Chapter MARET
Part 4
Hai diriku, Empat ratus Sembilan puluh purnama yang lalu, kamu sungguh lucu, seseorang yang ada di hatiku sekarang pernah bilang padaku, mataku sejak dulu selalu menyiratkan sesuatu yang sendu. Aku tidak tahu apakah memang seperti itu, karena memang hingga sekarang, banyak sekali luka terpendam yang tak pernah kubagi dan seringnya kurasakan sendiri.
Aku yang sekarang ingin menyapamu, hai diriku di masa lalu, apakah menjadi saat ini adalah keinginanmu dulu? Ku rasa iya, karena kita tahu, bagaimana Bapak Ibu mendidik dan mengarahkan diri ini menggapai semua cita dan keinginan.
Pernah kepikiran nggak, semua yang kita lalui hingga menjadi sosok seperti sekarang adalah hasil ikhtiar dan do’a bapak ibu yang selalu mengalir kepada kita? Kamu, bisa jadi adalah pribadi yang sangat berbeda denganku yang sedang menulis cerita ini. Aku adalah kamu beberapa tahun kemudian, dan kamu adalah aku di masa lalu yang sedang menulis mimpi-mimpi, yang sedang kuat dan semangat sejauh kita mampu untuk mewujudkannya
Aku bersyukur dengan apapun yang telah ku lewati hingga membentukku jadi sosok yang lebih baik di titik ini. Maafkan aku yang dulu sering membuatmu berjuang lebih keras untuk menggapai rencana-rencana kita. Ini aku lakukan agar aku bisa terus bangga kepadamu. Tersenyumlah, karena kita terlahir menjadi seorang pemenang sekarang. Berbahagialah dengan sederhana. Dan ingatlah bahwa jalan yang kita lalui tidak mudah, namun percayalah aku tetap bangga kepadamu. Wahai diriku di masa lalu,, Terima kasih atas perjuanganmu. Alhamdulillah, ternyata kita mampu, mewujudkan mimpi satu persatu.
Setelah menyapa diriku di masa lalu,, aku ingin menyapa diriku di masa datang,,
Hai diriku di masa depan,,,bagaimana kabarmu? Berapa usiamu saat membaca surat ini sekarang?
Sebaik apapun rencana kita, nyatanya rencana Tuhan tetaplah yang terbaik. Kamu, bisa jadi , juga pribadi yang sangat berbeda denganku yang sedang menulis surat ini. Aku adalah kamu beberapa tahun yang lalu, dan kamu adalah aku di masa depan yang telah berhasil mencoret mimpi-mimpi yang telah kita capai
Aku juga sangat bersyukur dengan apapun yang telah kita lewati hingga membentukmu jadi sosok yang lebih baik, lebih kuat, dan hebat di titik ini. Maafkan aku yang sering membuatmu berjuang sangat keras untuk menggapai rencana-rencana kita. Ini aku lakukan agar aku bisa terus bangga kepadamu
Tersenyumlah, karena kamu terlahir juga seorang bintang sekarang. Berbahagialah dengan sederhana. Dan ingatlah bahwa jalan yang kita lalui bertahun-tahun ini tidak mudah, namun percayalah aku tetap bangga kepadamu. Wahai diriku di masa depan,, Trimakasih karena sudah menjadi manusia kuat versimu,
Untuk diriku sendiri di masa kini,,
Kita tahu, bahkan sangat mengerti,,,Dunia kita monokrom, sejak 7 tahun yang lalu,, hanya kombinasi hitam dan putih dalam hidupku
Untuk mengembalikan aku yang dulu pernah memiliki banyak warna ceria, rasanya tidak mudah. Percaya pada diri sendiri bahwa aku mampu melewati semuanya, itu juga butuh waktu dan sangat susah.
Untuk mengenal diriku seperti sebelum peristiwa “menyakitkan” itu. Lalu, membentukku menjadi seorang Jihan yang baru.
Untuk mewarnai hari-hariku, menjadi tak hanya hitam atau putih, namun juga biru, abu, dan ungu. Hanya waktu yang bisa menjawab semua itu,,
Entah, sampai kapan warna-warna tersebut kembali menjadi warna permanen yang tak lagi terhapus bahkan oleh waktu. Aku belum tahu. Namun, aku masih berharap, akan ada seseorang yang akan membawa semua warna yang ku inginkan kembali menghiasi hari-hariku ke depannya. Seseorang yang akan membimbingku, membersamaiku, hingga menuntunku ketika aku kembali pulang padaNya
Ah, tapi kadang aku ragu, sebab,,,Mungkin seseorang itu memiliki prinsip, tak ingin mengubahku, seperti kata baratasastra “jangan paksa putih menjadi biru atau jingga menjadi abu-abu. Mereka sudah cukup indah pada tupoksinya”
Kreator : Jihan Maria Ulfa
Comment Closed: Me in my forty years old Part 10
Sorry, comment are closed for this post.