Ali bin Abi Thalib berkata, “Siapa yang tidak mengenal orang lain, maka ia tidak akan menemukan dirinya.” Kutipan ini mengandung makna yang sangat mendalam bagiku, terutama tentang bagaimana kita mengenal orang lain adalah cerminan bagi diri kita sendiri. Dalam interaksi dan hubungan dengan orang lain, kita tidak hanya belajar tentang mereka, tetapi juga tentang siapa kita sebenarnya, nilai-nilai yang ada dalam diri kita, sikap, serta kepribadian kita.
Berinteraksi dengan orang baru dan lingkungan baru, mengingatkan kita bahwa pertemuan dengan orang lain, terutama mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda, membuka kesempatan untuk menemukan dan memahami lebih dalam siapa diri kita. Ketika kita terbuka untuk beradaptasi, berkomunikasi, dan berbagi pengalaman dengan orang lain, kita dapat melihat sisi-sisi diri yang mungkin sebelumnya tersembunyi.
Dengan kata lain, untuk benar-benar memahami siapa diri kita, kita perlu melibatkan diri dalam dunia orang lain. Interaksi itu bukan hanya sekadar mengenal mereka, tetapi juga menjadi sarana untuk mengenali potensi dan karakter diri kita yang sejati. Seperti perjalanan yang aku alami waktu itu, bertemu dengan orang baru dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda bisa menjadi momen untuk menemukan versi terbaik dari diriku.
Hujroh 4 adalah kamar pertamaku di Rumah Qur’an Ummu Khadijah, aku bertemu dengan tiga orang yang berasal dari daerah yang sangat berbeda. Ada yang datang dari Bekasi, dari Riau, dan satu lagi dari Gorontalo. Meskipun kami berada di tempat yang sama, kami membawa latar belakang yang sangat berbeda, baik dalam kebiasaan maupun budaya keluarga. Aku yang sejak awal merasa kesulitan untuk langsung akrab dengan orang lain, merasa bahwa ini adalah tantangan besar bagiku.
Berinteraksi dengan orang yang tidak aku kenal sebelumnya adalah sesuatu yang selalu membuatku canggung, apalagi dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan dan cara hidup yang berbeda. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai merasakan keindahan dari perbedaan itu. Kami berbagi banyak hal, dari kisah hidup hingga cerita lucu yang menghangatkan suasana. Tanpa aku sadari, kebersamaan dengan mereka mulai terasa begitu menyenangkan. Kami belajar saling menghargai, mengenal satu sama lain lebih dalam, dan akhirnya, hubungan yang tadinya terasa kaku, berubah menjadi sebuah ikatan yang kuat.
Ketiga temanku ini membawa karakter yang sangat berbeda, dan dari situ aku bisa belajar banyak. Setiap percakapan dengan mereka memberikan perspektif baru tentang hidup. Namun, yang paling berkesan bagiku adalah saat-saat kami melakukan deep talk secara pribadi. Salah satu temanku mengajarkanku tentang bagaimana tetap tenang dalam situasi apapun, bagaimana menjaga kesabaran meskipun hafalan tak kunjung masuk. Dari dia, aku belajar untuk tidak mudah putus asa dan menerima kenyataan dengan lapang dada.
Ada juga yang mengajarkanku tentang arti tulus dan bagaimana menerima diri sendiri apa adanya. Dia mengingatkanku bahwa kita tidak perlu menjadi orang lain untuk diterima, dan yang terpenting adalah menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, meskipun itu tidak selalu sempurna.
Lebih dari itu, dengan mengenal mereka, aku mulai menyadari hal-hal dalam diriku yang perlu diperbaiki. Kadang, kita tidak bisa melihat kekurangan diri kita sendiri tanpa bantuan orang lain. Dari mereka, aku belajar banyak tentang bagaimana menjadi lebih sabar, lebih tulus, dan lebih menerima diri sendiri—proses yang sangat penting dalam perjalanan menuju versi terbaik dari diriku. Terkadang, dalam kebersamaan yang sederhana, ada pelajaran besar yang datang begitu saja.
Mari kita ingat, seperti yang dikatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, “Siapa yang tidak mengenal orang lain, maka ia tidak akan menemukan dirinya.” Kadang, hal yang paling sulit dalam hidup adalah memulai sesuatu yang baru. Namun, kita tidak akan pernah tahu apa yang bisa kita pelajari, dan betapa berharganya pengalaman yang akan kita peroleh jika kita tidak berani melangkah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). Dengan memulai sesuatu, kita memberi kesempatan pada diri kita untuk berubah dan berkembang. Meskipun itu terasa sulit, percayalah, setiap langkah kecil membawa kita pada sesuatu yang lebih besar dan lebih baik.
Jadi, mari kita mulai saja. Jangan takut untuk melangkah meskipun jalan terasa berat. Karena bisa jadi, dari langkah pertama itu, kita akan menemukan banyak hal yang baik bagi diri kita dan pengalaman berharga yang akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Kreator : Ardianti
Comment Closed: Mari Kita Mulai
Sorry, comment are closed for this post.