Siti terdiam. Tampaknya sudah cukup dia melampiaskan emosi dengan mengeluarkan uneg-uneg yang mengganjal di hatinya. Emaknya masih diam. Siti pun ikut terdiam, tampaknya dia benar-benar mengakhiri curhatnya. Kepalanya mendongak melihat ke arah Emaknya yang sejak tadi setia mendengarkan curhatan hatinya. Setelah mereka diam sesaat, kini emaknya memulai buka suara. Menanggapi kegalauan hatinya.
“Iya sih, Nduk. Emak memaklumi alasanmu. Memang mood atau ketenangan hati seseorang itu kadang-kadang tidak stabil. Banyak hal yang mempengaruhi. Kadang-kadang kalau badan kondisi lelah atau perut dalam keadaan lapar biasa mudah tersulut emosi. Jika seseorang itu sudah terlanjur emosi dan tidak bisa mengelola perasaannya atau tidak terbiasa menyembunyikan emosinya, biasanya pada saat itu dia tidak bisa menerima nasehat atau apapun yang tidak disukainya.
Dan, itu wajar. Yang demikian itu bisa menimpa siapa saja. Hanya orang-orang tertentu saja atau orang-orang yang sudah terlatih sejak lama yang bisa menyembunyikan emosi dan kegalauan hatinya di hadapan orang lain. Bagi orang yang sudah bagus dalam menata emosi dan ketenangan hatinya, dia bisa tampak hampir sempurna di hadapan manusia lainnya. Bahkan bagi orang yang demikian wajahnya bisa tampak ceria di hadapan orang lain walaupun hatinya sedang terkoyak, walaupun sedang sedih melanda, bahkan walaupun hati menangis pun bisa tetap tersenyum.
Tetapi bagi orang yang tidak bisa bersikap demikian, hendaklah dalam hati tetap terus berusaha memperbaiki diri, memperbaiki hati, memperbaiki perasaan, selalu berpikir positif, selalu berpikir baik, dan selalu berusaha untuk terus baik dan semakin baik. Karena kita tidak dituntut untuk menjadi sempurna di hadapan manusia akan tetapi kita dituntut untuk selalu baik dan terus baik.
Maka dari itu salah satu cara untuk memperbaiki diri kita adalah dengan mengetahui kekurangan diri. Jadi apa yang kurang baik kita tinggalkan selanjutnya kita ganti dengan yang baik-baik. Baik berupa pemikiran, perasaan, prasangka kepada sesama, prasangka kepada Tuhan, atau prasangka kepada apapun yang ada. Bahkan saat kita membaca facebook atau status pun tetap kita berprasangka yang baik. Bukan siapa yang menulis tetapi hikmah apa yang ditulis yang kita baca. Itu utamanya untuk memperbaiki prasangka kita.
Jangankan teguran, nasehat pun kita akan menolak jika dalam hati kita sedang tidak landai. Jika hati kita sedang dalam kondisi tidak tenang. Maka dari itu tetap terus berjuang setiap saat untuk me-manage perasaan, untuk menjaga hati supaya hati kita selalu kondusif. Hindari buruk sangka dan kejengkelan. Jika bisa demikian maka kita akan bisa menerima nasehat kebaikan. Bukankah tugas kita untuk selalu berbuat baik dan terus berbuat baik?
Kembali dengan istilah yang namanya evaluasi. Apapun judulnya kalau mencari kekurangan atau ketidak sempurnaan atas suatu kegiatan demi untuk kebaikan dan penyempurnaan kegiatan yang sama di masa yang akan datang itu tetap saja namanya evaluasi. Kalaupun judulnya diganti nongkrong ngopi santai, tapi inti dari pertemuan itu evaluasi ya tetap saja itu evaluasi namanya.
Dan kita yang terlibat dalam suatu komunitas atau kelompok orang, hendaknya tetap berusaha menjaga perasaan orang lain. Selain kita menjaga perasaan kita sendiri kita mesti juga menjaga perasaan orang lain. karena kemampuan menjaga ketenangan hati serta kesabaran orang lain pasti berbeda-beda. Jadi ada kalanya kita mesti merasakan sedikit kekecewaan demi kebaikan dan kebersamaan. Karena dengan kekecewaan itu pula yang akan menjadikan kita pada tingkat kedewasaan.
Orang yang sudah mampu berpikir dewasa dan mampu menjaga hatinya sehingga bisa tampil baik menjaga perasaan orang lain sudah pasti dia sudah sering mengalami dan merasakan kekecewaan. Kekecewaan dan kepuasan berjalan seiring selangkah. Jika kamu bisa menelan pil pahit berupa kekecewaan nanti hati akan tertata dan akan muncul kepuasan bagaikan menelan sesendok gula. Iya kan? Pernahkah dirimu merasakan hal yang demikian?
Coba ayo kita renungkan. Pernahkah dirimu merasa jengkel, merasa emosi, merasa ingin berontak, merasa kecewa, dan ingin rasanya ngamuk. Namun dirimu terus berusaha menahan diri, berusaha menelan kekecewaan, terus berusaha diam dan tenang walaupun sakit hati. Terus berusaha untuk baik dan tidak melampiaskan kekecewaan dan sakit hati itu dengan kekerasan dan sikap buruk. Dirimu merasakan hal itu dalam waktu yang cukup lama.
Seiring berjalannya waktu, seiring berputarnya roda kehidupan, seiring bergulirnya masa, hatimu perlahan semakin tenang, hatimu perlahan semakin bisa memaklumi dan memaafkan peristiwa yang membuatmu sakit hati. Bahkan dirimu perlahan bisa melupakan itu dan menganggap itu hal yang harus ditutupi, dilupakan, diabaikan.
Kemudian suatu saat dirimu benar-benar merasakan hikmah dari peristiwa itu. Dirimu benar-benar merasa bersyukur atas tindakan yang kamu tempuh dalam menghadapi peristiwa itu. Dirimu benar-benar merasa lega dan puas dan bahagia karena dirimu tetap menahan diri saat itu. Dirimu tetap berusaha menahan kecewa dan sakit hati saat itu. Dirimu bisa menahan diri. Dirimu tidak mengikuti emosi dan hawa nafsu mengumbar amarah dan ngamuk cabuk saat itu. Saat ini dirimu benar-benar merasa dilindungi oleh Allah, dirimu benar-benar-benar dijaga oleh Allah untuk bersikap baik. Sehingga saat ini dirimu benar-benar merasakan hikmahnya. Pernah begitu?” tanya emaknya.
Siti terkesima dengan ucapan emaknya yang cukup panjang dan lebar. Namun, jika dirasakan, apa yang dikatakan emaknya adalah benar.
“Masya Allah, Subhanallah, Allahu Akbar.” Gumam Siti merespon wejangan emaknya.
Dia merenung. Siti menghela nafas panjang dan membenahi posisi duduknya. Dia usap wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Seolah tertampar, seolah tersiram air suci, seolah terasa lembut setelah terasa kaku. Tak mampu berkata-kata, tak mampu mengucap terimakasih. Hanya tasbih dan terima kasih dalam hati kepada emaknya. Dia peluk emaknya erat-erat. Hatinya terasa sejuk. Galaunya hilang. Jengkelnya lenyap. Dia berkata dalam hati: “Ya Allah, benar apa yang dikatakan Emak, ampunilah aku ya Allah. Terima kasih ya Allah, Engkau beri aku Emak yang hebat.”
Kreator : Endah Suryani
Comment Closed: MALAS (2)
Sorry, comment are closed for this post.