Bab 26 Terkurung
Anita bingung dengan keadaan dirinya. Yang ada dalam pikirannya adalah dia harus kuat, baik fisik maupun mentalnya. Dia masih belum bisa menemukan apa masalah dibalik dirinya dibawa paksa oleh seseorang yang dia sendiri tidak tahu siapa.
Makanya dia makan semua makanan yang ada. Selain memang lapar, dia juga ingin bisa menjaga tubuhnya agar punya kekuatan.
Semalaman dia tidak bisa tidur. Ada yang mengantar sarapan, Anita tidak langsung memakannya karena dia merasa belum terlalu lapar, jadi dia hanya membiarkan makanan itu tetap di tempatnya.
Sekitar jam sembilan atau jam sepuluh, itu perkiraan Anita yang tidak tahu waktu, sebab ventilasi yang ada hanya berupa rongga dari semen, sehingga tidak ada sinar matahari yang mampu menembus ke dalam kamarnya.
Seorang dokter dan dua orang perawat menghampiri dirinya.
“Bagaimana?”
“Aman, Dokter. Sepertinya dia bukan ODGJ, perilakunya sangat normal.”
Anita memperhatikan ke tiga orang yang sedang membicarakan dirinya.
“Siapa namamu?” tanya sang dokter, Anita tahu, dokter itu baru melakukan tes pada dirinya.
“Anita, Dok.”
“Apa yang kamu rasakan?”
“Apa maksud Dokter? Aku merasa baik-baik saja, selain badanku yang pegal semua setelah kemarin diikat.”
Anita tahu kalau dia harus menjawab dengan benar, salah menjawab dia bisa dibilang beneran orang gila.
“Mengapa kamu ada di sini?”
“Saya tidak tahu.”
“Rumahmu di mana? ”
Anita kembali menyebutkan alamat rumah Marchel.
“Apakah ada orang yang bisa kami hubungi?”
“Dokter??”salah satu perawat mencoba memberi tahu sang dokter, tapi rupanya dokter itu tidak merespon dia dan kembali bertanya pada Anita.
“Kamu ingat satu nomor telepon yang bisa kami hubungi?”
Kebetulan Anita hafal nomor Marchel dan juga nomor Andi sang asisten suaminya. Anita memilih memberikan nomor Andi. Salah satu perawat mencatatnya.
“Nomor siapa?”
“Asisten saya. Andi.” jawab Anita mantap, dia sangat berharap sang dokter akan menghubungi Andi dan Andi akan menyampaikan pada Marchel jadi dia bisa segera keluar dari tempat ini.
Tetapi harapan tinggal harapan. Seminggu telah berlalu dan tidak ada perubahan yang bisa membuat Anita bernafas lega. Dia masih saja terkurung dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Dia sempat minta dibawakan buku bacaan dan dua buku yang diberikan kepadanya sudah selesai dia baca. Selain buku, dia juga minta alat kebersihan sehingga dia bisa selalu membuat kamarnya bersih.
Dokter memang tidak memberinya suntikan, karena orang yang menitipkan Anita kepadanya mengatakan kalau dia boleh menyuntik Anita saat gadis itu mengamuk, tetapi Anita tidak pernah menunjukkan gangguan mental.
Dengan adanya dia minta buku bacaan dan minta alat kebersihan, bisa dikatakan kalau Anita perempuan sehat jiwa dan raganya.
Mereka juga menyediakan pakaian ganti untuk Anita, walaupun berupa daster usang, namun Anita sudah sangat bersyukur dia bisa ganti dengan pakaian bersih.
Air di dalam kamarnya juga lancar, jadi dia bisa menjaga kebersihan ruang kecil itu tetap bersih dan tidak bau.
Tapi, setiap malam Anita selalu merindukan keluarganya, merindukan suaminya. Mereka baru saja merasakan menjadi suami istri yang sebenarnya setelah mereka berdua bekerja keluar kota.
Hubungan keduanya sedang manis-manisnya. Setiap hari Marchel selalu memanjakan dirinya. Setelah mereka berdua menempati kembali rumah Marchel sendiri, mereka bisa merasakan kehidupan rumah tangga yang sebenarnya.
Mengingat Marchel, Anita menjadi sangat sedih. Bagaimana kabar suaminya itu, apakah dia masih mencari keberadaannya atau sudah melupakan dirinya.
Apakah mertuanya dan Oma juga tahu kalau dirinya sudah menghilang? Apakah mereka mencarinya?
Setiap hari Anita selalu bertanya- tanya dan tidak pernah bisa mendapat jawaban, dia hanya bisa menenangkan dirinya dengan berpikir positif.
Dia juga rindu pada orang tuanya sendiri, apakah mereka juga tahu kalau dia pergi? Mengingat orang tuanya membuat Anita menangis pilu.
“Ma… Pa…”
Anita kembali meneteskan air matanya, dia sangat rindu untuk bisa berjumpa dengan keluarganya. Rindu juga dengan Oma, meskipun Anita tahu Oma tidak suka dengan dirinya, tetapi saat-saat seperti ini, dia sangat ingin mendengar Oma berkata sinis kepadanya.
***
Sementara itu, di rumah Marchel yang sudah kembali menginap di rumah orang tuanya, pasca Anita menghilang, mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
Indah sudah pergi, sesuai janji Oma yang ingin membuat Indah keluar dari rumahnya agar Marchel mau kembali ke rumah itu.
“Sudah ada perkembangan apa?”
“Sepertinya mereka melewati jalan-jalan yang tidak terpantau CCTV jalan, jadi polisi juga masih mencoba terus mencari.
“Apakah kamu sudah mencoba mencari di semua tempat?”tanya Zanuar pada Marchel.
“Sudah, Pa. Semua rumah sakit sudah dicari, tempat-tempat keramaian dan juga tempat-tempat di mana Anita sering datangi, juga sudah kami cari, tapi teman-temannya tidak ada yang tahu di mana Anita berada.”
Zanuar terdiam.
“Apa gadis itu melarikan diri?” celetuk Oma yang membuat semua orang kaget.
“Tidak mungkin Oma. Hubungan kami sangat baik. Marchel tahu kalau Anita juga sudah nyaman kerja di perusahaan. Tidak ada masalah yang terjadi.”
Mereka semua terdiam.
“Ma, mengapa Anita tidak ikut masuk ke ruangan dokter bersama kalian?”
“Dia sendiri yang minta akan menunggu kami di luar,” jawab Shanti yang merasa kalau putranya meragukan dirinya.
“Tapi apa alasannya, Ma?”
“Mama juga tidak tahu, yang Mama tahu dia ingin pergi ke kamar mandi.”
Benar kata Mama, sebab Anita menghilang setelah dia dari kamar mandi, dan tidak begitu jelas siapa yang sudah membawanya dan apa motifnya.
Sebenarnya, Marchel mencurigai seseorang tetapi dia tidak punya cukup bukti. Sekarang sudah lebih seminggu Anita pergi dan belum ditemukan.
Dia memandang Oma, dan kedua adiknya Sifa dan Marva yang diam saja mendengarkan perbincangan mereka. Biasanya, mereka akan segera masuk kamar setelah makan malam, tetapi malam ini Zanuar minta mereka untuk bisa ngobrol di ruang tengah.
“Sifa dan Marva, Papa punya tugas untuk kalian, kalian mencari informasi dari mana saja tentang kakak iparmu.”
“Iya Pa,” jawab keduanya.
“Kita bicara di ruang kerja Papa,” ajak Zanuar pada Marchel.
“Ya, Pa.”
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 26)
Sorry, comment are closed for this post.