Bab 27 Tempat Tersembunyi
Zanuar masuk ke ruang kerja lebih dulu, baru Marchel mengikutinya di belakang.
“Ada apa Pa?”
“Apakah kamu pernah berpikir, seperti yang Papa pikirkan?”
“Apa Pa?”
Zanuar diam.
“Semua tempat sudah kita datangi, namun masih ada satu yang terlewat.”
“Apa Pa?”
“Rumah Sakit Jiwa.”
“Apa maksud Papa? Anita ada di RSJ?”
“Ada kemungkinan di sana, sebab tidak mungkin kamu tidak bisa menemukan Anita setelah sekian lama. kasihan Anita, Chel.”
“Marchel tahu Pa, tapi Marchel juga tidak diam saja selama ini. Menurut Papa, kita mulai dari mana?”
“Sebarkan semua anak buah kita untuk menelusuri diberbagai kota, mungkin di kota ini dulu, baru daerah sekitarnya, baru setelah itu kita mencoba mencari secara acak saja.”
“Lakukan dengan senyap, kita tahu tahu apakah masih ada musuh-musuh kita yang berkeliaran di luar sana.”
“Baik, Pah.”
Marchel segera mengerahkan anak buahnya, untuk menyebar ke berbagai rumah sakit jiwa. Sementara dia sendiri juga berniat mencari sendiri.
***
Anita diperlakukan sangat baik, sebab dia tidak menunjukkan tanda-tanda punya gangguan mental, tetapi dokter sendiri tidak bisa berbuat banyak sebab yang memerintahkan dirinya adalah orang besar.
Setiap hari Anita akan bangun tidur kemudian menunaikan kewajibannya, dia memperoleh mukena bekas dari salah satu perawat yang sangat baik pada dirinya.
Bu Marni, seorang janda tanpa anak, setelah ditinggal suami dan anak gadisnya untuk selamanya. Keberadaan Anita mengingatkan Marni pada putrinya.
Dia tidak tahu apa alasannya sampai Anita ada di rumah sakit ini.
Mereka pernah ngobrol, dari situlah Marni tahu kalau Anita waras, tidak mengalami gangguan kejiwaan. Sekarang pintu ruangan Anita tidak dikunci, tetapi tetap saja dia harus izin saat akan keluar dari kamarnya.
Karena dirasa normal, Anita dipekerjakan di rumah sakit itu bersama Marni. Setiap pagi, Marni akan menjemput Anita ke kamarnya untuk bekerja.
Bersama marni dia akan membersihkan kamar-kamar para pasien, tentu saja pasien yang tidak bahaya. Anita mengerjakan tugasnya dengan sangat baik dan tidak banyak bicara.
Para perawat dan sebagian dokter bisa menilai kalau Anita sebenarnya bukan orang gila. Mereka bisa berkomunikasi dengan baik dan normal dengan Anita, namun Anita hanya mau dekat pada marni yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri.
Marni tinggal di rumah sakit juga, sebab dia tidak punya rumah sejak hartanya habis untuk pengobatan suami dan putrinya yang mengalami kecelakaan bersama-sama.
Sebelum akhirnya keduanya berpulang, mereka sempat dirawat di rumah sakit dan menghabiskan banyak uang.
Marni meminjamnya dari sana sini, sampai akhirnya suami dan putrinya meninggal, Marni memutuskan menjual rumah satu-satunya untuk membayar hutang dan dia mengabdikan diri di RSJ.
Rumah sakit ini cukup besar, sehingga kamar-kamarnya juga banyak, tetapi Marni dan Anita hanya bertugas di satu bangsal saja.
Kebetulan mereka mendapat bangsal dengan pasien yang berasal dari orang berada yang ada di sana karena stress dan banyak tekanan pekerjaan atau hal yang lainnya.
Tak terasa sudah hampir satu bulan Anita ada di sana dan dia pasrah saja, sebab dia tidak tahu harus bagaimana, meskipun dia seolah-olah dibiarkan bebas, tetapi sebenarnya tidak.
Ada orang-orang tertentu yang memang dibayar untuk mengawasi dia, agar tidak bisa keluar dari sana. Anita tahu sebab dia pernah berusaha menyelinap, tetapi ada orang yang menghadang dirinya.
Namun tidak berarti dia tidak berusaha mencari celah, hanya saja dia masih membutuhkan waktu untuk mempelajari keadaan dan dia juga ingin tahu, siapa yang ingin menyakitinya.
Anita searing merenung di dalam kamarnya, tentang semua hal yang menimpa dirinya. Dia juga merindukan Marchel, suaminya.
Seperti saat ini dia sedang duduk bersma marni di sebuah bangku di taman, mala mini Anita memang diperbolehkan istirahat setelah seharian membantu Marni membersihkan seluruh bangsal.
Tentu saja pekerjaan itu tidak hanya dikerjakan berdua, ada sekitar sepuluh orang dengan tugas masing-masing, dan ada dua orang bekas pasien yang sudah dinyatakan sembuh membantu mereka.
Mereka tidak bisa pulang atau dipulangkan karena keluarga tidak mengurusi karena terlanjur malu punya keluarga mantan pasien RSJ.
Mereka dipekerjakan di sana membantu pekerjaan-pekerjaan ringan. Bergaul dengan mereka Anita merasa senang sebab ada orang yang bisa diajak bicara.
Malam ini mereka melepas lelah dengan duduk-duduk di taman.
“Apa kamu merindukan rumah?”
“Iya Bu, Saya masih punya orang tua dan saya juga sudah punya suami.”
“Jadi kamu punya suami? Apa suamimu tahu kalau kamu ada di sini?”
“Nita tidak tahu Bu, tapi kalau Anita tidak ada di rumah, pasti dia tahu. Dan Nita percaya kalau dia sedang mencari Nita, hanya saja dia tidak akan menyangka kalau Nita ada di sini.”
“Yah, orang yang ingin menyingkirkan kamu sangatlah memikirkan segalanya dengan teliti, agar suami dan keluargamu tidak bisa menemukanmu.”
“Tapi apa rumahmu ada di dekat sini?”
“Satu jam perjalanan menggunakan mobil.”
“Yah dekat, semoga saja suamimu atau keluargamu segera bisa menemukanmu.”
“Yah.”
“Yuk kita istirahat dulu, besok masih harus bekerja lagi.”
Keduanya beranjak masuk ke bangunan utama menuju kamar masing-masing, tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi aktivitas keduanya.
Orang itu segera melakukan panggilan, kemudian dia pergi meninggal persembunyiannya.
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 27)
Sorry, comment are closed for this post.