Chapter JANUARI

Tak mudah bagi seorang introvert sepertiku mengungkapkan apa yang dirasa pada semua orang. Hanya beberapa sahabat, tidak lebih dari tiga orang, yang mengerti secara detail siapa aku dan bagaimana aku menyikapi sesuatu. Aku lebih suka menuliskan perasaanku di diary yang sudah bertumpuk sejak aku masih SD. Karena itulah menulis bisa jadi skill ku yang lain selain menganalisa dan membuat kajian serta merapikan dokumen pekerjaan di kantor. Di kantor aku pun lebih sering bekerja di balik layar daripada menunjukkan siapa aku sebenarnya.
Layaknya sebuah buku, seorang perempuan sulit dimengerti keinginannya. Banyak orang yang bisa membaca buku, namun sedikit saja yang mampu memahami isinya. Begitu pula dengan perempuan bukan? Tak ada yang benar-benar bisa memahami isi hatinya. Yaa, dan aku sebagai seorang perempuan dan introvert pula, mengakui hal itu.
Inilah mengapa aku lebih suka menulis di diary dan mengolah kata menyesuaikan isi hatiku, saat ini.. Selain aku juga lebih suka mengekspresikan perasaanku lewat tulisan daripada lisan. Diary-diaryku yang dulu ada beberapa yang sudah lenyap karena seringnya aku merantau dan kembali dalam waktu yang lama. Entah, apakah mereka berakhir dibuang karena sudah dianggap usang atau ada yang mau membaca dan memahaminya. Biarlah, isinya juga nggak penting-penting amat. Hanya cerita masa kecilku, iri-irian sama teman sekolah, atau persaingan mendapatkan juara kelas.
Menulis bagiku sampai saat ini adalah self healing paling ampuh. Aku bisa marah, berteriak, tertawa, malu-malu, bahkan menangis, dan mengungkapkan semuanya melalui kata. Hobi menulisku ini sudah sejak lama ku tekuni. Pernah ikut kelas menulis dan punya keinginan untuk melahirkan sebuah antologi. Tapi selalu terhalang karena ada kewajiban lain yang tak bisa ku tinggalkan. Jadilah tulisan-tulisanku mentok jadi caption galau atau story di medsosku. Itupun ketik hapus – ketik hapus karena kadang merasa alay dan lebay di usia yang sudah tidak muda ini. Ada yang bilang reading is therapeutic. Tapi untukku, sebagai pelengkapnya adalah writing is one of my way to self healing. Kalau tidak segera dituliskan, ide-ide ini akan membuatku gila.
Nanti di chapter November aku akan bercerita mengenai antologi yang akhirnya bisa menjadi karya pertamaku dalam menulis. Juga gebrakan-gebrakan yang tidak kusangka bisa kulakukan di tahun ke 40 ku ini. Baik itu dalam pekerjaan, sikap, maupun percintaan. Ahaiiii…..
Kreator : Jihan Maria Ulfa
Comment Closed: Me in My Forty Part 3
Sorry, comment are closed for this post.