Majalah Aneka Yess, Majalah Anita Cemerlang, Majalah Karina ketiga majalah inilah yang menjadi favorit tempo itu untuk kubaca. Tidak berlangganan karena untuk membeli tak pernah cukup walau menyisakan uang jajan. Untungnya seorang teman sekelas namanya Rina sering meminjamkan majalah tersebut setelah dibacanya.
Majalah – majalah tersebut sumber inspirasi ketika ada tugas yang diberikan oleh guru Bahasa Indonesia. Saat masih sekolah di SMP, jujur saja aku suka sekali sama pelajaran Bahasa Indonesia ada tata Bahasa dan kesusastraan. Apalagi kalau ditugaskan menulis dan membaca cerpen. Ibaratnya, mengarang cerpen itu sama saja dengan menerapkan seluruh ilmu yang aku pelajari di pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti contohnya, tanda baca, berbagai imbuhan, ataupun penerapan jenis-jenis teks, juga gaya Bahasa.
Teringat Ibu Paulina, guru Bahasa Indonesia yang jarang sekali tidak hadir untuk mengajar di kelas hingga beberapa teman yang kurang menyukai pelajaran yang diampu oleh beliau menggerutu. Kelihatannya, mereka belajar bukan karena ingin tahu, lebih pada

takut di ceklis tidak hadir saat Pelajaran Bahasa Indonesia.
Ibu Paulina sangat senang terhadap hasil pekerjaanku ketika memberikan tugas membuat karangan atau puisi. Beliau fokus memeriksa di tata Bahasa baik di tanda baca penggunaan imbuhan pun, dan lain-lain sebagainya terkait tugas kami.
Suatu saat, Ibu Paulina membacakan hasil tugas karangan kami dengan topik, Jujurlah dalam Menulis. Isi cerita teman kami yang kebetulan dibaca oleh Ibu Paulina semacam curhatan jika ia tidak menyukai Pelajaran Bahasa. Sangat membosankan, begitu tulisnya.
Aku langsung memperhatikan raut wajah Bu Paulina saat membaca teks karangan tersebut. Tak ada ekspresi marah, justru tersenyum. Dijelaskan oleh beliau bahwa,
“Menulis bukan hal yang sulit, kalau kalian berlatih terus untuk menulis kalian pasti akan bisa untuk menulis, teruslah berlatih.”
Sungguh bijak respon yang diperlihatkan oleh ibu Paulina, batinku dalam hati.
Ibu Paulina tidak tersinggung Ketika ada siswa yang tidak menyukai Pelajaran yang diampunya. Beliau memahami bahwa setiap anak unik, memiliki karakter, minat dan gaya belajar yang berbeda.
Oleh Bu Paulina lah aku jadi suka menulis, namun hanya sebatas menulis dalam buku diary. Tulisan-tulisan itu bermacam-macam mulai dari perasaan, kejengkelan, kegembiraan sampai kepada menulis puisi.

“Indar, ini kupinjamkan lagi Majalah Anita Cemerlang,” ucap Rina sambil menyerahkan majalah kepadaku.
“Terima kasih ya Rin,” balasku.
Rina, temanku yang baik, jika waktu istirahat diisi dengan membaca majalah. Tapi biarpun begitu, Rina tak pernah ketinggalan dengan pelajaran-pelajaran di kelas. Hal inilah yang kerap kucontek dari kebiasaan Rina. Meskipun suka membaca majalah, tapi pelajaran tetap menjadi nomor satu.

Satu kebiasaan yang sering kulakukan saat majalah Anita Cemerlang telah dipinjamkan. Bukan langsung membacanya, tapi melihat satu per satu gambar atau ilustrasi cerita tersebut. Tidak ada gambar baik cowok maupun yang cewek itu jelek semuanya ganteng dan cantik. Hal ini juga yang membuatku senang membaca ini kala itu. hehehe….
Pernah sekali, Pak Hari, guru bidang studi IPS, menyita bacaan yang kami baca padahal membaca kami lakukan saat jam istirahat. Di giring lah kami di kantor sambil ditanya-tanya dan dinasehati. Sungguh berbeda dengan Ibu Paulina yang menyuruh kami untuk banyak membaca baik yang ada di majalah maupun di koran juga malah kami disarankan menulis hal-hal apa yang terjadi ketika kami telah selesai menonton televisi.
Aku sangat merasakan kebebasan belajar saat Bu Paulina mengajar tidak ada tekanan dengan tugas jika kami salah tidak ada teguran keras pasti dengan bijak diatasi dengan cara dan strategi beliau yang membuat kami tidak merasa diintimidasi.
Majalah Aneka Yess, Majalah Anita Cemerlang, Majalah Karina menjadi bacaan sampingan kami di kala kami telah menyelesaikan tugas sekolah.
“Kalau engkau ingin menjadi penulis, ada dua hal yang harus kau lakukan, banyak membaca dan menulis. Setahuku, tidak ada jalan lain selain dua hal ini. Dan tidak ada jalan pintas.” – Stephen King
kreator : Indarwati Suhariati Ningsi
Comment Closed: Masa Sekolahku
Sorry, comment are closed for this post.