Jesi adalah seorang gadis kecil yang memiliki masa kecil yang penuh dengan kenangan berharga. Setiap minggu, pada hari Jumat, dia dan kedua orang tuanya, Bapak Edy dan Ibu Mar pulang ke kampung halaman mereka yang bernama Tanggobu. Perjalanan pulang ke kampung tersebut selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh Jesinta dan keluarganya. Walaupun kedua kakak laki-lakinya harus mengalah untuk tidak ikut ke kampung karena kendaraan menuju ke sana, tidak cukup untuk 5 orang. Tapi itu tidak mengapa, karena kedua kakak laki-lakinya sudah cukup remaja untuk ditinggal di rumah sendiri.
Mereka menaiki motor butut tua yang menjadi kendaraan setia mereka dalam perjalanan ke kampung. Meskipun motor itu sudah usang, tetapi mereka selalu berhasil sampai dengan selamat. Walaupun memakan waktu selama 2 jam perjalanan di atas motor yang pastinya membuat pinggang sedikit pegal, perjalanan menuju Tanggobu selalu menyenangkan, dengan pemandangan alam yang indah dan udara segar yang menyegarkan. Hutan-hutan masih asri dengan hewan-hewan endemik yang ada di dalamnya. Ada monyet berbulu kuning keemasan, ada jangkrik yang suaranya menggelegar sampai ke telinga pemudik, dan ada hewan Jongak (sejenis rusa tapi tanduknya kecil). Hewan-hewan tersebut selalu menghibur perjalanan Jesi ketika pulang kampung.
Kampung Tanggobu adalah tempat di mana nenek Jesi tinggal. Neneknya sering dipanggil “Mbah Uti” oleh keluarganya dan penduduk kampung. Rumah neneknya adalah tempat yang nyaman dan penuh cinta. Setiap kali Jesi dan keluarganya pulang ke kampung, mereka disambut dengan senyuman hangat dan aroma masakan lezat yang menggoda selera. Masakan favorit Jesi selama di kampung adalah opor ayam buatan neneknya itu. Dan makanan itu selalu tersaji dalam keadaan hangat ketika Jesi ke rumah neneknya.
Mbah Uti adalah seorang ibu yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Dia sering bercerita kepada Jesi tentang masa muda dan pengalaman hidupnya. Jesi sangat menikmati waktu yang dia habiskan dengan neneknya, mendengarkan ceritanya dan belajar dari kebijaksanaannya. Neneknya adalah sosok perempuan yang tangguh dan mandiri. Tidak ada hal yang dapat menghalangi jalan kehidupannya.
Selain itu, di kampung Tanggobu juga tinggal sepupu laki-laki Jesi, bernama Arya. Arya adalah sosok yang penuh semangat dan selalu siap untuk petualangan. Setiap kali Jesi datang ke kampung dan singgah ke rumah tantenya, yang dimana rumah tersebut adalah rumah Arya juga, Arya akan mengajaknya berkeliling kampung dan menjelajahi tempat-tempat menarik, seperti air terjun yang indah di sekitar kampung.
Mereka berdua akan berlari-lari di antara pepohonan, menikmati keindahan alam, dan bermain dengan riang gembira. Petualangan mereka di kampung Tanggobu selalu menjadi momen yang tak terlupakan bagi Jesi. Mereka akan memancing di sungai, memanjat pohon, dan menikmati kebebasan yang hanya bisa mereka rasakan di kampung halaman. Tak jarang, jika musim panen buah kopi atau buah mete (kacang mete) tiba, mereka berdua berlomba-lomba mencari buah kopi dan buah mete di antara semak belukar di kebun belakang rumah Arya. Mereka dengan jeli melihat buah mana yang telah jatuh ke tanah lalu mereka cepat-cepat mengambil buah itu. Lalu mereka mengumpulkan buah itu ke dalam tempat-tempat yang terbuat dari anyaman bambu yang memang diperuntukkan untuk mewadahi buah kopi dan buah mete tersebut. Setelah terkumpul banyak, maka Ayahnya Arya akan membantu menjualkan buah yang mereka kumpulkan itu. Dan akan memberi upah kepada Jesi dan Arya karena telah menolong untuk mengumpulkan buah kopi dan buah mete tersebut.
Selain petualangan, Jesi juga menyukai suasana lebaran di kampung Tanggobu. Setiap tahun, mereka akan merayakan Idul Fitri bersama-sama dengan seluruh penduduk kampung. Mereka akan menghadiri Shalat Id bersama di masjid kampung, mendengarkan khutbah hari raya bersama lalu bersalam-salaman dengan tetangga dan kerabat yang datang berkunjung.
Suasana lebaran di kampung Tanggobu sangat istimewa. Semua orang saling berbagi kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka akan menyantap hidangan lezat yang disiapkan dengan penuh cinta oleh ibu-ibu di kampung. Jesi selalu merasa hangat dan nyaman di tengah-tengah keramaian dan kebersamaan ini.
Kampung Tanggobu adalah tempat dimana Jesi merasa benar-benar di rumah. Kenangan-kenangan indah dan pengalaman berharga yang dia alami di sana akan selalu terukir dalam ingatannya. Setiap kali dia kembali ke kota, dia membawa pulang cerita-cerita dan kehangatan dari kampung halamannya.
Jesi belajar banyak tentang nilai-nilai keluarga, persaudaraan, dan kebersamaan selama masa kecilnya di kampung Tanggobu. Pengalaman-pengalaman itu membentuk kepribadiannya dan memberinya kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Sekarang, saat Jesi tumbuh dewasa, dia selalu merindukan masa kecilnya di kampung Tanggobu. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu menjaga hubungan yang erat dengan keluarga dan menghormati adat istiadat serta nilai-nilai kehidupan yang dia pelajari dari kampung halamannya.
Kampung Tanggobu akan selalu menjadi tempat yang istimewa bagi Jesi. Dan dia tak akan pernah bosan untuk mengunjungi kampung kebanggaannya itu.
Kreator : JESINTA DEWI SRIKANDI
Comment Closed: Masa Kecil dan Kenangan Berharga
Sorry, comment are closed for this post.