Bab 9 Menikah
Anita sudah sampai rumah dan merasa aneh saja, karena Mamanya langsung menyuruhnya masuk kamar untuk mandi. Betapa terkejutnya Anita, sebab di dalam kamarnya sudah ada dua orang yang siap merias dirinya.
“ Mama, apa-apaan sih? An belum setuju ya?”
“ Tapi Papa dan Mama sudah setuju.”
“ Ma!”
“ Jadilah anak penurut, kamu sendiri yang menyebabkan ini terjadi. Mama sudah tahu ya kejadian kamu sama Pak Marchel.”
“ Hah, tahu dari mana?”
“ Pak marchel sudah ke sini dan bercerita banyak dan Papa juga sudah bicara dengan orang tua Pak Marchel.”
“ Mengapa Mama memanggilnya Pa, dia bukan atasa Mama ya!”
“Anita!”
“ Iya, iya Nita mandi.”
Anita tidak bisa berkutik, dia berjalan dengan lesu masuk kamar mandi. Mamanya hanya geleng-geleng kepala saja. Dua wanita yang ada di dalam kamarnya tertawa kecil.
Mendengarkan berdebatan ibu dan anak, rasanya sangat menghibur. Meskipun mereka berdebat sengit, tetapi keduanya tahu kalau mereka saling menyayangi.
Membutuhkan waktu dua puluh menit bagi Anita untuk mandi, sebenarnya mandinya hanya sepuluh menit tetapi dia lebih banyak melamun dari pada melakukan aktifitas mandi.
Seperti mimpi saja perjalanan hidupnya. Masak mau mendampingi boss nya dinas luar kota, mereka harus menikah lebih dulu?
Apakah ini hanya akal-akalan Marchel untuk menjebak dirinya?”
Tapi ini pernikahan dan apa tadi katanya menikah siri? Anita menjadi menggigil, di dalam hidupnya selama ini dia menginginkan pernikahan yang mewah layaknya putri sehari.
Tapi ini apa? Dia hanya akan dinikahi siri? Apakah orang tuanya sudah tahu kalau dia hanya akan menikah siri? Apakah mereka tetap akan mengijinkan putri satu-satunya hanya akan dinikahi siri?
Anita bergegas menyelesaikan mandinya dan mengenal=kan kimono mandinya untuk keluar kamarnya. Dia harus bicara dengan orang tuanya masalah ini.
“ Ma! Pa! Nita mau bicara!”
Tapi begitu dia membuka pintu kamarnya pemandangan mencenggangkanpun terjadi. Ruang tengah keluarganya sudah bersih dan sudah dihias dengan beberapa bunga yang sangat cantik.
Ada pelaminan kecil di sudut ruangan dan Anitapun tidak bisa berlama-lama di depan kamarnya sebab orang-orang yang duduk di ruang tengah sedang menoleh kepadanya.
Segera masuk dan kembali menutup pintu kamarnya, dia bersandar di daun pintunya dengan nafas yang tersengal karena mendadak sesak nafas.
“ Tenang Mbak, tarik nafas dan sini duduk dulu,” kata salah satu penata rias
Tapi begitu Anita duduk dan setelah diberi minum, mereka mulai bekerja, Wajah Anita mulai mereka pegang dan diberi berbagai macam alat rias.
“ Sudah selesai, sekarang Mbak Anita silakan ganti bajunya.”
“ Aku harus pakai baju apa?”
“ Ini sudah disediakan.”
Sebuah gaun warna pastel yang sangat cantik dikeluarkan dari bungkusnya dan dibentang di depan wajah Anita yang terbelalak melihat penampakan gaun itu.
Gaun yang sangat cantik, modelnya sederhana tetapi penuh dengan mutiara-mutiara dan renda-renda, Anita yakin kalau harga satu gaun itu bisa jadi lima kali gaji yang akan dia terima saat bekerja di perusahaan Marchel nanti.
“ Aku harus pakai ini?”
“ Iya.”
Dibantu mereka berdua Anita mengenakan gaun itu dan juga sepatu yang sudah ada bersama gaun tadi.
“ Selesai, sangat cantik sekali.”
Anita melihat ke kaca besar di dalam kamarnya, selama dirias tadi dia sama sekali tidak melihat ke arah cermin dan dia sangat terkejut dengan penampilan dirinya sendiri.
Setelah tadi sempat galau dan khawatir juga ada perasaan kesal, melihat dirinya yang sangat cantik dengan gaun dan tatanan kerudungnya, membuat Anita tersenyum sendiri.
“ Bagaimana Mbak? Apa ada yang kurang?”
“ Tidak, tidak. Terima kasih, kalian sudah bekerja dengan sangat baik.”
“ sama-sama Mbak, semoga Mbak Anita bahagia dalam pernikahannya dan segera diberi momongan, semoga samawa ya mbak.”
“ Terima kasih.”
Terdengar suara ketukan tiga kali, dan salah sati=u dari menata rias membukakannya.
“ Sudah selesai?”
“ Sudah Bu.”
Mama Anita masuk kamar dan tersenyum bahagia melihat penampilan Anita yang sangat anggun dan tentu saja sangat cantik.
Dipeluknya anak gadis satu-satunya itu sambil berlinang air mata.
“ Kok Mama nangis sih?”
“ Eh maaf,maaf, Mama bahagia melihat anak gadis Mama sudah besar dan sangat cantik.”
“ Ini kan make up Ma, aslinya mah biasa saja.” seloroh Anita.
“ Tapi memang Mbak Anita aslinya sudah cantik, jadinya setelah dirias menjadi lebih cantik.”
Anita melihat dirinya lagi di cermin besar yang kelihatan seluruh badannya, dia sangat senang sebab riasan seperti inilah yang selalu dia impikan kalau dirinya menikah kelak.
Tetapi sebenarnya, dia sangat memimpikan menikah di gedung megah dengan banyak bunga dan riasan mewah. Layaknya artis-artis kaya menikah, tetapi dia sadar kalau orang tuanya hanya orang sederhana.
Meskipun Marchel sangat kaya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang pesta, yang dia katakan hanya menikah dan hanya pernikahan siri saja.
“ Ma, mama sudah tahu kalau Anita hanya akan dinikahi secara siri?”
Mamanya Nampak terkejut, tetapi hanya sebentar.
“ Apa itu yang dikatakan Pak Marchel kepadamu?”
“ Iya, memang dia tidak bilang pada Mama dan Papa?”
“ Tidak.”
“ Apa yang dia katakan Ma?”
‘ Hanya melamarmu dan akan menikahimu hari ini, begitu saja.”
“ Apa Mama dan Papa tidak apa-apa kalau Anita nikah siri?”
“ Kamu tahu apa alasan Pak Marchel menikahimu sekarang?”
“ Minggu depan ada pekerjaan di luar kota selama seminggu dan dia mengajak Anita.”
“ Tepat sekali, Mama senang dengan keputusanmu itu, Papamu pasti tidak akan setuju kamu dibawa keluar kota dengan bossmu selama seminggu. Meskipun dengan alasan pekerjaan.”
“ Iya Ma, Nita juga tidak mau, makanya Nita bilang, kalau mau ajak nita ya nikahi Nita dulu.”
“ Kamu benar Nak, akan jadi fitnah kalau kalian pergi hanya berdua.”
“ Tapi Ma, kalau kita menikah apakah kami harus tidur dalam satu kamar? Nita belum siap?”
“ Tidak usaha berpikir macam-macam, jalani saja satu persatu, yang penting kamu tenang dan ingat jangan membuat malu keluarga.”
“ Iya Ma.”
: Kalau nanti ada hal yang membuatmu tidak senang atau membuatmu maah, maka kendalikan dirimu, sekali lagi jaga harga dirimu.”
“ Iya Ma.’
“ Sekarang kita keluar ya.”
“ Aduh Nita deg-degan dan gemetaran.”
“ Pegang tangan Mama.”
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 9)
Sorry, comment are closed for this post.