Bab 5 Kencan Pertama
Dua hari kemudian, tibalah pengumuman tentang diterima tidaknya Anita di perusahaan itu. Seharian dia sudah gelisah, menunggu telpon dari pihak perusahaan sampai dia ketiduran.
Mendengar suara hp yang terus menerus berbunyi, Siwi, mamanya Anita masuk kamar dan melihat anak gadisnya tertidur sangat nyenyak, mau dibangunkan dia merasa kasihan, beberapa hari ini Anita tidak bisa tidur nyenyak.
Tetapi suara panggilan telepon itu kembali terdengar. Siwi berusaha membangunkan putrinya. Terpaksa Siwi menerima telepon itu.
“ Ya halo selamat siang.”
“ Apakah benar ini nomor Anita Safitri Wulansari?”
“ Iya benar, ini siapa dan dari mana ya?”
“Kami dari Kartika Candra Group, Anitanya mana ya?”
“ Maaf saya ibunya, Anita sedang keluar.”
“ Ya tolong sampaikan pada Anita kalau besok pagi bisa mulai bekerja kamu tunggu jam tujuh pagi sudah sampai perusahaan ya Bu.”
“ Oh iya terima kasih.”
“ Sama-sama Bu selamat siang.”
“ Selamat siang.”
Siwi tidak bisa menahan rasa gembiranya, mendengar anaknya diterima kerja di sebuah perusahaan besar, setelah mematikan hp Anita, dia segera menggoyangkan tubuh Anita dengan lebih keras sampai putrinya itu terjaga.
“ Ma, ada apa, Nita masih ngantuk.”
“ Kamu ini , ayo bangun dulu dengerin Mama.”
“ Iya Nita dengar, ada apa.”
“ Kamu buka mata dulu.”
“ Iya iya. ada apa?”
“ Kamu diterima di Kartika… ap tadi ya?” Siwi lupa nama perusahaan yang tadi disebutkan oleh sang penelpon.
“ Apa Ma?”
‘ Besok pagi kamu disuruh dating sebelum jam tujuh.”
“ Beneran Nita diterima Ma?”
“ Iya tadi bilangnya begitu.”
“ Yeeeee akhirnya aku dapat pekerjaan!!!” seru Anita membuat Siwi terkejut, tapi kemudian dia tertawa melihat tingkah anak gadisnya itu.
Anita sangat gembira,m tetapi kemudian dia ingat kalau dia tidak punya baju kantor.
“ Aduh bagaimana ini Ma?”
“ Ada apa?”
“ Nita tidak punya baju untuk ke kantor.”
Siwi terdiam, selama ini anaknya selalu memakai celana jeans dan kaos kalaupun pakai blusepun modelnya anak muda banget, bukan bahu resmi.
“ Bagaimana, kamu mau beli?”
“ Kalau beli uangnya dari mana Ma?”
‘ Kalau hanya beberapa potong dan harganya bukan yang mahal, mama masih punya uang.”
“ Tidak ah Ma, uang Mama kan untuk kebutuhan sehari-hari.”
“ Atau begini saja, Mama coba bongkar baju-baju lama Mama, bagaimana, kamu mau pakai?”
“ Tapi apakah modelnya masih bisa dipakai sekarang Ma.”
“ Kita lihat saja, dan nanti kamu pilih mana yang bisa kamu pakai dan mana yang tidak.”
“ Iya Ma.”
Mereka berdua menuju kamar Siwi dan Siwi mulai membogkar almarinya dan mencari baju-baju saat dia masih bekerja di perusahaan. sebelum menikah dulu.
Siwi mengeluarkan setelan jas yang sampai hari ini modelnya masih saja dipakai, jadi Siwi seperti menemukan harta karun. Kebetulan ukuran tubuh mereka hampir sama, agak besar Anita dari pada Siwi muda.
Tetapi semua baju itu masih bisa dipakai, setidaknya selama seminggu ini sudah ada baju yang bisa dipakai.
“ Terima kasih Ma, untung belum dibuang,”
“ Mama memang menyisakan beberapa untuk kenang-kenangan, saying saja kalau semuanya dikasihkan orang.”
“ Iya Ma, terima kasih.”
“ Ingat kalau bekerja pakai hati, dan cintai pekerjaanmu, yang seperti itu akan membuatmu betah di tempat kerja.”
“ Iya Ma.” Anita memeluk sang mama dan mencium pipinya.
“ Ada apa ini kok main peluk-peluk?” suara sang papa terdengar di depan pintu kamar.
“ Ini Pa, anakmu diterima kerja di kartika..apa?”
“ Kartika Candra Group.”
“ Ya itu.”
“ Bagus itu, itu perusahaan besar, kamu kerja yang benar ya, biar bisa langgeng kerja di sana, tidak semua orang bisa diterima di sana.”
“ Iya Pa, terima kasih.” Anita memeluk papanya.
Sang papa mencium kening anak gadisnya. Anita sudah dewasa. Harun menjadi terharu melihat anak gadisnya sudah sebesar ini.
“ Ada apa Pa?” tanya Anita yang melihat mata papanya berkaca-kaca.
“ Tidak apa-apa, kamu sudah sebesar ini, sepertinya baru saja kamu masih setinggi ini.” Harun memposisikan tangannya di depan pinggangnya.
“ Yak an Nita dikasih makan dan disayangi jadinya cepat besar,” jawab Anita manja.
“ Sekarang kamu sudah besar, tidak boleh manja-manja dan jangan cengeng. hadapi semuanya dengan dewasa, belajar menjadi dewasa, sekarang sudah waktunya buat kamu.”
“ Sudah waktunya apa Pa?”
“ Belajar dewasa, jangan seperti anak kecil terus.”
“ Iya Pa. Nita akan belajar jadi dewasa, kalau Nita tua Papa pasti senang.”
“ Kok begitu?”
“ Kan dewasa itu bisa juga diartikan menjadi tua.”
“ Kamu ini, maksud Papa cara berpikirmu dan juga cara kamu menyelesaikan masalahmu, jangan seperti anak kecil lagi.”
“ Memang harus bagaimana Pa.”
“ Yak alai mau bertindak piker baik-baik resikonya, baik dan buruk tergantung dari bagaimana cara kita maemandang suatu masalah, jangan terbawa emosi dan pakai otakmu untuk berpikir jangan emosinya yang dibesar-besarkan, paham?”
“ Iya Pa.”
“ Paham nggak?”
“ Enggak.” jawaban polos Anita membuat harus gemas.
“ Kamu ini, kalau dibilangin tidak mendengarkan.”
“ Nita dengar Pa, tapi Nita bingung dengan keterangan Papa tadi.”
“ Ya sudah kalau kamu bingung, nanti kalau kamu menemui masalah, kamu akan ingat apa kata-kata Papa tadi.”
“ Bagaimana besok ingat, sekarang saja Nita tidak tahu.”
Harus tambah gemas, Siwi hanya geleng-geleng kepala saja, dia sudah biasa melihat pemandangan seperti itu. Mereka berdua kadang jadi musuh, tapi tak jarang juga mereka menjadi sahabat dan juga menjadi krooni yang ikut menyerang dirinya.
Siwi senang dan bahagia, Anita tumbuh menjadi gadis yang cantik, lembut dan sangat tahu sopan santun. Siwai hanya khawatir orang akan memanfaatkan kepolosan Anita yang selalu menganggap semuanya baik.
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 5)
Sorry, comment are closed for this post.