Bab 8 Gara-gara Jadwal Dinas Luar Kota
Sinta tidak jadi ikut masuk gegara diusir oleh Andi. Anita kembali mengikuti Andi masuk ke ruang Marchel. Begitu masuk dia melihat ada satu set meja dan kursi kerja lengkap dengan computer diatasnya.
“ Silakan Mbak, ini meja kerja Mbak Anita.”
“ ???”
“ Saya duduk di sini?”
“ Iya Mbak, ini meja kerja Mbak Anita.”
“ Bukankah ini ruang direktur ya?”
“Iya Mbak.”
“ Mulai sekarang, ruangan ini menjadi ruang direktur dan asisten pribadinya.”
“ pak Marchel kan sudah punya Pak Andi sebagai asistennya, mengapa saya harus jadi asisten Bapak?”
“ Baru kali ini ada pegawai yang melawan perintah atasannya,”komentar Marchel melihat sikap Anita yang dari tadi sepertinya tidak mau patuh.
“ Habisnya Bapak tidak masuk akal sih.” kata Anita dengan berani, Andi sudah menahan tawa tapi langsung diam saat Marchel menoleh padanya.
“ Tukang paksa lagi,”gumam Anita.
“ Apa kamu bilang?”
“ Nggak kok Bapak salah dengar.”
Anita segera menutup mulutnya tetapi Marchel sudah mendekatinya dan mendesaknya sampai dinding.
Melihat hal itu Andi langsung kabur, dia keluar sambil tertawa geli. Baru kali ini Marchel dibuat tidak berkutik oleh seorang wanita.
Tubuh Anita sudah menempel di dinding dekat meja kerjanya. Marchel mengurung tubuhnya dengan kedua lengannya menyentuh dinding.
Anita menjadi salah tingkah. Wajah marchel sudah mendekat, tentu saja Anita menjadi gugup. Marchel berbisik di telinga Anita.
“ Kamu minta dinikahi sekarang ya, biar aku bisa menghukummu.”
Anita menunduk dan melewati lengan marchel, dia duduk di kursinya.Marchel menjadi kesal tapi juga geli. Anita memang sangat gesit, dengan cepat dia bisa lolos dari kungkungan lengan Marchel.
Anita duduk sambil menenangkan jantungnya yang berdebar sangat kencang, dia sampai sasak nafas karenanya. Marchel berdiri di depan meja Anita.
“ Bagaimana? Masih berani membantah?”
“ Tidak pak, saya tidak berani, lagian mana ada boss yang dihari pertamanya langsung kasih hukuman ke pegawainya?”
“ Karena pegawainya kamu yang tukang membantah!”
“ Lagian kenapa sih Pak, Bapak suka sekali memaksa.”
‘ Baru juga sekali aku memaksamu, kamu sudah bilang suka sekali.”
“ Mana ada. Dari pertama kali kita ketemu, bapak sudah main paksa saja.”
“ Ha..ha..ha..kamu masih ingat saja.”
“ Bagaimana, kamu sudah siap mendampingi saya dinas luar kota?”
“ Kenapa tidak dengan pak Andi saja sih pak, kan sama-sama laki-lakinya.”
Marchel menjitak kepala Anita di depan kerudungnya.
“ Auu, sakit!”
“ Sudah dibilang jangan membantah, masih saja membantah.”
“ Saya tidak mau Pak, saya belum siap.”
“ Belum siap saja, seperti mau dilamar saja.”
“ Bukankah Bapak sudah melamar saya.”
“ Iya makanya kita menikah sekarang saja ya, biar minggu depan bisa pergi berdua.”
“ Tidak mau!”
“ Loh masih berani membantah, mau saya pecat ya.”
“ Pecat, pecat saja, siapa takut!”
“ Kalau kamu aku pecat, kamu tidak bisa cari kerja di mana-mana, mau?”
“ Kenapa sih Bapak kejam sekali.”
“ Makanya mau ya menikah sekarang, menikah siri dulu, biar besok saat dinas luar kota kita bisa pesan satu kamar saja.”
Bibir Anita sudah mau mengatakan tidak mau, tetapi tidak jadi, dia sudah khawatir saja kalau ancaman Marchel masalah dia tidak bisa kerja dimana-mana beneran dia lakukan.
Dasar tukang paksa, sekarang bertambah lagi julukannya, tukang ancam. Untung tampan dan kaya, kalau tidak sudah aku pukuli, batin Anita yang memang punya keahlian bela diri.
Orang yang tidak kenal Anita pasti tidak akan menyangka kalau badan kecil Anita punya kekuatan membanting lawan. Marchel juga tidak tahu hal itu sebab mereka memang baru salking mengenal.
“ Masih ada waktu buat kita menikah sekarang, ayo aku antar pulang dan kita akan langsung menikah.”
“ Apaan sih Pak, aku tidak mau,”
“ Tapi tukang paksa sedang memaksamu jadi jangan dilawan atau mau lebih dipaksa lagi.”
Marchel mendekat ke arah duduk Anita dan siap-saip akan menggendong Anita. tentu saja gadis itu kaget dan menghindar.
“Bapak mau apa?”
Mau maksa kamu buat nikah, ayo cepat, orang tuaku sudah menuju ke rumahmu.”
“ Apa? Aku belum bilang Mama Papa.”
“ Sudah kamu cukup dandan yang cantik, mala mini kita menikah.”
“ Dasar!”
“ Apa kamu bilang?”
“ Dasar tukang paksa!” seru Anita yang langsung menyambar tasnya dan keluar ruangan direktur. Sinta yang baru mau masuk ruang Marchel menjadi terkejut, karena Anita langsung melenggang melewati dirinya.
“ Mau kemana kamu?”
“ Pulang!”
“ Pulang?”
“ Aku juga mau pulang. Bilang Andi aku pulang.”
“ Ya Pak.”
“ Sinta bingung sendiri, Apa-apaan sih ini? Kenapa marchel ikut-ikutan pulang dan kenapa Anaita berjalan di depan sedangkan Bossnya masih ada di belakang? Aneh!
“ Ada apa?”taya Andi yang sudah ada di belakang Sinta.
“ Itu Pak, Anita sama Pak marchel, mereka pulang.”
“ Oh ya sudah, kamu selesaikan pekerjaanmu, aku mau pergi dulu.”
“ Loh, kok semuanya pergi?”
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 8)
Sorry, comment are closed for this post.