Bab 29 Orang Asing
Pagi ini Anita, seperti biasa, membersihkan ruangan-ruangan bersama Bu Marni dengan ditemani suster Laila, sekalian ingin memeriksa pasien.
Mengukur tensi dan juga memeriksa secara umum saja, sebelum dokter keliling memeriksa mereka. Rumah sakit itu sangat luas dan bangsal Anita berada di tengah-tengah lokasi.
Anita pernah bertanya pada Bu Marni, berapa luas rumah sakit ini dan jawaban Bu Marni mencengangkan, membuat Anita patah semangat.
Secara sadar, Anita tetap ingin pergi dari rumah sakit ini, tetapi dia sangat memperhitungkan, jangan sampai dia tertangkap.
Anita tahu kalau orang yang membawanya ke sini pasti punya tujuan untuk menyingkirkan dirinya. Jadi dia harus sangat hati-hati.
Anita mengenal seorang perawat muda bernama Laila yang tampak berbeda dari staf lainnya. Sudah seminggu ini Laila dipindahkan ke bangsal Anita.
Laila berbicara dengan lembut dan memperlakukan Anita seperti manusia, bukan seperti orang gila. Dalam percakapan singkat mereka, Anita akhirnya membuka diri tentang kecurigaannya.
Anita melihat ke kanan kiri, khawatir ada orang yang mendengar dirinya bicara dengan Laila. Bu Marni masih ada di ruangan yang baru saja mereka tinggalkan.
“Aku tidak gila, Laila. Seseorang menjebakku di sini,” kata Anita dengan suara bergetar.
Suster Laila terdiam sejenak.
“Saya percaya Anda. Tapi, Bu Anita tidak akan mudah keluar dari sini. Tempat ini punya aturan ketat dan ada orang-orang kuat di belakangnya.” bisik Laila pada Anita.
“Jika Anda mencoba melarikan diri, Anda harus hati-hati. Saya akan membantu sebisa saya. Tapi, saran saya, waktunya harus tepat dan Anda harus cepat.”
Anita menatap Laila, masih ragu apakah gadis ini bisa dipercaya. Laila memberitahu tentang pintu keluar darurat yang jarang diawasi.
Namun, Anita harus menunggu waktu yang tepat, mungkin di malam hari saat penjagaan lebih longgar. Tapi dia juga ingin memastikan apakah Laila tulus membantu dirinya.
Di sisi lain, ketakutan menghantui Anita: bagaimana jika ia tertangkap? Namun, keinginan untuk bertemu Marchel dan kembali ke kehidupannya lebih besar daripada rasa takutnya.
Anita dan Laila masuk ke sebuah ruangan yang menurut data yang dibawa Laila adalah pasien baru, dia pasien yang terkena gangguan jiwa setelah ditinggal menikah pacarnya.
Roy, pemuda gondrong dan brewokan, dia diam saja, tetapi saat melihat Laila dan Anita masuk dia langsung menatap keduanya.
Anita ketakutan, sebab dia tahu kalau Roy orang baru yang belum tahu karakternya. Anita dan Bu Marni biasanya membersihkan ruangan kosong karena penghuninya sedang ada di luar kamar.
Baru kali ini Anita masuk ruangan yang ada pasiennya karena mengikuti Laila yang memang bertugas memeriksa kesehatan pasien.
“Halo Mas Roy. Apa kabar? Sehat? Laila periksa dulu ya?” sapa Laila dengan suara lembut.
Laila langsung memasangkan alat tensi di lengan Roy yang hanya patuh dan diam. Anita langsung melakukan tugasnya, menyapu dan mengepel lantai ruangan Roy.
Roy terus menetap Anita, membuat gadis itu risih dan takut sebab mereka hanya berdua di kamar itu, takut Roy mengamuk sewaktu-waktu.
***
“Pak, Bu Anita mungkin ada di sebuah rumah sakit jiwa di pinggiran kota. Saya belum yakin, tapi ada saksi yang melihat mobil hitam yang mirip dengan yang digunakan pada hari Bu Anita dibawa menuju ke sana.”
Marchel langsung memerintahkan Roy untuk menyelidiki lebih lanjut. Tak lama kemudian, konfirmasi datang. Anita memang berada di sana, terjebak di tempat itu tanpa bisa keluar.
Roy berhasil masuk ke dalam rumah sakit jiwa sebagai salah satu pasien baru. Dengan identitas palsu, ia berusaha mendekati Anita di ruang makan bersama.
Di rumah sakit itu memang ada ruang makan besar yang diperuntukkan untuk pasien yang bisa dibimbing untuk patuh menuruti perintah.
“Bu Anita, Pak Marchel mengirim saya untuk menjemput Anda.” bisiknya sambil duduk di sebelahnya.
Mata Anita melebar.
“Roy? Apa Marchel tahu aku di sini?” bisik Anita.
“Dia tahu, Bu. Tapi kita harus berhati-hati. Tempat ini dipenuhi mata-mata, dan saya menduga nenek Pak Marchel yang mengatur semuanya.”
Anita mengangguk, merasa sedikit lega namun masih waspada. Roy dan Laila mulai merencanakan pelarian. Mereka memutuskan untuk memanfaatkan malam ketika ada acara besar di rumah sakit yang membuat sebagian staf sibuk.
Hari pelarian tiba. Anita, Roy, dan Laila bergerak dengan hati-hati. Mereka melewati lorong panjang yang suram, menghindari kamera pengawas dan petugas yang berjaga.
Ketika hampir sampai di pintu keluar darurat, alarm berbunyi. Salah satu pasien lain melihat mereka dan melaporkan kejadian tersebut.
“Lari!”
Roy berbisik dengan tegas sambil menarik tangan Anita.
Namun, Anita terjatuh, dan saat itu petugas keamanan hampir menangkap mereka. Laila dengan berani menghadang petugas, memberi waktu bagi Anita dan Roy untuk melarikan diri.
Anita tidak pernah melupakan keberanian Laila, yang mungkin kini menghadapi masalah besar karena membantu mereka.
Rupanya anak buah Roy ada yang selalu siap menanti Roy di luar rumah sakit, jadi saat melihat Roy bersama Anita mereka sigap mendekat dan membantu mereka berdua.
Marchel menunggu di sebuah rumah aman yang sudah disiapkan Roy. Ketika Anita akhirnya tiba, Marchel langsung memeluknya erat.
“Aku pikir aku akan kehilanganmu selamanya,” katanya dengan suara serak menahan tangis haru. Sudah lebih dari dua bulan mereka dipisahkan.
Anita menangis dalam pelukan suaminya, akhirnya merasa aman untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir berada dalam pelukan orang yang dicintainya.
Namun, kebahagiaan mereka segera ternodai oleh kenyataan yang pahit. Mereka tahu bahwa Oma-lah dalang dibalik penderitaan Anita ini.
Marchel meninggalkan Anita di rumah itu, dijaga oleh Roy dan anak buahnya. Dia akan pulang untuk menemui Oma, Marchel sangat marah pada Oma atas apa yang dialami Anita.
Marchel menghadapi Oma di ruang tamu keluarga mereka.
“Kenapa, Oma?! Kenapa Oma tega melakukan ini kepada Anita?!”
Oma tetap tenang, meskipun wajah Marchel memerah menahan amarah.
“Kamu tidak mengerti, Marchel. Dia bukan wanita yang pantas untukmu. Aku hanya ingin melindungi keluarga kita dari kehancuran.”
“Melindungi keluarga?! Dengan menyiksa istriku?! Apa yang Oma lakukan bukan hanya salah, tapi juga kejahatan!!”
Marchel ingin menyerahkan Oma kepada pihak berwenang, tetapi ia tahu bahwa hal itu akan memicu skandal besar yang bisa merusak nama baik keluarganya dan bisnis mereka.
Setelah berdiskusi panjang dengan kedua orang tuanya, mereka memutuskan untuk mencari solusi lain.
Dengan berat hati, Marchel membawa Oma ke sebuah rumah jompo yang terletak jauh dari kota. Ia memastikan Oma ditempatkan di bawah pengawasan ketat dan membatasi aksesnya terhadap aset-aset keluarga.
Langkah ini diambil untuk memastikan Oma tidak dapat lagi menghubungi orang-orang suruhannya atau merencanakan tindakan serupa di masa depan.
Selain itu, Anita meminta agar Marchel memperkuat hubungan mereka dengan melibatkan ahli atau seorang dokter ahli jiwa untuk membantu Oma.
Setidaknya bisa membantu Oma untuk memastikan Oma tidak bisa lagi menimbulkan konflik yang bisa menghancurkan keluarga mereka.
Meski tidak sempurna, solusi ini memberi Anita dan Marchel ruang untuk memperbaiki hubungan mereka tanpa harus membawa Oma ke penjara.
Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi mereka siap menghadapi apa pun bersama.Oma adalah keluarga mereka yang selayaknya mereka sayangi.
Namun dengan karakter Oma yang seperti itu, membuat mereka harus lebih berhati-hati pada Oma. Apakah Oma mau dan bisa berubah?
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 29)
Sorry, comment are closed for this post.