KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Malaikat Hati Sang CEO (Bab 7)

    Malaikat Hati Sang CEO (Bab 7)

    BY 25 Agu 2024 Dilihat: 132 kali
    Malaikat Hati Sang CEO_alineaku

    Bab 7 Asisten  Sang CEO

    “ Membantu Pak Andi?” Tanya Sinta yang merasa heran mengapa Bossnya masih butuh orang untuk membantu pekerjaannya. bukankah sudah ada Andi dan dirinya, apakah masih kurang?

    “ Iya.”

    “ ???”

    “ Kenapa?”

    “ Tidak apa-apa.”

    “ Boleh minta agenda Pak Marchel dalam minggu ini?”

    “ Buat apa?”

    “ Aku tidak tahu, aku hanya disuruh Pak Marchel saja. ”

    Sinta menyerahkan tabletnya dan Anita mengambil gambar dari agenda Marchel.

    “ Kenapa Minggu depan tidak ada agenda sama sekali?”batin Anita yang merasa heran dengan informasi yang ada di tangannya.

    “ Memang belum ada  agenda, memangnya harus aku isi apa?”

    Anita berpikir, kalau tadi dia jelas-jelas mendengar kalau marchel mengajaknya dinas keluar kota, tetapi mengapa di agendanya tidak ada apa-apa.

    “ Nggak sih aku kira akan agenda luar kota untuk beberapa hari.”

    “ Kata siapa?”

    “ Kata Pak Marchel.”

    “ Kenapa aku belum dikasih tahu?”

    Anita hanya mengangkat bahunya saja tanda kalau dia tidak tahu, mengapa Sinta tidak diberi tahu, dia yang orang baru sudah tahu. 

    Anita merasa kalau Sinta tidak suka dengan dirinya, perkataannya selalu terlontar dengan nada ketus dan wajahnya juga tidak bersahabat. 

    Anita cuek saja duduk di depan meja Sinta yang memang ada satu kursi di sana.

    “ Biasanya pak Marchel mengajak Pak Andi kalau keluar kota.”

    “ Oh ya, tidak dengan kamu?”

    “ Tidak, aku punya banyak tugas di sini.”

    “ Maaf Mbak Anita bisa ikut dengan saya?” kata Andi yang sudah ada di dekat mereka. 

    Andi membawa Anita ke ruangannya, di sana dia disuruh memilih meja dan kursi yang akan dia gunakan dalam bekerja.

    “ Jadi meja dan kursi buat aku belum ada dan kalian mau membelinya khusu untuk aku bekerja?”Tanya Anita pada Andi.

    “ Benar, kami memang belum pernah mengadakan meja kursi untuk asisten pak Marchel yang akan bekerja bersama beliau di ruangan beliau.”

    “ Apa satu ruang dengan dia? Tidak bisa begitu, meskipun aku asistennya tetap saja ruangan kami akan berbeda.”

    “ Itu permintaan khusu Pak Marchel.”

    “ Tapi itu tidak biasa, Pak Andi sendiri sebagai asisten beliau, ruangannya ada di sini. Sinta juga punya ruanganya sendiri. Kenapa aku harus satu ruangan dengan direktur?”

    “ Tidak tahu, tapi itu pesan beliau.”

    “ Tidak bisa aku akan bilang padanya, tidak boleh begitu, dia boleh saja mengatur anak buahnya, tetapi kalau itu keterlaluan, anak buah juga boleh menegurnya.”

    Anita sudah bangkit dan akan ke ruangan Marchel tetapi dihentikan oleh Andi.

    “ Jangan Mbak Anita, nanti saya yang kena marah, tolong Mbak Anita pilih saja salah satu yang menurut Mbak say nyaman digunakan.”

    “ Anita mengalah dan kembali melihat contoh perabotan yang adai di brosur itu.”

    “ Menurut pak Andi mana yang bagus dan kokoh?”

    “ Saya terserah Mbak Anita saja, saya tidak tahu selera Mbak Anita seperti apa.”

    “ Kalau mau ditaruh di ruangan Marchel, maka yang paling tepat adalah ini, sesuai dengan perabotan yang lain di ruang itu. Tetapi aku belum setuju bekerja di ruangan dia.”

    “ Silakan Mbak Anita nanati diskusikan sendiri dengan Pak Marchel.”

    “ Kenapa bukan Pak Andi saja yang bilang.”

    “ Beda Mbak kalau saya yang bilang, pak Marchel bisa marah-marah, kalau dengan Mbak Anita pasti beliau akan senyum-senyum saja seperti biasanya.”

    “ Kalau biasanya senyum, pasti yang sekarang juga senyum.”

    “ Tidak Mbak, sebelum kenal Mbak Anita, Pak Marchel terkenal pendiam dan tidak banyak omong. Tapi semanjak kenal Mbak Anita, pekerjaannya senyum-senyum sendiri.”

    “ Kamu itu, awas ya kalau Pak Andi membicarakan yang tidak-tidak tentang pak Marchel, kalau dia dengar aku tidak tahu Pak Andi akan dimarahi seperti apa.”

    “ Tapi benar kok Mbak Anita, sekarang ini para karyawan senang, karena Boss mereka murah senyum, tidak seperti biasanya.”

    Anita tidak segera pergi tetapi dia belajar menjadi asisten dari Andi, Andi menceritakan apa saja suka dan dukanya menjadi seorang asisten yang selalu siap sedia ketika dibutuhkan.

    Andi juga memberinya pelajaran tentang pengalamannya menjadi seorang asisten, apa saja yang harus dilakukan dan apa saja yang jangan sampai dilakukan, semuanya diceritakan Andi kepada Anita.

    Anita mencatat semua yang dia anggap penting, tak terasa waktu satu jam sudah mereka lewatkan, sampai Sinta memnaggil Andi yang disuruhnya ke ruang Marchel bersama Anita.

    Anita mengekor dibelakang Andi yang bergegas ke ruang Bossnya, sampai di depan ruang Marchel Sinta juga ikut masuk, dia sngat ingin tahu mengapa Andi dipanggil bersama Anita.

    Sebelumnya Sinta merasa heran sebab ada beberapa laki-laki yang membawa barang-barang masuk ke ruangan Marchel, tanpa dia diberi tahu lebih dulu.

    “ Kamu mau kemana Sin?” tanya Andi.

    “ Mau ikut masuk Pak?”

    “ Buat apa?”

    “ Kan saya juga harus tahu, mengapa ada meja dan kursi baru di ruang Pak Marchel?”

    “ Tidak perlu, kamu di sini saja.”

    “???!”

     

    Bersambung

     

    Kreator : Sabrina Rahmawati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 7)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021