KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mandi

    Mandi

    BY 23 Jun 2024 Dilihat: 196 kali
    mandi_alineaku

    Ustadz Hamdi bersiap siap untuk pergi. Dia kenakan jaket abu-abu yang biasa dia kenakan ke sekolah tempat dia mengabdikan ilmu, di depan sebuah cermin di dalam rumahnya. Dia sisir rambutnya, lalu dia kenakan peci hitam. Sejenak dia pandang wajahnya di cermin, sambil melafalkan do’a bercermin.

    “Pergi ke pak Guntur lagi, pak ?” Tanya isterinya yang baru saja keluar dari kamarnya.

    “Iya… “ Jawabnya dengan tatapan masih ke cermin. “Pintu tidak usah dikunci, supaya ibu tidak terganggu.” Lanjutnya sambil membalikan tubuh ke arah isterinya.

    “Bapak pernah bilang kalau ilmu itu didatangi, bukan mendatangi.” Ucap istrinya, seakan-akan kurang rela suaminya pergi.

    “Betul…, seharusnya pak Guntur yang datang kesini, bukan bapak yang kesana. Tapi…., pak Guntur kelihatanya tidak mau diketahui orang-orang mengenai perubahan perilakunya. Jadi…., untuk sementara bapak menyesuaikan dulu.” Jelas ustadz Hamdi

    “Tapi tidak sampai larut malam kali, pak !” Tempas istrinya.

    “Yaaa, yang namanya diskusi, kadang waktunya tidak terasa. Bapak pergi dulu, ya.!” Ucap ustadz Hamdi sambil menyodorkan tangan kanan nya.

    “Hati-hati di jalan !” Jawab isterinya setelah mencium tangan suaminya.

    Ustadz Hamdi mendorong sepeda motor keluar, diikuti oleh istrinya dari belakang. 

    “Assalamualaikum !” Ucap ustadz Hamdi setelah motornya si starter.

    “Wa’alaikum salam !” Jawab istrinya

    Ustadz Hamdi pergi meninggalkan istrinya yang berdiri di depan pintu rumahnya. Dia sadar, isterinya kurang setuju kalau malam-malam dia masih harus keluar rumah. Tapi apa boleh dikata dia harus membantu orang yang tengah berusaha untuk memperbaiki dirinya. Ketika dia sampai di belokan menuju perumahan, tiba-tiba dia mendengar ada suara yang memanggilnya.

    “Pak ustadz … !”

    Ustadz Hamdi menghentikan motornya, kemudian menoleh ke arah sumber suara. “Pak Guntur ?” Ucapnya sambil turun dari motornya.

    “Assalamu alaikum !” Ucap pak Guntur setelah ada di depan ustadz Hamdi.

    “Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokaatuh. !”

    “Ustadz mau ke rumah, kan ?”

    “Iya, pak. Bapak dari mana ?”

    “Habis di cukur”

    “Oh…., ayo sekalian !” Ustadz Hamdi menawarkan agar pak Guntur menaiki motornya

    “Ok…, terima kasih !” Balas pak Guntur bersiap untuk menaiki motor ustadz Hamdi

    Setelah pak Guntur naik, ustadz Hamdi menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Ada sedikit pertanyaan dalam benak ustadz Hamdi, kenapa pak Guntur keluar rumah sendirian dan berjalan kaki pula. Padahal jarak tempat cukur rambut dengan rumahnya cukup jauh. “Ah…., mungkin ini salah satu kebiasaan pak Guntur yang baru aku ketahui.”. Gumamnya dalam hati.

    Beberapa saat kemudian motor pun berhenti tepat di pintu garasi rumah pak Guntur. Pak Guntur turun untuk membukakan pintu.

    “Assalamu alaikum !” Ucap pak Guntur setelah berada di depan pintu rumahnya.

    “Wa alaikum salam !” Terdengar suara Lisa dari dalam sambil membukakan pintu. “Papa bareng sama pak Ustadz ?” Tanya Lisa

    “Iya kebetulan ketemu di jalan.” Jawab pak Guntur.  “Pak ustadz, tunggu sebentar, ya ! Saya mau ganti baju dulu !” Pinganya pada ustadz Hamdi.

    “Oh…, iya. Silahkan, pak !” Ustadz  Hamdi mempersilahkan.

    “Silahkan duduk, pak !” Ucap Lisa pada ustadz Hamdi sambil menyodorkan satu gelas teh manis. “Ini airnya sudah Lisa siapkan buat bapak.” Lanjutnya

    “Terima kasih !” Jawab ustadz Hamdi.

    “Terima kasih atas bimbingannya, pak ! Sekarang papa sudah mau shalat.” Lapor Lisa, dengan muka berseri-seri.

    “Alhamdulillah…, dan ini tentunya …., berkat doa kamu juga, kan ?” Ucap ustadz Hamdi sambil memandang yang usianya sama dengan usia anak perempuanya.

    “Tapi…., peran pak ustadz jauh lebih besar.” Ucap Lisa sambil duduk depan ustadz Hamdi. “Saya sempat kaget lho pak, melihat perubahan papa “ Lanjut Lisa.

    “Siapapun akan sama seperti kamu. Karena apa yang dilakukan oleh papa kamu  mendadak, kan ?” 

    “Iya, pak.” Jawab Lisa sambil menganggukan kepalanya.

    Saat itu terdengar suara batuk dari ruang tengah, tak lama kemudian pak Guntur keluar dengan mengenakan pakaian muslim. Kemudian duduk di samping Lisa.

    “Lisa…, kamu boleh kedalam !” Ucap pak Guntur pelan

    “Iya, pa.” Jawab Lisa. “Pak ustadz…, saya ke dalam dulu.” Ucapnya pada ustadz Hamdi.

    “Silahkan…,” Ucap ustadz Hamdi.

    “Silahkan diminum dulu airnya, pak !” Pak Guntur mempersilahkan.

    “Terima kasih !” Jawab ustadz Hamdi sambil mengambil gelas, lalu diminumnya.

    “Sebelum saya memperlihatkan shalat saya, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan terlebih dahulu.” Pak Guntur memulai pembicaraan.

    “Silahkan … !”

    “Dalam niat wudhu disebutkan untuk menghilangkan hadats kecil.”

    “Betul…”

    “Kalau ada hadats kecil, berarti ada hadats besar dong ?”

    “Iya…”

    “Kapan seseorang berhadats kecil ?”

    “Orang dikatakan berhadas kecil jika buang air besar, buang air kecil, dan buang gas atau kentut.” 

    “Agar bisa suci, apa yang harus dilakukan ?”

    “Hadats kecil bisa disucikan dengan cara berwudhu.”

    “Terus…., kapan seseorang berhadats besar ?”

    “Orang dikatakan berhadas besar jika keluar sperma bagi laki-laki, haid, nifas, dan melahirkan bagi perempuan, dan setelah melakukan hubungan suami istri bagi laki-laki dan perempuan.”

    “Agar bisa suci, apa yang harus dilakukan ?”

    “Agar bisa suci, dia harus mandi.”

    “Mandi.?”

    “Iya….”

    “Mandinya pake niat juga ?”

    “Iya….”

    “Bacaanya bagaimana ?”

    “Niat saya mandi untuk menghilangkan hadats besar fardhu karena Allah.”

    “Caranya ?”

    “Kalau mandi menggunakan gayung, niat mandi dilakukan ketika siraman pertama ke tubuh kita. Kalau siraman pertama ke kepala, maka pas air sampai di kepala disitu kita melafalkan niat. Kalau siraman pertama ke tangan, maka pas air sampai ke tangan disitu kita melafalkan niat.

    Pak Guntur mengangguk-anggukan kepalanya setelah menerima penjelasan ustadz Hamdi dari pertanyaan maraton. Beberapa saat dia tertegun seolah-olah ada yang sedang dia pikirkan.

    “Selama ini setiap selesai berhubungan badan, saya mandi. Tapi…, saya tidak pernah berniat mandi. Bagaimana ini, pak ustadz ?” Tanyanya lagi.

    “Sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan karena ketidaktahuan, insya Allah dimaafkan. Yang penting, kedepan tidak diulang lagi.” Jelas ustadz Hamdi

    “Kalau begitu, izinkan saya mandi dulu !” Ucap pak Guntur.

    “Besok saja sebelum Subuh, pak !” Gagah ustadz Hamdi.

    “Tidak, saya merasa belum suci. Saya harus mandi sekarang juga.” Jawab pak Guntur sambil berdiri. “Lisa….!” Dia memanggil Lisa anaknya.

    “Iya pa… !” Lisa mendatangi papanya.

    “Tolong temani pak ustadz sebentar ya, papa mau kebelakang dulu !” Pintanya

    “Iya, pa,,,,” Jawab Lisa

    Pak Guntur meninggalkan Ustadz Hamdi dengan Lisa. Di ruang tamu. Dia menuju kamar mandi untuk mempraktekan mandi, sesuai dengan ilmu yang baru saja dia dapatkan dari ustadz Hamdi.

    “Pak Ustadz, papah dan mamah kan lagi marahan ?” Lisa memulai pembicaraan selepas papanya pergi.

    “Lagi marahan ?” Tanya ustadz Hamdi dengan raut muka sedikit kaget.

    “Iya, makanya mamah tidak keluar sekarang.”

    “Kenapa ?”

    “Mama merasa aneh papa mau melaksanakan shalat, soalnya seumur menikah dengan mama, papa tidak pernah melaksanakan shalat. Ketika itu papa lagi bersiap-siap mau shalat, tiba-tiba mama datang.” Lisa mulai menceritakan kejadian yang terjadi di antara mama dan papanya.

    ‘Aih, aiiiih…, ada orang mau shalat. Apa ga salah … ?’ Ledek mama. 

    Saat itu papa tidak bergeming, papa tetap konsentrasi untuk shalat. ‘Udah belajar belum…. ? Percuma dong shalat juga kalau belum tahu ilmunya mah ‘

    Papa tetap memulai shalatnya. Karena merasa tidak digubris mama menyalakan TV dengan suara keras sementara posisi papa  tidak jauh dari meja TV. Selesai shalat papa mengambil remot tv, lalu mematikan tv, setelah itu papa langsung membanting remot hingga hancur berkeping-keping.

    ‘Kamu ga suka punya suami benar, hah ?’

     ‘Papah marah … ?’

    ‘Iya, aku marah.’

     ‘Kalau digoda segitu saja papa udah marah, itu artinya shalat papah belum benar. Papah belum belajar shalat kan sama pak ustadz Hamdi ?’

    ‘Mau benar, mau salah, seharusnya kamu tidak berbuat konyol seperti itu. Aku sangat kecewa sama kamu .’

    “Setelah bicara seperti itu papa langsung pergi meninggalkan rumah. Sejak itu, papa tidak pulang-pulang. Baru  malam ini papa pulang.” Lisa menutup pembicaraan.

    “Oh….” Ustadz Hamdi mengangguk-anggukan kepalanya. Terjawab sudah pertanyaan dibenaknya tadi. “Kamu ga berusaha mencegah mama kamu ?” Tanyanya.

    “Ga berani pak Ustadz.” Jawab Lisa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Soalnya…., mama kalau udah marah, ga selesai seminggu.” Lanjutnya dengan suara setengah berbisik, takut mamanya mendengar. 

    Beberapa saat kemudian pak Guntur kembali lagi ke ruang tamu dengan rambut yang masih kelihatan basah.

    “Lisa….!Sekarang kamu boleh kembali ke kamar kamu !” Ucap pak Guntur

    “Iya, pa !” Jawab Lisa “Pak ustadz, saya ke dalam dulu.” Ia berpamitan pada ustadz Hamdi

    “Iya, silahkan.!” Ustadz Hamdi mempersilahkan.

    “Rasanya susah juga niat pas air jatuh di kepala, pak. Akhirnya saya niat pas air jatuh  tangan saja.” Pak Guntur memulai kembali pembicaraan setelah Lisa kembali ke kamarnya.

    “Awalnya memang agak susah, pak. Tapi, lama-lama juga akan terbiasa.” Ustadz Hamdi meyakinkan .

    Saat itu tiba-tiba HP ustadz Hamdi berdering. Ketika dilihat, isterinya menghubungi.

    “Izin, angkat telpon dulu, pak !”

    “Silahkan ….”

    “Assalamu alaikum !”

    “Wa alaikum salam ! Pak, 

    “Wa’alaikum salam.” Jawab istrinya. “Pak, tadi pak RT kesini, Ayahnya sakit parah, bapak diminta datang ke rumahnya, kalau bisa sekarang katanya.” Lanjutnya.

    “Iya, bu. Sebentar lagi bapak pulang.”

    “Ada apa, pak ustadz ?” Tanya pak Guntur.

    “Orang tuanya pak RT sakit parah. Dia minta tolong agar saya menjenguknya sekarang..” Jawab ustadz Hamdi

    “Kalau begitu, bapak pulang saja dulu ! Diskusi kita, kita lanjutnya pekan depan aja.” Pinta pak Guntur

    “Tidak apa-apa, pak. ?” Tanya ustadz Hamdi

    “Tidak apa-apa… Saya tahu posisi bapak, kok.”

    “Kalau begitu, saya pamit dulu, pak. Terima kasih atas pengertianya !” Ucap ustadz Hamdi

    “Sam Assalamu alaikum a-sama pak.”

    “Assalamu alaikum !”

    “Wa alaikum salam !”

    Malam itu pengajian sedikit terganggu, tapi pak Guntur sudah cukup puas karena baru saja dia mendapatkan pengetahuan (ilmu) baru, dan dia tlah mencoba melaksanakannya.

     

     

    Kreator : Baenuri

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mandi

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021