KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Malaikat Pencatat Amal

    Malaikat Pencatat Amal

    BY 18 Jul 2024 Dilihat: 252 kali
    Malaikat Pencatat Amal_alineaku

    Suasana di stadion Pakansari di hari Minggu ini terasa lebih ramai dibanding dengan minggu-minggu sebelumnya. Orang-orang yang berolahraga sangat banyak, mulai dari anak kecil, sampai manula. Mereka berputar mengitari stadion, ada yang berjalan santai, ada yang joging, bahkan ada yang sprint. Di pojok Selatan stadion Pak Guntur duduk di bawah sebuah pohon yang cukup rindang dengan beralaskan tikar sewaan sambil mengipas-ngipas tubuhnya karena kegerahan setelah jogging berapa putaran. Dia menunggu kedatangan ustadz Hamdi yang sudah berjanji untuk ketemu di tempat itu. Kurang lebih setengah jam kemudian ustadz Hamdi pun datang.

    “Assalamu alaikum, pak !” Ucap ustadz Hamdi.

    “Waalaikumsalam !” Jawab pak Guntur sambil menyodorkan tangan kanan nya untuk bersalaman.

    “Tadi saya sudah kesini, karena bapak belum ada, saya muter lagi.”

    “Tadi saya nyari toilet dulu, pak.Silahkan duduk, pak ?”

    “Anak  dan istri bapak, tidak ikut ?” Tanya ustadz Hamdi setelah mengambil posisi duduk.

    “Ikut…., tapi biasalah ….., mereka cari-cari jajanan dulu.” Jawab pak Guntur.

    “Permisi, pak. Ini pesanan minumanya …. !” Seorang pedagang minuman mengantarkan pesanan pak Guntur.

    “Oh.., iya. Simpan di sini  saja, mas !” Pinta pak Guntur

    “Berapa, mas ?” Tanyanya setelah pedagang menaruh gelas minuman.

    “Tiga puluh ribu saja, pak.” Jawab pedagang

    “Tiga puluh ribu satu gelas ?” Tanya pak Guntur.

    “Tidak, pak. Satunya lima belas ribu. Jadi semuanya lima belas ribu.” Jelas pedagang.

    “Oh….” Ucap pak Guntur sambil mengeluarkan duit lima puluh ribuan. “Ini uangnya…, sisanya kamu ambil saja !”

    “Terima kasih, pak. Semoga …., rizki bapak tambah berkah !”

    “Aamiin……!” Pak Guntur dan ustadz Hamdi mengaminkan.

    “Mari, pak !” Kata pedagang.

    “Mangga…. !” Jawab pak Guntur, menirukan bahasa orang Sunda.

    “Alhamdulillah…., pagi ini, bapak sudah membuat orang bergembira.” Ucap ustadz Hamdi.

    “Ah…., itu tidak seberapa dibanding sedekah ilmu yang pak ustadz  berikan kepada saya.” Kata pak Guntur sambil mendekatkan gelas ke depan ust. Hamdi. “Silahkan, pak !” Dia mempersilahkan.

    “Terima kasih !” Ucap ustadz Hamdi. Dia Pun mengambil gelas minuman dan meminumnya. “Oh, iya apa tema pembicaraan kita hari ini ?” Tanyanya.

    “Hari ini saya ingin penjelasan dari bapak, mengenai malaikat.”

    “Malaikat …. ?”

    “Iya…!” Jawab pak Guntur. “Tolong deskripsikan kepada saya, apa itu malaikat !” Pintanya.

    “Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari cahaya. Malaikat termasuk makhluk yang sangat setia kepada Allah. Mereka selalu melakukan apapun yang Allah perintahkan tanpa melakukan pembangkangan sedikitpun.” Ustadz Hamdi mulai menjelaskan.

    “Kenapa bisa begitu ?”

    “Karena malaikat tidak diberikan nafsu,  baik nafsu makan ataupun syahwat. Beda dengan kita…., kita diberikan nafsu dan akal oleh Allah SWT. Nafsulah yang mendorong orang melakukan pembangkangan, sedangkan akal merupakan penimbang baik dan buruk pada diri seseorang.”

    “Bagaimana dengan hewan ?” Tanya pak Guntur.

    “Hewan hanya diberikan nafsu, tidak diberikan akal.” “Di Antara malaikat, manusia dan hewan, mana yang paling tinggi derajatnya?”

    “Manusia yang menggunakan akalnya dengan baik, derajatnya akan melebihi derajat malaikat, sebaliknya manusia yang terlalu memperturutkan hawa nafsu derajat akan lebih rendah dari hewan. Itu artinya, derajat manusia bisa lebih tinggi dari malaikat dan hewan, tapi juga bisa sebaliknya.” Jelas ustadz Hamdi.

    “Saya dengar ….., ada malaikat pencatat amal baik  dan amal buruk.

    “Iya…, itu benar. Malaikat Raqib pencatat amal baik, dan malaikat Atid mencatat amal buruk.”

    “Nah …., ini yang ingin saya tanyakan.” Kata pak Guntur.

    “Apa yang ingin bapak tanyakan ?” Tanya ustadz Hamdi.

    “Beberapa pertemuan yang lalu, pak ustadz mengatakan bahwa Allah itu Maha Kuasa dan Maha Melihat, dan Maha Mengetahui.”

    “Betul …..”

    “Kalau begitu, kenapa Allah menciptakan malaikat untuk mencatat amal manusia. Bukankah itu bisa menunjukan satu kelemahan bagi Allah ?”

    “Allah menyuruh malaikat untuk mencatat amal itu, bukan untuk kepentingan Allah, tapi untuk kepentingan manusia itu sendiri.”

    “Maksudnya ?”

    “Begini, pak…, Manusia itu memiliki sifat pembangkang. Kalau disuruh mengerjakan sesuatu, suka bertanya kenapa dan untuk apa. Kalau diberi kesusahan, tidak sedikit diantara mereka yang bertanya, apa salah saya, sehingga Allah memberikan kesusahan seperti ini.  Bukankah begitu ?”

    “Iya….” Ucap pak Guntur sambil menganggukan kepala “Tapi…., apa hubunganya dengan catatan amal.?” Tanyanya lagi.

    “Catatan amal itu, nantinya akan dijadikan bukti tertulis di hari kiamat.”

    “Maaf…, saya masih belum paham. Bisakah bapak memberikan contoh yang  spesifik !” Pinta pak Guntur.

    “Kalau saya sebagai seorang petugas kepolisian, lalu saya datang ke rumah bapak, dan akan membawa bapak ke kantor polisi. Kira-kira apa yang akan bapak lakukan ?”

    “Ya…., saya akan bertanya, apa salah saya ?”

    “Kalau saya tunjukan bukti kepada bapak bahwa bapak telah melakukan pelanggaran moral misalnya, dan bapak merasa telah melakukan pelanggaran itu. Apa yang akan bapak lakukan ?”

    “Kalau memang ada bukti, ya …, saya tidak mungkin mengelak.”

    “Begitu pula dengan Allah, pak. Allah dengan kemahakuasaan nya bisa saja menetapkan bahwa si A masuk Surga, Si B masuk Neraka. Bagi si A mungkin tidak akan protes karena vonisnya Surga. Tapi bagi si B, dia pasti akan bertanya-tanya kenapa harus masuk Neraka. Ketika itulah Allah akan tunjukan catatan amalnya saat di dunia. Semua yang pernah dilakukannya akan terlihat olehnya. Kalau sudah begitu, terpaksa atau dipaksa dia akan ikut dengan kelompok orang-orang yang digiring ke Neraka.”

    “Iya…. ya.” Pak Guntur mengangguk-anggukan kepala, “Saya paham sekarang. Jadi intinya…., Allah menciptakan Malaikat pencatat amal itu, bukan sebuah kelemahan Allah atas diri-Nya, tapi sebagai alat pembungkam atas pembangkangan yang akan dan telah dilakukan oleh manusia.” Dia menarik kesimpulan dari apa yang dijelaskan oleh ustadz Hamdi.

    “Iya….., kesimpulan yang sangat tepat.”Ucap ustadz Hamdi sambil tersenyum. Bangga atas daya tangkap pak Guntur, meskipun umurnya sudah memasuki kepala lima.

    Saat itu Lisa dan ibunya datang menghampiri mereka, dengan jajanan di tangan kanan dan kiri mereka.  

    “Assalamu alaikum !” Ucap Lisa

    “Wa alaikum salam !” Jawab pan Guntur dan ustadz Hamdi berbarengan.

    “Udah ngajinya ?” Tanya ibunya Lisa

    “Baru nyampe kesimpulan “ Jawab pak Guntur.

    “Kalau udah kesimpulan berarti selesai dong ?” Ucap Lisa.

    “Yah karena sudah ada kalian, ya sudah…., ngajinya ditunda dulu.” Kata pak Guntur.

    “Jadi kita mengganggu, nih ?” Ucap ibunya Lisa.

    “Engga.., sudah selesai kok.” Ustadz Hamdi menengahi

    “Ini kita udah beli makanan nih, bagaimana kalau kita langsung santap sekarang ?” Ibunya Lisa menurunkan plastik dan mengeluarkan isinya berupa nasi bungkus dan beberapa makanan lainya.

    “Boleh…. Tapi…., bagaimana kalau kita foto bersama dulu ?”

    “Ok….” Jawab Lisa

    Mereka berfoto bersama memanfaatkan momen yang jarang-jarang mereka temui. Kebetulan tukang minuman datang untuk mengambil gelas. Lisa memintanya untuk memfoto mereka.

     

     

    Kreator : Baenuri

    Bagikan ke

    Comment Closed: Malaikat Pencatat Amal

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021