Suasana di stadion Pakansari di hari Minggu ini terasa lebih ramai dibanding dengan minggu-minggu sebelumnya. Orang-orang yang berolahraga sangat banyak, mulai dari anak kecil, sampai manula. Mereka berputar mengitari stadion, ada yang berjalan santai, ada yang joging, bahkan ada yang sprint. Di pojok Selatan stadion Pak Guntur duduk di bawah sebuah pohon yang cukup rindang dengan beralaskan tikar sewaan sambil mengipas-ngipas tubuhnya karena kegerahan setelah jogging berapa putaran. Dia menunggu kedatangan ustadz Hamdi yang sudah berjanji untuk ketemu di tempat itu. Kurang lebih setengah jam kemudian ustadz Hamdi pun datang.
“Assalamu alaikum, pak !” Ucap ustadz Hamdi.
“Waalaikumsalam !” Jawab pak Guntur sambil menyodorkan tangan kanan nya untuk bersalaman.
“Tadi saya sudah kesini, karena bapak belum ada, saya muter lagi.”
“Tadi saya nyari toilet dulu, pak.Silahkan duduk, pak ?”
“Anak dan istri bapak, tidak ikut ?” Tanya ustadz Hamdi setelah mengambil posisi duduk.
“Ikut…., tapi biasalah ….., mereka cari-cari jajanan dulu.” Jawab pak Guntur.
“Permisi, pak. Ini pesanan minumanya …. !” Seorang pedagang minuman mengantarkan pesanan pak Guntur.
“Oh.., iya. Simpan di sini saja, mas !” Pinta pak Guntur
“Berapa, mas ?” Tanyanya setelah pedagang menaruh gelas minuman.
“Tiga puluh ribu saja, pak.” Jawab pedagang
“Tiga puluh ribu satu gelas ?” Tanya pak Guntur.
“Tidak, pak. Satunya lima belas ribu. Jadi semuanya lima belas ribu.” Jelas pedagang.
“Oh….” Ucap pak Guntur sambil mengeluarkan duit lima puluh ribuan. “Ini uangnya…, sisanya kamu ambil saja !”
“Terima kasih, pak. Semoga …., rizki bapak tambah berkah !”
“Aamiin……!” Pak Guntur dan ustadz Hamdi mengaminkan.
“Mari, pak !” Kata pedagang.
“Mangga…. !” Jawab pak Guntur, menirukan bahasa orang Sunda.
“Alhamdulillah…., pagi ini, bapak sudah membuat orang bergembira.” Ucap ustadz Hamdi.
“Ah…., itu tidak seberapa dibanding sedekah ilmu yang pak ustadz berikan kepada saya.” Kata pak Guntur sambil mendekatkan gelas ke depan ust. Hamdi. “Silahkan, pak !” Dia mempersilahkan.
“Terima kasih !” Ucap ustadz Hamdi. Dia Pun mengambil gelas minuman dan meminumnya. “Oh, iya apa tema pembicaraan kita hari ini ?” Tanyanya.
“Hari ini saya ingin penjelasan dari bapak, mengenai malaikat.”
“Malaikat …. ?”
“Iya…!” Jawab pak Guntur. “Tolong deskripsikan kepada saya, apa itu malaikat !” Pintanya.
“Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari cahaya. Malaikat termasuk makhluk yang sangat setia kepada Allah. Mereka selalu melakukan apapun yang Allah perintahkan tanpa melakukan pembangkangan sedikitpun.” Ustadz Hamdi mulai menjelaskan.
“Kenapa bisa begitu ?”
“Karena malaikat tidak diberikan nafsu, baik nafsu makan ataupun syahwat. Beda dengan kita…., kita diberikan nafsu dan akal oleh Allah SWT. Nafsulah yang mendorong orang melakukan pembangkangan, sedangkan akal merupakan penimbang baik dan buruk pada diri seseorang.”
“Bagaimana dengan hewan ?” Tanya pak Guntur.
“Hewan hanya diberikan nafsu, tidak diberikan akal.” “Di Antara malaikat, manusia dan hewan, mana yang paling tinggi derajatnya?”
“Manusia yang menggunakan akalnya dengan baik, derajatnya akan melebihi derajat malaikat, sebaliknya manusia yang terlalu memperturutkan hawa nafsu derajat akan lebih rendah dari hewan. Itu artinya, derajat manusia bisa lebih tinggi dari malaikat dan hewan, tapi juga bisa sebaliknya.” Jelas ustadz Hamdi.
“Saya dengar ….., ada malaikat pencatat amal baik dan amal buruk.
“Iya…, itu benar. Malaikat Raqib pencatat amal baik, dan malaikat Atid mencatat amal buruk.”
“Nah …., ini yang ingin saya tanyakan.” Kata pak Guntur.
“Apa yang ingin bapak tanyakan ?” Tanya ustadz Hamdi.
“Beberapa pertemuan yang lalu, pak ustadz mengatakan bahwa Allah itu Maha Kuasa dan Maha Melihat, dan Maha Mengetahui.”
“Betul …..”
“Kalau begitu, kenapa Allah menciptakan malaikat untuk mencatat amal manusia. Bukankah itu bisa menunjukan satu kelemahan bagi Allah ?”
“Allah menyuruh malaikat untuk mencatat amal itu, bukan untuk kepentingan Allah, tapi untuk kepentingan manusia itu sendiri.”
“Maksudnya ?”
“Begini, pak…, Manusia itu memiliki sifat pembangkang. Kalau disuruh mengerjakan sesuatu, suka bertanya kenapa dan untuk apa. Kalau diberi kesusahan, tidak sedikit diantara mereka yang bertanya, apa salah saya, sehingga Allah memberikan kesusahan seperti ini. Bukankah begitu ?”
“Iya….” Ucap pak Guntur sambil menganggukan kepala “Tapi…., apa hubunganya dengan catatan amal.?” Tanyanya lagi.
“Catatan amal itu, nantinya akan dijadikan bukti tertulis di hari kiamat.”
“Maaf…, saya masih belum paham. Bisakah bapak memberikan contoh yang spesifik !” Pinta pak Guntur.
“Kalau saya sebagai seorang petugas kepolisian, lalu saya datang ke rumah bapak, dan akan membawa bapak ke kantor polisi. Kira-kira apa yang akan bapak lakukan ?”
“Ya…., saya akan bertanya, apa salah saya ?”
“Kalau saya tunjukan bukti kepada bapak bahwa bapak telah melakukan pelanggaran moral misalnya, dan bapak merasa telah melakukan pelanggaran itu. Apa yang akan bapak lakukan ?”
“Kalau memang ada bukti, ya …, saya tidak mungkin mengelak.”
“Begitu pula dengan Allah, pak. Allah dengan kemahakuasaan nya bisa saja menetapkan bahwa si A masuk Surga, Si B masuk Neraka. Bagi si A mungkin tidak akan protes karena vonisnya Surga. Tapi bagi si B, dia pasti akan bertanya-tanya kenapa harus masuk Neraka. Ketika itulah Allah akan tunjukan catatan amalnya saat di dunia. Semua yang pernah dilakukannya akan terlihat olehnya. Kalau sudah begitu, terpaksa atau dipaksa dia akan ikut dengan kelompok orang-orang yang digiring ke Neraka.”
“Iya…. ya.” Pak Guntur mengangguk-anggukan kepala, “Saya paham sekarang. Jadi intinya…., Allah menciptakan Malaikat pencatat amal itu, bukan sebuah kelemahan Allah atas diri-Nya, tapi sebagai alat pembungkam atas pembangkangan yang akan dan telah dilakukan oleh manusia.” Dia menarik kesimpulan dari apa yang dijelaskan oleh ustadz Hamdi.
“Iya….., kesimpulan yang sangat tepat.”Ucap ustadz Hamdi sambil tersenyum. Bangga atas daya tangkap pak Guntur, meskipun umurnya sudah memasuki kepala lima.
Saat itu Lisa dan ibunya datang menghampiri mereka, dengan jajanan di tangan kanan dan kiri mereka.
“Assalamu alaikum !” Ucap Lisa
“Wa alaikum salam !” Jawab pan Guntur dan ustadz Hamdi berbarengan.
“Udah ngajinya ?” Tanya ibunya Lisa
“Baru nyampe kesimpulan “ Jawab pak Guntur.
“Kalau udah kesimpulan berarti selesai dong ?” Ucap Lisa.
“Yah karena sudah ada kalian, ya sudah…., ngajinya ditunda dulu.” Kata pak Guntur.
“Jadi kita mengganggu, nih ?” Ucap ibunya Lisa.
“Engga.., sudah selesai kok.” Ustadz Hamdi menengahi
“Ini kita udah beli makanan nih, bagaimana kalau kita langsung santap sekarang ?” Ibunya Lisa menurunkan plastik dan mengeluarkan isinya berupa nasi bungkus dan beberapa makanan lainya.
“Boleh…. Tapi…., bagaimana kalau kita foto bersama dulu ?”
“Ok….” Jawab Lisa
Mereka berfoto bersama memanfaatkan momen yang jarang-jarang mereka temui. Kebetulan tukang minuman datang untuk mengambil gelas. Lisa memintanya untuk memfoto mereka.
Kreator : Baenuri
Comment Closed: Malaikat Pencatat Amal
Sorry, comment are closed for this post.