Bab 23 Pulang
Marchel mengajak Anita kembali ke rumahnya hari itu juga. Sebenarnya Anita sudah bilang kalau dia tidak apa-apa, jangan sampai Marchel bermusuhan dengan Oma.
Tapi Marchel sudah terlanjur kesal dengan Oma dan marah dengan Indah. Sekarang, Anita sudah sah menjadi istrinya mau bagaimana juga dia wajib melindungi istrinya.
Sebenarnya, Anita mulai terbiasa dengan rasa tidak suka Oma pada dirinya. Sakit memang, tapi dia tidak bisa memaksa Oma untuk menyukainya.
Anita mencoba menerima perlakuan Oma dengan ikhlas yang penting anggota keluarga yang lain masih menghargai dirinya. Anita hanya berusaha menjadi menantu yang baik di keluarga ini.
Kalau saat-saat seperti ini dia sangat merindukan Mama. Ingin rasanya dia membagi kesedihannya dengan Sang Mama, namun Anita juga tahu kalau Mama sudah punya masalah sendiri, jadi dia tidak ingin membebani dengan masalahnya.
Anita patuh saja saat Marchel menyuruhnya mengemasi pakaian dan barang-barang mereka.
“Kak, apakah tidak sebaiknya dibicarakan baik-baik dengan Oma? Nita tidak mau, gara-gara Nita, Kak Marchel jadi tidak baik dengan Oma.”
“Indah dan Oma sudah menyakitimu dan berusaha menyakitimu, mengapa kamu masih membelanya?”
“Bukan membela Kak, hanya saja, hubungan Kakak dengan Oma jadi tidak baik, Anita khawatir nanti Oma sakit lagi.”
“Kamu tahu sendiri kalau Oma seringmembohongiku dengan alsan sakitnya itu, sekarang aku tidak akan percaya lagi kalau Oma menggunakan alas an yang sama agar aku menuruti kata-kata Oma.”
Anita terdiam. Memang kesalahan Oma juga selama ini sering bohong dengan Marchel dengan menggunakan sakitnya. Kalau sudah seperti ini, bagaimana kalau Oma benar-benar sakit?
“Tapi kalau Oma benar-benar sakit bagaimana?”
“Biar nanti aku tanya Mama kalau Oma benar-benar sakit. Aku sudah capek dengan kelakuan Oma yang kadang membuatku kesal.”
“Sudahlah, cepat kau kemasi barang-barangmu. Punyaku biar besok diambil Andi. Yang terpenting kita keluar dulu dari sini, jangan sampai Oma berubah pikiran dan tidak memperbolehkan kita pergi dari sini. Ini kesempatan kita.”
Anita melakukan dengan cepat dan segera mendorong kopernya keluar dari kamar mereka. Marchel mengambil alih koper Anita dan segera berjalan keluar rumah dengan tatapan marah Oma.
Papa dan Mama Marchel tidak berani bangkit dari tempat duduknya, tetapi Marchel tidak peduli.
“Marchel pergi dulu, Pah, Mah,” pamitnya dan Anita yang berjalan di belakangnya hanya membungkukkan badannya sedikit.
Mereka keluar di bawah tatapan empat pasang mata dengan cara pandang berbeda-beda.
Orang tua Marchel sangat menyayangkan sikap Marchel pada Oma dan kecewa saat Marchel memilih meninggalkan rumah.
Sementara Oma yang masih marah, memandangnya dengan perasaan sakit hati, sampai Indah yang marah karena Marchel membela Anita.
Semua usahanya menjadi sia-sia dan dia akan dihujat banyak orang, utamanya dari teman yang dimintai tolong. Ponselnya ada di kamar, jadi dia belum tahu seperti apa keadaan hotel setelah temannya dan semua orang pegawai hotel yang dipecat karenanya. Oma masih marah juga dengan Indah dan Indah sedang mencari cara agar bisa diterima lagi oleh Oma.
Kalau sampai Oma mendepaknya, bisa jadi dia akan miskin, sementara ini belum banyak uang yang dia ambil dari kartu yang Oma berikan kepadanya.
Namun, Indah tidak tahu kalau Zanuar sudah membekukan kartunya dan juga sudah membatasi gerak Indah dengan mengirimkan mata-mata untuk memantau kegiatan Indah.
Apalagi setelah kejadian kemarin, tentu saja Zanuar tidak mau terjadi lagi hal-hal yang merugikan keluarganya apalagi sampai menyakiti baik fisik maupun perasaan mereka.
Marchel juga bekerja sama dengan Papa untuk bisa melindungi Anita. Marchel sudah mulai mencintai istrinya itu dan Anita juga sepertinya merasakan hal yang sama.
Mereka sudah bulan madu dan Anita sudah bisa menerima Marchel dengan sepenuh hati. Apalagi sekarang mereka berdua berasa di rumah Marchel yang lebih tenang, karena hanya ada mereka berdua dan para pelayan.
Mereka masuk kamar yang sudah lama Marchel tinggal, tapi dia tadi sempat menghubungi pelayannya untuk membersihkan kamar utama, meskipun setiap hari selalu dibersihkan, tetapi Marchel ingin hari ini kamarnya lebih bersih.
Anita mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar.
“Ada apa?”
“Tidak apa-apa, hanya ingat saja ,kalau waktu itu, setelah kita nikah, setahu Nita, kita akan langsung ke sini.”
“Jadi, waktu itu kamu kecewa?”
“Iya.”
“Apa yang kamu harapkan kalau kita pulang ke sini?”
“Aku capek menerima tamu hari itu, inginnya pulang langsung tidur.”
“He..he.. Maafkan aku, Oma memang tidak bisa ditawar.”
“Ya alhamdulillah kita malam ini bisa tidur di sini, jadi rumah ini ada penghuninya.”
“Bukan karena kamu ingin berduaan denganku?”
“Apaan sih. Waktu itu kita belum dekat, dan aku masih kesal dengan kamu.”
“Kenapa kesal. kalau sekarang masih kesal tidak?” tanya Marchel sambil memeluk Anita dari belakang, membuat wanita itu tidak bisa bergerak, padahal dia ingin segera mandi dan rebahan, hari ini cukup melelahkan.
Rupanya, Marchel tahu keinginan Anita. Dia membawa tubuh istrinya ke kamar mandi, dan membiarkan Anita membersihkan diri. Kemudian, dia sendiri keluar lagi sebab ada yang ingin dia lakukan, menghubungi Andi dan bertanya tentang banyak hal berkaitan dengan Indah dan apa yang dilakukan wanita itu, setelah membuat pegawai hotel banyak yang dipecat.
Marchel ingin tahu apa yang akan Indah lakukan setelah teman-temannya di pecat karena dirinya. Marchel yakin, Indah akan disalahkan atas pemecatan mereka. Marchel ingin sekali menjauhkan keluarganya dari Indah.
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 23)
Sorry, comment are closed for this post.