KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » MBA TYAS YANG BUKAN ISTRI SULTAN

    MBA TYAS YANG BUKAN ISTRI SULTAN

    BY 06 Mar 2023 Dilihat: 193 kali

    Oleh : Veronia Tamara

    “Saya senang banget liat Sintia Amora yang baik sama anaknya. Mba Sintia itu nggak pernah marah-marah sama anak-anaknya,” kata Bang Adi sambil menengadahkan kepalanya ke toko di depan tokoku. Bang Adi adalah tetangga ku di pasar. Kami bertetangga sebagai sesama pedagang P & D di pasar baru di kota kecilku ini. Asyik sekali Bang Adi ngobrol sama Mas Dion. Toko mereka berhadap-hadapan, hanya terpisah gang seukuran 1 meter.  Sementara toko ku persis disebelahnya. Jadi wajar kalau aku mendengar jelas obrolan mereka.


    “Iya, seneng liat ibu penyayang kayak Mba Sintia itu. Lembut tutur katanya ke anak-anaknya,” timpal Mas Dion.


    Aku menarik nafas panjang mendengar obrolan mereka tersebut. Aku paham apa maksud dan tujuan mereka berbicara begitu. Mereka baru saja melihat Mba Tyas habis marah-marah ke anaknya yang baru berusia 6 tahun. 


    Kevin, anaknya Mba Tyas, menangis meminta dibelikan mainan. 

    “Bunda, beliin yoyo. Beliin Bunda. Kevin mau yoyo,” rengek Kevin. 

    Awalnya rengekan Kevin hanya seperti rajukan biasa. Anak kecil yang masih polos itu mengulang berkali-kali permintaannya sambil terus mengikuti kemanapun langkah Bundanya pergi. Namanya juga lagi jualan di pasar, pembeli datang silih berganti, apalagi hari ini adalah hari pasar atau hari balai istilah di kampungku. Hari ini ramai pengunjung yang berbelanja terutama berbelanja kebutuhan pokok. 


    Karena sibuk melayani pembeli, Mba Tyas tidak menanggapi rengekan Kevin. Dia terus saja melayani pembeli. Mungkin sikap acuh Mba Tyas inilah yang membuat Kevin menjadi menangis. Tidak lagi sekedar merajuk dengan rengekan pelan tapi mulai menangis dengan suara yang keras sambil terus meneriakan permintaannya.


    Mba Tyas masih saja bergeming. Aku hanya bisa menyaksikan kejadian itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Saat itu aku sedang menggendong Rian, anakku yang baru berumur 5 tahun. Rian sudah tertidur dalam buaianku tapi belum bisa aku taruh di kasur karena suara Kevin yang menangis sambil berteriak-teriak membuat Rian sesekali kaget.


    Sepertinya kesabaran Mba Tyas sudah sampai batasnya. Diraihnya tangan Kevin yang memegangi bajunya, dan ditariknya anaknya itu masuk ke dalam toko.

    “Kamu tau kan Bunda lagi sibuk melayani orang belanja. Kenapa malah ribut minta beli mainan. Gimana kalau orang yang mau belinya jadi kesel dan nggak jadi beli di toko kita. Kita kan jadi nggak dapat uang. Kamu pikir kalau kita nggak dapat uang trus kamu bisa beli mainan? Kamu pikir kamu bisa makan, hah!” keras suara omelan Mba Tyas terdengar jelas. Meski marah di dalam toko tapi suaranya terdengar jelas sampai ke tokoku. Maklum, jarak antara satu toko dengan toko lainnya hanya 1 meteran. Dan toko kami berada dalam gang yang sama.


    “Nggak ada beli mainan. Nggak akan Bunda beliin yoyo. Bikin kesel aja kamu. Bunda ini capek tau. Bukannya bantu Bunda tapi malah bikin tambah pusing. Nggak ada duit buat beli mainan,” lanjut Mba Tyas. Jelas sekali kesalnya belum reda.


    “Bundaaa, beli yoyo. Kevin mau yoyoooo,” suara tangisan Kevin pun ikut mengeras seolah ingin menyaingi suara Bundanya.


    “Nggak ada, kamu denger nggak,” suara Mba Tyas juga semakin meninggi.

    “Diam! Brenti nangisnya! Kalau nggak Bunda pukul nih.” Kali ini teriakan Mba Tyas mulai melengking.


    “Tapi Kevin mau yoyo, Bunda.” Tangisan Kevin masih terdengar, hanya saja tidak sekeras tadi.

    “Diam! Masih aja merengek kamu. Kalau masih minta yoyo, kamu Bunda kirim pulang sama Om Ojek,” ancam Mba Tyas.


    Di pasar ini kami rata-rata punya ojek langganan keluarga. Jadi bisa minta tolong antar ini dan itu. Cukup di telpon, tukang ojeknya datang ke toko menjemput barang atau orang yang akan diantar.


    Mendengar ancaman bundanya, Kevin langsung diam. Tak terdengar lagi tangisan keras atau teriakannya. Hanya suara sesenggukan yang sesekali terdengar.


    “Makan dulu. Itu nasinya udah Bunda beli dari tadi. Diam nangisnya,” suara Mba Tyas mulai pelan. Aku bisa melihat dia mendekati Kevin dan menyeka airmata anaknya itu dengan telapak tangannya. Itulah hati seorang ibu.


    “Jangan begitu, Bang Adi. Jangan membandingkan Mba Tyas dengan Sintia Amora. Itu nggak selevel,” aku menimpali obrolanl Bang Adi dan Mas Dion.                        


    “Maksud Mba Ayu gimana ?” Kalau saya lihat Mba Ayu nggak pernah marah-marah apalagi sampai teriak-teriak gitu sama anak, Mba,” kata Bang Adi membalas perkataanku.


    “Maksud saya jangan membandingkan Mba Tyas dengan Sintia Amora. Sintia Amora itu artis terkenal. Dia istrinya sultan alias suaminya kaya raya, miliarder. Dia punya kehidupan yang jauh lebih baik dibanding kehidupan Mba Tyas.  Sintia itu punya suami yang baik, yang perhatian pada anak-anak dan istrinya. Punya anak dua, masing-masing anak ada babysitternya. Dia itu istri dan ibu yang beruntung, nggak ngerjain kerjaan rumah. Masak, nyuci dan bersih-bersih semua dikerjain pembantu. 


    Kerjaan Sintia itu cuma shoping, ke salon, ke klinik kecantikan. Nggak pusing ama rengekan anak dan suami. Semua diurus babysitter dan pembantu. Nggak mikirin uang belanja kebutuhan rumah tangga. Tiap bulan dikasih duit ratusan juta ama suami untuk kebutuhan rumah tangga. Dikasih juga uang saku, uang untuk shopping, uang untuk perawatan kecantikan. Nggak ada kurangnya kalau Sintia mah. Kalau udah sesenang itu hidupnya wajarlah nggak pemarah sama anak. Wajar kalau lembut sama anaknya. Udah nggak ada stresnya. Bahkan keterlaluan namanya kalau hidup udah sesenang itu masih suka marah-marah sama dan teriak-teriak sama anak.


    “Coba Bang Adi liat kehidupan Mba Tyas. Mba Tyas itu masak, nyuci, bebersih rumah, semua dikerjain sendiri. Nggak ada pembantu. Ngurus anak juga sendiri, nggak ada babysitter. Semua ulah, rengekan anak dihadapi langsung sendiri. Anak lapar, anak sakit, semua dia yang ngurusin. Udah gitu, Mba Tyas juga harus membanting tulang mencari nafkah dengan jualan. Boro-boro dikasih uang untuk shoppping, untuk perawatan, uang untuk kebutuhan rumah tangga aja nggak dikasih suaminya. Bang Adi dan Mas Dion kan tau kelakuan suaminya Mba Tyas.” Aku mengeluarkan semua kata-kata yang sebenarnya juga mewakili apa yang aku alami.          


    “Iya ya Mba Ayu. kasihan juga sih sebenarnya,” bals Mas Dion.


    “Iya Mas Dion. Semua beban itu ditanggung sendiri oleh Mba Tyas. Nggak ada orang atau keluarganya yang membantu meringankan beban dan tanggungjawabnya. Waktu 24 jam sehari dibagi-bagi untuk mengurus anak, mengurus rumah dan mencari nafkah. Jadi wajar kalau kadangkala emosinya jadi naik. Masih untung Mba Tyas nggak stres berat. Coba kalau dia nggak kuat menanggung semua beban itu, lalu stres berat, jadi depresi, kan bahaya. Bisa-bisa hilang kewarasannya. Liat aja diberita-berita, sekarang banyak ibu yang hilang kewarasannya dan melakukan perbuatan yang nggak-nggak. bahkan diluar akal sehat.” Aku mengakhiri ceramah panjangku.


    “Iya ya Mba Ayu. Saya salah membandingkan-bandingkan Mba Tyas dengan artis yang istri sultan itu,” kata Bang Adi dengan wajah memerah.


    “Kita doakan semoga suami Mba Tyas cepat sadar dan beban Mba Tyas bisa berkurang,” jawabku.


    Aku membatin dalam hati, sungguh kasihan Mba Tyas, dan masih banyak Mba Tyas-Mba Tyas yang lain yang mengalami nasib serupa. Menjadi ibu rumah tangga dengan beban dobel sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah yang tentu memberikan tekanan yang berat sehingga wajar mempengaruhi stabilitas emosinya. Tapi semoga Mba Tyas tetap bisa mengontrol emosinya terhadap anak-anaknya. 

    Semoga.                                        


    Bagikan ke

    Comment Closed: MBA TYAS YANG BUKAN ISTRI SULTAN

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021