Kepergok Mama
“ Siapa itu?”
Anita kaget melihat ibunya datang dari seberang jalan, dari toko yang paling dekat dengan perumahan utamanya dekat dengan rumah Anita.
“ Teman Ma.”
“ Kenapa tidak diajak ke rumah?”
“ Dia terburu-buru, lagian sudah malam juga.”
“ Lain kali ajak ke rumah.”
“ Iya Ma.”
“ Kamu sudah makan?”
“ Sudah Ma, tapi kalau Mama nawari untuk makan lagi An mau juga.”
“ Kamu ini, apa tidak takut gemuk?”
“ Gemuk itu cantik lo Ma.”
“ Iya nanti kalau tidak ada laki-laki yang mau dekat bagaimana?”
“ Ya tidak apa-apa, berarti belum ketemu jodoh.”
“ Kamu ini.”
Meraka yang berjalan beriringan akhirnya sampai rumah juga, dilihatnya ayahnya sedang duduk di teras bersama tetangga sebelah rumah.
“ Kalian baru pulang?” tanya Rudi yang mengira kalau Anita pergi bersama ibunya ke toko sembako.
“ Iya Pak.”
“ Iya Om, An masuk dulu Om.”
“ Ya.”
Anita langsung masuk rumah dan setelah meletakkan keranjang belanjaan ibunya yang tadi dia bawakan, Anita langsung menuju kamarnya.
Dia sangat merindukan kamarnya, tetapi dia tidak mau mengotori kasurnya dengan bau keringatnya sendiri, maka Anita memilih mandi dan baru rebahan.
Dia tidak yakin bisa tidur nyenyak malam ini. Peristiwa hari ini membuat dunianya jungkir balik. Apa komentar ibunya kalau tahu bahwa dalam sehari dia sudah punya pacar dan bisa disebut calon menjadi istri seorang Marchel.
Anita langsung merinding, bulu kuduknya meremang, tidak ada dalam angan-angannya akan menikah muda, dia masih ingin melanjutkan kuliahnya dan baru bekerja.
Tetapi karena ayahnya kesulitan untuk membiayai dia kuliah S2 maka Anita memilih mencari kerja dulu. Dengan bekerja dia bisa mengumpulkan uang yang nantinya akan dia pergunakan untuk biaya kuliahnya.
Untuk waktu kuliahnya dia bisa mengambil kelas malam atau kelas akhir pekan yang kuliahnya hanya pada hari Sabtu dan Minggu. Tekat Anita untuk maju sangatlah besar, sehingga dia berusaha keras untuk meraihnya.
Tapi sekarang takdir mengharuskan dirinya berurusan dengan Marchel yang menurut kata-kata Marchel, orang tuanya sudah mendesaknya untuk segera menikah, sebab adik-adiknya perempuan dan sudah beranjak dewasa.
Sebenarnya Marchel tidak keberatan seandainya kedua adiknya akan menikah lebih dulu, tetapi ayah dan ibunya tidak mau seperti itu,
Mereka ingin Marchel menikah lebih dulu, karena selain usia Marchel yang sudah menjelang tiga puluh tahun mereka berharap Marchel ada yang urus.
Selama ini Marchel hidup dalam serba dilayani, selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Bisa dibilang Marchel tidak pernah bertemu dengan yang namanya kesusahan atau kesulitan.
Semua hal sudah diselesaikan oleh orang-orang terdekatnya termasuk di sini yang paling berperan adalah Andi sang asisten.
Andi adalah sahabat Marchel yang diangkat menjadi asistennya, karena hanya Andi yang bisa memahami sifat dan karakter Marchel.
Andi juga orang yang paling sabar menghadapi kekesalan dan kemarahan Marchel dan juga bisa menenangkan Marchel kalau Marchel sedang tidak berkenan karena suatu hal.
Memikirkan kata-kata Marchel dan pertemuan dengan keluarganya, sikap kedua orang tuanya serta sikap kedua adiknya, masih jelas dalam ingatkan Anita.
Banyak tanya dalam benaknya. Mengapa Marchel memilih dirinya, pastinya banyak gadis atau wanita yang bisa dia pilih dan tentu saja mereka dari kalangan orang kaya.
Sedangkan dirinya? Apakah Marchel tidak salah telah memilihnya, jangan-jangan Marchel tidak tahu siapa dirinya? Apakah Marchel mengira kalau dia anak orang kaya?
Tidak mungkin apa yang bisa dilihat dari penampilan Anita sehari-hari, orang tidak akan memberi penilaian seperti itu. Anita selalu berpenampilan sederhana, kalau toh berdandan juga ala kadarnya saja.
Namun karena kulit tubuhnya putih bersih dan wajahnya cantik, membuat orang sering terkecoh dengan penampilan Anita itu.
Banyak orang mengira kalau Anita putri seorang yang kaya raya. Tapi kalau melihat jenis pakaian yang melekat di tubuhnya dan juga sepeda motor butut yang sudah menemaninya sejak SMA, maka penilaian awal tadi akan gugur.
Tapi aku tidak pernah menyembunyikan keadaanku dan keluargaku, kalau mereka bisa menerima ya syukur, kalaupun tidak, itu bukan urusan mereka. Selalu begitu itu Anita menyikapi kata sindiran yang sering dia dengar.
Lama-lama Anita kelelahan dan tertidur, suara memanggilnya sudah tidak bisa didengarnya lagi. Padahal dia tadi sudah janji akan makan lagi kalau ibunya menawarinya makan.
***
Marchel sudah sampai rumah, rumahnya sendiri, sejak memimpin perusahaan sang ayah, Marchel memilih hidup terpisah dari orang tuanya.
Dia sering harus lembur dan pulang malam hari. Badannya sudah sangat lelah, kalau di rumah dan bertemu ibunya, pasti ditanya-tanya dan mungkin juga diomeli.
Marchel memilih hidup sendiri di sebuah rumah yang dia beli dari seorang rekan bisnisnya. Rumah semi minimalis modern berlantai dua dan memiliki lima buah kamar.
Kamar Marchel ada di lantai dua, kamar itu sudah direnovasi dari aslinya. Dua ruang dijadikan satu, ditambah kamar mandi dalam dan ruang ganti.
Kamarnya sendiri menjadi cukup luas, ruangan di sebelahnya dia gunakan sebagai ruang kerja. Marchel memang tidak ingin bekerja di dalam kamarnya.
Dia ingin bisa membagi waktu istirahatnya dengan waktu kerjanya. Kalau di ruang kerjanya, banyak hal bisa disimpan termasuk koleksi buku-bukunya.
Juga ada komputer yang bisa dia gunakan untuk membantunya menyelesaikan tugas-tugas sebagai seorang direktur perusahaan besar.
Masuk rumah sudah ada ART yang membukakan pintunya.
“ Air mandinya sudah siap Tuan.”
“ Ya.”
“ Apakah Tuan akan makan malam?”
“ Tidak aku sudah makan, kalian istirahat saja.”
“ Baik Tuan, permisi.”
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 3)
Sorry, comment are closed for this post.