KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Me in My Forty Part 4

    Me in My Forty Part 4

    BY 21 Des 2024 Dilihat: 104 kali
    Me in My Forty_alineaku

    Hari apes memang tidak pernah ada di kalender. Semua terjadi begitu saja tanpa ada yang menyangka dan menduga. Pagi itu, 5 Februari 2024, hari yang seharusnya aku gunakan untuk bekerja sebelum aku mengambil cuti tahunan di pekan berikutnya, berubah menjadi berita duka. Anak laki-lakiku menelepon sambil menangis tersedu. 

    “Buk, banjir.” begitu katanya. 

    Kubuka mata dan mendapati gambar bahwa keadaan rumah orang tuaku sudah porak poranda. Hari itu sebelum Subuh tiba, banjir bandang menerjang kampung halamanku, tempat dimana aku menghabiskan masa kecilku hingga berkeluarga.

    Langsung aku menghubungi teman-teman kantorku untuk meng-handle pekerjaanku untuk sementara. Aku juga izin pulang saat itu juga tanpa menunggu waktu cuti tiba. Yang ada di pikiranku saat itu hanyalah segera sampai rumah, karena rumah orang tuaku berada di titik pusat bencana. Cemas, panik, bingung, tak tahu harus mulai darimana untuk melukiskan perasaanku saat itu. Aku hanya ingin pulang, itu saja. Banjir bandang yang masuk ke dalam rumah hingga 1 meter ini membuatku semakin bingung karena di rumah hanya ada orang tuaku yang sudah sepuh dan anakku yang duduk di kelas 5 semester 2. Aku tidak perduli dengan surat-surat berharga yang mungkin sudah tak tersisa. Bagiku, nyawa orang-orang tercinta itu yang utama.

    Perjalanan pulang yang biasanya ku tempuh dengan waktu paling lama 3 jam jadi semakin lama karena akses menuju rumah ditutup. Allaahu akbar, Turun dari bus aku naik ojek online yang kuharap bisa mengantarku sampai setidaknya dekat dengan rumahku, ternyata tidak bisa. Aku nekat jalan kaki menerjang banjir yang kufikir saat itu sudah dekat ke rumah ternyata masih sekitar 10 km. Driver ojek online yang ku tumpangi ternyata masih menungguku. Si bapak memberhentikan mobil patroli polisi yang akan menuju titik bencana dan meminta izin agar aku bisa diangkut menuju rumahku. Terimakasih bapak ojol,, terima kasih para Bapak polisi. Lemah teles, Gusti Allah ingkang mbales.

    Sampai rumah, aku disambut tangis bahagia anakku, aku pun tak kuasa menahan air mataku.

    “Udah nggak apa-apa. Yang penting sehat selamat semua.”

    Aku menenangkannya meskipun gemuruh tak juga usai dalam dadaku. Aku mulai mengecek surat-surat berharga yang masih bisa diselamatkan. Tak lupa aku membalas pesan yang terus mengalir ke ponselku. Aku tidak mau membuat teman dan kerabatku semakin khawatir dengan keadaan kami.

    Februari yang katanya bulan penuh cinta, bagiku saat itu Februari adalah bulan duka. Aku menerima segala takdir-Mu, Ya Allah. Semoga setelah bencana ini kami lebih taat dan ikhlas akan ketetapan-Mu. Aamiin.

     

     

    Kreator :  Jihan Maria Ulfa

    Bagikan ke

    Comment Closed: Me in My Forty Part 4

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021