Bab 20 Badai Awal Pernikahan
Anita terbangun lebih dulu karena dia merasa ada seseorang di sebelahnya. Dilihatnya Marchel masih tidur dan tubuh mereka sangat rapat bahkan lengan Marchel ada di atas perutnya.
Anita harus bangun untuk melakukan kewajiban umat muslim. Dia tidak berani membangunkan suaminya yang Nampak tidur sangat nyenyak. Berharap Marchel akan bangun sendiri setelah mendengar aktivitas dirinya.
Namun, sampai Anita selesai dengan ibadahnya, Marchel belum juga bangun. Terpaksa Anita membangunkan suaminya.
“Kak, bangun. Sudah siang. Apa kamu tidak kerja?”
“Hari ini kita libur, aku masih capek.”
“Iya, tapi kamu tetap harus bangun, sholat dulu, keburu siang.”
“Peluk dulu,” kata Marchel manja.
Terpaksa Anita merebahkan dirinya dan memeluk tubuh suaminya yang masih terpejam.
“Sudah, ayo bangun.”
Tapi, yang terjadi justru Marchel mengungkung tubuh Anita dan mereka tidak keluar kamar sampai siang hari. Alasannya Marchel masih capek dan hanya ingin mereka berada di rumah dan bermalas-malasan.
Anita merasa tidak enak hati dengan keluarga Marchel. Dia menantu di rumah ini, apa kata Oma dan mertuanya kalau menantunya tidak keluar kamar sampai menjelang siang?
“Kak, aku keluar ya. Nggak enak sama Mama dan Oma.”
“Tidak apa-apa, mereka tahu kok kalau kita masih bulan madu.”
Mereka berdua kembali melakukan kemesraan, Marchel benar-benar tidak melepaskan Anita.
“Bagaimana kalau aku hamil?”
“Memang itu yang aku mau, biar Oma tidak lagi mencarikan wanita untuk aku nikahi.”
“Tapi kita belum ada rasa cinta, kamu …”
“Siapa bilang? Aku sayang kok sama kamu, buktinya aku nempel terus ke kamu.”
“Itu nafsu, bukan sayang.” jawab Anita kesal.
“Ya, sayang juga dong. Kalau nggak sayang, mana mau aku dekat-dekat dengan kamu.”
Marchel berusaha membuat Anita tahu kalau sebenarnya dia sudah tertarik dengan gadis itu. Namun, memang karena mereka baru saja kenal Anita belum bisa merasakan kalau mereka punya perasaan satu sama lainnya.
“Pelan-pelan saja, lama-lama kamu juga akan cinta sama aku.”
“Kamu harus tanggung jawab kalau sampai aku hamil anakmu.”
“Ya jelas, aku akan jadi Bapak yang baik untuk anak-anakku.”
Anita sangsi mendengar janji Marchel, sebab mereka menikah karena ingin membuat Marchel tidak dijodoh-jodohkan oleh Oma, tetapi sekarang mereka sudah menjadi suami istri yang sebenarnya.
Anita sudah tidak bisa mundur lagi, mereka harus mulai menata hidup berumah tangga dengan benar.
Tiba-tiba ponsel Anita berbunyi, sepertinya ada pesan masuk. Anita hendak bangkit mengambil ponselnya, tetapi ditahan oleh Marchel.
“Aku Cuma mau ambil ponsel, sepertinya ada yang mengirimi aku pesan.”
Marchel merasa kalau orang yang mengirimi Anita video belum jera. Marchel kembali memeluk Anita dan bunyi ponsel terdengar lagi.
Anita tidak bisa bergerak karena tubuhnya dikunci dengan pelukan erat Marchel.
“Dengarkan aku mau bicara.”
Karena memang tidak bisa bergerak, akhirnya Anita hanya bisa pasrah dan mendengarkan apa yang ingin dikatakan suaminya.
“Aku ingin kita menjalani rumah tangga ini dengan benar. Aku akan merobek surat perjanjian kita. Jangan khawatir, aku akan tetap memberimu uang, sebagai istriku, semua hartaku juga milikmu.”
“Ada yang ingin aku katakan kepadamu. Aku bukan pria baik-baik seperti yang kamu kenal sekarang. Masa laluku aku lewati dengan berbagai hal yang aku lakukan.”
“Kamu mau ngomong apa sih? Bicaramu muter-muter,” kata Anita yang mulai kesal dengan kalimat yang dikatakan Marchel.
“Aku dulu punya banyak kekasih dan juga suka main dengan wanita lain Pokoknya aku bukan pria baik, tapi aku janji mulai sekarang aku hanya suamimu dan tidak akan mengulangi kesalahanku dulu.”
Anita diam saja, meskipun dia sudah menduga tidak mungkin orang sekaya dan setampan Marchel tidak punya pacar. Hanya saja, dia tidak menyangka kalau kehidupan Marchel dulu penuh dengan dosa.
“Kamu harus bertobat dan berjanji tidak akan pernah melakukan dosa zina lagi. Sekarang aku sudah jadi istrimu secara utuh jadi kamu harus bertanggung jawab kepadaku.”
“Tentu.”
“Jangan dijawab dulu, dengarkan aku.”
“Aku bisa mengerti dengan kelakuanmu dulu, tapi berjanjilah untuk sekarang dan selamanya kamu tidak akan melakukannya lagi. Sebagai seorang istri, aku ingin kamu menjaga hatiku.”
“Baiklah,” Marchel menjawab sambil tersenyum dia senang memandangi wajah cantik istrinya saat sedang serius, makin cantik saja.
“Aku serius, Kak. Aku akan pergi dari sisimu kalau kamu berani mengkhianati perkawinan kita.”
“Wiih, kamu menakutkan juga kalau sedang serius. Jangan pergi dong!”
“Tuh kan, kamu gak serius!”
“Serius, aku sangat serius. Aku janji akan menjaga pernikahan kita. Kamu juga harus bisa membantuku menggagalkan keinginan Oma yang selalu saja mencarikan wanita untukku.”
“Iya, aku bantu. Tapi kamu sendiri juga jangan kegatelan dengan mereka, awas saja kalau kamu berani aku tidak main-main dengan kata-kataku.”
“Iya… iya, jangan begitu dong, aku jadi takut. Oh ya satu lagi.
“Apa?”
“Sepertinya ada orang yang ingin mengganggu kita dengan mengirimkan video aku bersama dengan pacar-pacarku dulu. Jujur, aku sudah menghapus video yang dikirimkan orang itu ke ponselmu, tetapi aku yakin dia tidak akan berhenti sampai kamu menyerah. Please, jangan menyerah padaku, ya.”
“Kita lihat saja, video seperti apa.”
“Tapi itu kan dulu, Sayang?”
“Ih kalau salah saja, panggilnya sayang-sayang. Aku mau lihat seperti apa videonya.”
“Janji kamu tidak akan marah ya, aku janji tidak akan mengulangi lagi. Aku ambilkan ponselmu.”
Marchel mengambil ponsel Anita dan menyerahkan pada istrinya. Anita membukanya dan benar saja, orang itu atau orang lain kembali mengirimkan video yang tadi sudah sempat dihapus Marchel. tetapi nomor si pengirim beda dengan yang tadi.
Anita melihatnya, entah mengapa hatinya sakit melihat suaminya sedang bermesraan dengan seorang gadis, sepertinya di klub malam.
“Apakah hanya sebatas seperti ini atau kamu pernah melakukan lebih dari ini?”
“Iya.”
“Iya apa, Kak?”
“Aku pernah melakukannya dengan mereka.”
“Masya Allah,” Anita tidak bisa membendung air matanya.
“Maafkan aku. Aku janji tidak mengulangi lagi,” kata Marchel.
Tapi, Anita diam saja. Ia meletakkan ponselnya dan tidur membelakangi Marchel.
Marchel tidak berani bergerak, dia hanya mendiamkan saja istrinya yang sedang menangis sendiri. Kemudian, perlahan dia memeluk tubuh Anita tapi tidak bicara apa-apa.
Bersambung….
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 20)
Sorry, comment are closed for this post.