Mulai Jatuh Cinta
Marchel menuju kamarnya, segera mandi dan mengganti bajunya dengan baju rumah. Malam ini dia tidak ingin bekerja, dia merasa sangat lelah dan hanya ingin tidur saja.
Tetapi saat dia berbaring, matanya memang bisa terpejam tetapi hatinya tidak, dia ingat semua peristiwa yang terjadi hari ini.
Wajah cantik Anita terlihat jelas di depan matanya. Marchel tersenyum sendiri. Dia ingat betapa lucunya wajah Anita saat kebingungan harus menjawab apa tentang hubungan mereka berdua di depan orang tuanya tadi.
Marchel juga tidak memberitahu Anita kalau mereka akan bertemu keluarganya. Tetapi Marchel salut dengan ketenangan yang dimiliki gadis semuda Anita.
Anita pandai membawa diri dan sepertinya kedua orang tuanya sangat senang dengan Anita. Hanya kedua adiknya saja yang sikapnya sangat menyebalkan.
Marchel tahu kalau adiknya selalu tidak senang kalau ada gadis yang dekat dengan dirinya. Mereka seperti cemburu dengan para gadis itu, sebab kedua adiknya sangat manja dengan padanya.
Mereka berani minta uang kepada dirinya dan kalau disuruh minta sang ayah, mereka menjawab tidak berani. Sebab ayah mereka sudah memberi uang saku yang cukup untuk mereka, hanya saja mereka terlalu boros, sehingga sering kekurangan uang.
Marchel tahu kalau orang tua mereka salah mendidik si kembar yang tidak pernah menjadi dewasa di usia mereka. Mereka masih sangat bergantung pada orang tua dan dirinya sebagai kakak.
Mungkin ada benarnya rencana orang tuanya yang menginginkan dia segera menikah, agar mereka bisa belajar menjadi lebih dewasa.
***
Pagi harinya, Anita sudah siap untuk hadir dalam wawancara di Kartika Candra Group, pagi-pagi sekali dia sudah berada di jalan untuk datang ke perusahaan itu dan tentu saja dia tidak mau datang terlambat.
Peserta wawancara ternyata sangat banyak mereka dipanggil lima-lima tidak satu persatu, di sana Anita bertemu dengan beberapa temannya kuliah.
Namun Anita tidak menyapa atau mendekati mereka. Mereka adalah teman-teman dari kalangan anak orang kaya. Yang biasanya selalu merendahkan Anita yang dari keluarga sederhana dan bisa kuliah di kampus itu karena beasiswa.
Anita bisa melihat mereka terlihat sangat angkuh dan tidak mau dekat dengan peserta wawancara yang lain yang duduk tenang sambil menunggu giliran.
Mereka duduk berkelompok tersendiri dan kebetulan mereka dipanggil secara bersamaan hanya tertinggal satu orang yang tidak termasuk dalam kelompok yang diwawancarai.
Setelah beberapa saat kelompok itu keluar dan Anita bisa melihat mereka keluar dengan wajah yang tidak bisa dilukiskan.
Berbeda sekali saat mereka masuk tadi. saat keluar wajah mereka sangat kacau tidak ada wajah senang dan ceria seperti saat masuk tadi yang sangat terlihat sangat sombong.
Mereka langsung keluar perusahaan tanpa mengatakan apa-apa lagi, Anita tidak tahu apa yang terjadi di dalam ruangan wawancara.
Giliran selanjutnya adalah kelompok Anita. Mereka berlima masuk secara bersamaan dan ada lima penguji di depan mereka.
Mereka ditanya dengan pertanyaan yang sama untuk kelima peserta dan ada lima pertanyaan dari masing-masing pewawancara.
Teman Anita yang anak orang kaya mendapat giliran menjawab lebih dulu dan Anita bisa melihat cara menjawabnya sangat cerdas dan pemilihan katanya juga bagus, tidak bertele-tele.
Kemudian giliran Anita harus menjawab dengan pertanyaan yang sama untuk mereka, dua orang terdahulu lebih banyak mengcopy jawaban teman Anita itu.
Anita punya pemikirannya sendiri dan menjawab dengan bahasa dan menyampaikan apa yang dia pikirkan.
“ Apakah kalian juga punya saudara yang bekerja di sini?”
“ Tidak Pa, saya tidak kenal siapapun di sini,”jawab Anita dan mereka semua tidak ada yang menjawab kalau mereka mendaftar karena koneksi.
“ Benarkah?”
“ Iya Pak.”
“ Saya tidak mau kalian bekerja di sini karena koneksi, kami mencari orang yang berniat mengembangkan perusahaan ini, ini bukan perusahaan keluarga yang bisa seenaknya memasukkan keluarganya ke sini.”
Anita jadi berpikir, apakah teman-temannya tadi dimarahi karena menyebutkan kalau mereka punya dukungan orang dalam untuk mendaftar di perusahaan ini? Makanya tadi wajah mereka seperti itu?
“ Baiklah kalian boleh keluar dan tunggu pemberitahuan dari kami.”
Mereka semua keluar dan pulang setelah meninggalkan nomor kontak mereka pada petugas yang ada di depan. Anita juga berniat keluar perusahaan tetapi dihadang oleh Andidi depan pintu.
“ Pak Andi ada di sini?”
“ Iya, ayo ikut saya.”
“ Ke mana?”
“ Tuan sudah menunggu di mobil.”
Anita mengikuti langkah Andi dan masuk sebuah mobil setelah dibukakan pintunya oleh Andi, dan kejadian itu dilihat oleh kelima teman kuliahnya tadi.
Mereka langsung saja kasak kusuk membicarakan Anita.
“ Ternyata gadis gembel itu jadi simpanan laki-laki kaya.”
“ Paling juga laki-laki tua.” sahut yang lainnya dan disambut tawa teman yang lain.
“ Aku tidak rela seandainya Anita yang diterima di perusahaan ini.”
“ Iya aku juga.”
“ Aku juga, pamanku manajer di sini, jadi aku pasti diterima.”
Mendengar salah seorang dari mereka mengandalkan pamannya yang lainnya tersenyum sinis.
“ Ayahku adalah mitra bisnis perusahaan ini, aku juga yakin kalau aku diterima.” balas yang lain.
“ Aku juga punya saudara di sini dan dia mau membantuku.”
Mereka akhirnya berebut ingin menonjolkan dukungan mereka dan ada salah satu yang tidak memiliki dukungan siapa-siapa, dia hanya diam saja melihat teman-temannya berdebat.
Dia memandangi mobil yang membawa Anita pergi. entah mengapa dia senang melihat Anita bisa naik mobil mewah. Karena setahu dirinya, Anita dari keluarga sederhana dan tidak mungkin punya mobil mewah seperti itu.
Meskipun tadi temannya mengatakan kemungkinan Anita menjadi simpanan laki-laki kaya, bagi dirinya, Anita pasti punya alasan tersendiri bila benar-benar melakukan hal itu.
Memikirkan tentang Anita membuat dirinya lebih respek dengan gadis itu dari pada dengan teman-temannya yang masih berdebat tentang siapa yang punya pendukung yang kuat.
Dia meninggalkan teman-temannya karena jemputannya lebih duluan datang.
“Aku pulang dulu,” serunya pada teman-temannya dan tidak ada yang merespon sama sekali.
“ Bagaimana aku bisa punya teman halu seperti mereka?” batinnya sambil masuk mobil dan berlalu.
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 4)
Sorry, comment are closed for this post.