

    “Tentu.”

    “Jangan dijawab dulu, dengarkan aku.”

    “Aku bisa mengerti dengan kelakuanmu dulu, tapi berjanjilah untuk sekarang dan selamanya kamu tidak akan melakukannya lagi. Sebagai seorang istri, aku ingin kamu menjaga hatiku.”

    “Baiklah,” Marchel menjawab sambil tersenyum dia senang memandangi wajah cantik istrinya saat sedang serius, makin cantik saja.

    “Aku serius, Kak. Aku akan pergi dari sisimu kalau kamu berani mengkhianati perkawinan kita.”

    “Wiih, kamu menakutkan juga kalau sedang serius. Jangan pergi dong!”

    “Tuh kan, kamu gak serius!”

    “Serius, aku sangat serius. Aku janji akan menjaga pernikahan kita. Kamu juga harus bisa membantuku menggagalkan keinginan Oma yang selalu saja mencarikan wanita untukku.”

    “Iya, aku bantu. Tapi kamu sendiri juga jangan kegatelan dengan mereka, awas saja kalau kamu berani aku tidak main-main dengan kata-kataku.”

    “Iya… iya, jangan begitu dong, aku jadi takut. Oh ya satu lagi.

    “Apa?”

    “Sepertinya ada orang yang ingin mengganggu kita dengan mengirimkan video aku bersama dengan pacar-pacarku dulu. Jujur, aku sudah menghapus video yang dikirimkan orang itu ke ponselmu, tetapi aku yakin dia tidak akan berhenti sampai kamu menyerah. Please, jangan menyerah padaku, ya.”

    “Kita lihat saja, video seperti apa.”

    “Tapi itu kan dulu, Sayang?”

    “Ih kalau salah saja, panggilnya sayang-sayang. Aku mau lihat seperti apa videonya.”

    “Janji kamu tidak akan marah ya, aku janji tidak akan mengulangi lagi. Aku ambilkan ponselmu.”

    Marchel mengambil ponsel Anita dan menyerahkan pada istrinya. Anita membukanya dan benar saja, orang itu atau orang lain kembali mengirimkan video yang tadi sudah sempat dihapus Marchel. tetapi nomor si pengirim beda dengan yang tadi.

    Anita melihatnya, entah mengapa hatinya sakit melihat suaminya sedang bermesraan dengan seorang gadis, sepertinya di klub malam.

    “Apakah hanya sebatas seperti ini atau kamu pernah melakukan lebih dari ini?”

    “Iya.”

    “Iya apa, Kak?”

    “Aku pernah melakukannya dengan mereka.”

    “Masya Allah,” Anita tidak bisa membendung air matanya.

    “Maafkan aku. Aku janji tidak mengulangi lagi,” kata Marchel. 

    Tapi, Anita diam saja. Ia meletakkan ponselnya dan tidur membelakangi Marchel. 

    Marchel tidak berani bergerak, dia hanya mendiamkan saja istrinya yang sedang menangis sendiri. Kemudian, perlahan dia memeluk tubuh Anita tapi tidak bicara apa-apa.

     

    Bersambung….

     

     

    Kreator : Sabrina Rahmawati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 20)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021