Bab 25: Anita Ada di Mana?
Marchel kembali melihat rekaman kamera yang dikirimkan ke ponselnya oleh sang operator yang sudah diberi kartu nama oleh Andi sebelum mereka keluar tadi. Andi juga sudah meninggalkan sebuah amplop yang berisi uang kepadanya.
Setelah berhasil membawa Anita keluar, mereka terlihat memasukkan dragbar ke sebuah ambulans berisi satu orang perawat laki-laki ada yang menjadi sopir dan yang dua orang menjaga di belakang.
Kamera tidak bisa menangkap plat nomor, sehingga membutuhkan satu kamera pengawas lagi yang berada di teras ruangan di mana ambulan itu terparkir.
Marchel segera menghubungi sang operator dan meminta rekaman kamera. Beberapa saat kemudian dia sudah mendapat pesan video.
Bersama Andi dia mencoba mencari kemana mereka membawa Anita. Andi juga sudah menghubungi detektif untuk ikut mencari kemana Anita di bawa.
***
Sementara itu, Anita mulai siuman dan melihat ke sekelilingnya. Saat dia akan mencoba bangun, ternyata badannya diikat dengan bed, sehingga dia tidak bisa bergerak.
Anita berpikir keras apa yang harus dia lakukan, dia ada di mana dan siapa yang membawanya ke sini dan tujuannya untuk apa?
Anita sibuk berpikir, dusan waktu yang ada digunakan untuk mengembalikan kekuatan tubuhnya. Setelah itu, ia berusaha keras untuk membuka ikatan tubuhnya namun tidak berhasil.
Seseorang ada yang masuk dan mendekat. Ternyata dua orang karena sesaat kemudian ada langkah lagi di belakang orang pertama. Anita pura-pura memejamkan mata. Orang itu semakin mendekat.
“Lama sekali dia sadar. apa yang sudah diberikan pada gadis ini? Padahal, sepertinya dia orang baik.” ucap orang pertama.
“Iya, semua orang gila juga akan menjadi baik saat dia tidur pulas. Tapi kalau dia sudah bangun, kita akan tahu seperti apa aslinya,” balas orang kedua.
Orang gila? Anita terkejut mendengar pembicaraan kedua orang itu. Perlahan dia membuka matanya dan melihat ada dua orang perawat yang sedang menatapnya.
“Ah sudah bangun, ternyata.”
“Di mana aku?” tanya Anita.
“Kamu di rumah sakit.”
“Rumah sakit apa?”
Kedua orang itu saling pandang.
“Siapa namamu?”
“Anita.”
“Anita siapa?”
“Anita Safitri Wulansari.”
“Rumahmu?”
Anita menyebutkan alamat rumah Wisnu.
“Mengapa badanku diikat?”
Kedua orang itu tidak menjawab dan akan meninggalkan kamar Anita.
“Tolong buka ikatanku. Aku perlu ke kamar mandi.”
Keduanya saling pandang lagi.
“Aku akan buka, tapi kamu janji tidak akan mengamuk.”
“Mengamuk? Kapan aku mengamuk?”
“Orang yang membawaku bilang kalau kamu suka mengamuk.”
“Aku janji tidak akan mengamuk. Aku sendiri tidak ingat kalau aku sudah mengamuk. Aku hanya perlu buang air kecil.” sahut Anita penuh harap.
Setelah keduanya saling pandang, keduanya sepakat dan memberi kode untuk membuka ikatan Anita. Setelah ikatannya terbuka, Anita melihat ke sekelilingnya.
“Di mana kamar mandinya?”
“Itu.”
Anita melihat ada tembok setinggi satu meter yang ditunjukkan oleh salah satu orang itu.
“Terima kasih. Di mana ini, di daerah mana?”
“Maaf kami tidak boleh menyebutkannya. Kamu tenang saja di sini, makan malam akan diantar sekitar jam tujuh.”
Anita kembali mengedarkan matanya. Ruangan itu tidak lebih dari tiga kali tiga meter, dari tempat. Selain bed tidak ada lagi perabotan yang lain dan di salah satu sudut ada tempat yang mereka sebut kamar mandi.
Setidaknya ada kamar mandi untuk dia bisa membersihkan diri.
“Apakah ini penjara?”
Mereka tetap diam.
“Katanya kamu mau ke kamar mandi?”
“Apakah kalian akan mengikat aku lagi? Kalau aku janji tidak akan kabur, apakah kalian tidak akan mengikatku lagi?”
“Baiklah. Tapi kamu jangan buat masalah, atau kamu akan disuntik.”
“Disuntik?”tanya Anita bingung. “Apa maksudnya?”
Tapi mereka sudah tidak menjawab lagi dan beranjak keluar kamar sempit itu. Anita hanya bisa diam dan mencoba mengingat apa yang terjadi dengan dirinya.
“Pasti Oma dan Mama kebingungan mencariku. Apakah Marchel tahu kalau aku tidak bersama mereka?” pikir Anita dan air matanya mulai menetes.
Tak lama kemudian, dia mulai tersedu. Sebenarnya apa salahnya dan kepada siapa dia bersalah, sampai orang itu begitu kejam pada dirinya.
Apakah orang itu dendam kepadanya atau kepada keluarga Marchel? Tapi apa masalahnya, mengapa dia yang menjadi korban?
Tidak bisa menemukan jawaban membuat Anita kelelahan kemudian dia kembali tertidur. Ia terbangun saat ada orang yang mengetuk pintu kamarnya.
Kalau bisa dikatakan mengetuk dan tidak memukul, sebab bunyinya sangat keras. Kemudian, ada lobang yang terbuka di pintu, ternyata di depan lobang itu ada tempat menaruh piring makan yang menempel di pintu.
Anita bangkit mengambil piring itu setelah orang yang ada di luar kembali menutup lobang tersebut.
Dengan hati-hati, diambil piring itu dan dilihatnya ada nasi, sayur dan lauk tempe, serta segelas air putih.
Setidaknya mereka masih memberinya makan dan Anita bersyukur sebab makanan ini layak untuk di makan. Dia meletakkan piring di bed dan kemudian berjalan menuju ruangan yang disebut kamar mandi.
Sebenarnya, tidak bisa juga disebut ruangan karena tempat itu terbuka dan hanya memiliki dinding setinggi satu meter di satu sisinya dan kedua sisinya ada dinding kamar.
Ada WC duduk dan kran, tempatnya lumayan bersih. Anita sangat bersyukur, dia tidak harus mencium bau tidak sedap, karena tempat itu bersih.
Anita mencuci tangan dan membersihkan wajah, kemudian mulai makan. Sebenarnya, air minum satu gelas tidak cukup untuknya, tetapi dia sudah sangat bersyukur mendapatkan air bersih untuk minum.
Makanannya juga lumayan enak rasanya. Selesai makan, dia kembali cuci tangan dan meletakkan piring ke dekat pintu.
Sebenarnya dia ada di mana? Kalau rumah sakit mengapa bentuk kamarnya seperti ini? Yang dia tahu bentuk kamar seperti kamar yang ditempatinya itu lebih seperti ruangan di dalam penjara.
Apakah benar dia dipenjara? Tapi karena kasus apa?
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 25)
Sorry, comment are closed for this post.