KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Melalui Jalan Lain

    Melalui Jalan Lain

    BY 09 Jan 2023 Dilihat: 254 kali

    Penulis : Diyonisius Roch Ediyanto (Member KMO Alineaku)

    Seusai perayaan misa malam natal dia pulang melalui jalan lain. Wajahnya tak sendu. Hatinya berbeban berat seperti orang yang tidak mampu menanggung hidupnya. Begitu sedih, begitu pilu. Raut wajah cantiknya seperti Andin, pemeran sinetron yang sedang naik daun. Kini, dia lesu dan haru. Dengan langkah berat ia tinggalkan kegembiraan natal di gerejanya. Ia mengendarai sepeda motornya di malam gelap, menuju kampung. Ia ke rumah Pak Markus. 

    Ia berhenti di depan rumah sederhana. Dalam hatinya ia berkata, ”Aku yakin ini rumah Pak Markus. Sahabatku Pambudi pernah bercerita padaku bahwa rumah Pak Markus itu bersih dan indah. Halamannya luas, tumbuh subur berbagai bunga bermekaran. Kupu-kupu terbang kian kemari hinggap dari satu kembang ke kembang lain. Sungguh membahagiakan hati setiap orang yang mampu memaknai kebahagiaan. Tetapi mana mungkin kelihatan bunga-bunga dan kupu-kupu yang indah di malam begiri.” 

    Dengan cekatan ia membelokkan sepeda motornya ke halaman rumah tua itu. Ia turun dari sepeda motornya, berjalan menuju pintu rumah indah itu.

    ”Permisi, permisi! Kula nuwun Pak Markus!” Kata gadis itu sambil mengetuk-ngetuk pintu rumah Pak Markus.

    Tidak lama kemudian pintu dibuka dari dalam. ”Woow kamu, ta! Kamu Bernadeta Handini ta? Anaknya Maria Murwanti ta? Mari masuk!” pinta Pak Markus.

    ”Wah, Pak Markus benar-benar hebat. Bapak masih ingat nama lengkapku dan nama lengkap ibuku,” kata Bernadeta sambil berjalan ke ruang tamu. 

    ”Dulu, sebelum menerima sakramen perkawinan, ibumu menjadi katekumen pertama yang saya bimbing. Saya menjadi emban babtisnya ketika ia dibabtis. Ketika ia menerima sakramen perkawinan saya menjadi saksinya. Ketika ibumu mengandung dirimu tujuh bulan, saya diminta memimpin sembahyangan mitoni. Semuanya itu menjadi pengalaman pertama saya. Itulah yang membuat saya ingat pada dirimu dan keluargamu. Yang membuat saya selalu ingat pada ibumu, adalah kecantikannya. Dia cantik seperti Andin, pemeran sinetron itu,” jelas Pak Markus sambil tertawa lebar. 

    Sesaat kemudian, suasana sepi seperti mati. Sorot mata Bernadeta yang sayu membuat Pak Markus memenggal tawa. Wajah susah Bernadeta semakin jelas di mata hati Pak Markus.  

    ”Sebenarnya ada apa Bernadeta malam-malam begini datang di sini?” tanya Pak Markus. 

    ”Aku dari gereja, mengikuti perayaan malam natal. Aku pulang melalui jalan lain,” jawab Bernadeta. 

    ”Mengapa kau pulang melalui jalan lain? Mengapa kau bersedih di malam natal penuh suka cita? Mengapa kau bersusah-susah? Apa yang kau susahkan? Ingatlah burung-burung di langit yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung namun diberi makan oleh Tuhan yang di sorga. Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Tuhan berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jangan khawatir akan hidupmu nanti. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu,” jelas Pak Markus. 

    ”Terus terang Pak Markus, aku sedih. Tadi dalam khotbahnya, Pastur Alex menjelaskan tema natal tahun ini, ‘Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain.’ Dari tema itu Pastur mengatakan bahwa setelah mengikuti perayaan natal bisa saja orang melalui jalan lain. Orang yang semula hidup dalam dosa berubah ke jalan kebaikan. Bisa juga orang melalui jalan lain untuk melanjutkan perjalanan hidupnya. Seperti yang kualami malam ini,” jelas Bernadeta sambil mengusap air matanya yang mengalir. 

    ”Pastur berkata apa yang membuat dirimu pulang melalui jalan lain?” tanya Pak Markus.   

    ”Di akhir khotbah Pastur mengajak umat untuk bersyukur dan mohon doanya untuk Mas Pramana yang diterima di Seminari Tinggi. Oleh karena itu aku memutuskan pulang melalui jalan lain menuju kehidupan yang kuimpikan,” jalas Bernadeta dengan sedih. 

    ”Waktu SMP aku bersahabat erat dengan Pranawa. Dia teman sekelasku tetapi dia lebih tua tiga bulan dari usiaku. Karena itu aku menyebutnya Mas Pranawa. Kami saling mencintai. Sebelum lulus SMP Mas Pranawa ikut testing di Seminari. Aku sedih sekali. Namun, kesedihan itu tidak lama karena Mas Pranawa tidak diterima di Seminari. 

    Kami melanjutkan ke SMA yang sama. Tanpa kuminta, di SMA aku sekelas lagi dengan Mas Pranawa. Kami selalu bersama sehingga hubungan kami semakin kuat. Hari-hari berlalu penuh kebahagiaan. 

    Di kelas XII SMA kesedihanku hadir lagi karena diam-diam Mas Pranawa mendaftarksan diri di Seminari Tinggi. Malam ini kesedihanku memuncak karena Mas Pranawa diterima di Seminari Tinggi. Ia berharap besar menjadi seorang imam. Aku tidak mengerti mengapa begitu besar harapannya akan menjadi imam,” sambung Bernadeta sambil menitikkan air matanya. 

    ”Kuatkanlah hatimu Bernadeta, ketahuilah bahwa dalam pengharapan, orang berani melangkah di tengah ketidakpastian. Pengharapan itu menantang orang untuk menciptakan kesempatan bagi sesamanya agar mampu menjadi dirinya sendiri. Sadarlah Bernadeta bahwa cara hidup berkeluarga bukanlah satu-satunya pilihan hidup. Pilihan hidup yang lain adalah hidup imamat seperti yang dicita-citakan Mas Pranawa. 

    Bagi masyarakat sekarang yang mengagungkan hal-hal duniawi, status, kenikmatan, termasuk seks, cara hidup imamat dipandang mustahil, tidak masuk akal. Menurut masyarakat umum, menjadi imam sangat sulit dipahami dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. 

    Pilihan hidup imamat dipahami Gereja Katolik sebagai panggilan Allah sendiri. Hidup imamat merupakan panggilan khusus. Panggilan khusus itu, oleh Gereja Katolik dimeteraikan sebagai sakramen, yakni Sakramen Imamat. 

    Sakramen imamat melantik seseorang untuk ikut serta dalam tugas perutusan Yesus Kristus. Ia diangkat dan diakui sebagai wakil Kristus. Alangkah senangnya kita, bila kelak Mas Pranawa menjadi imam, wakil Kristus. Kita bersyukur akan harapan besar Mas Pranawa yang akan menjalani hidupnya sebagai imam. Kita pasrahkan dia kepada Bapa. Bila Tuhan berkenan, semua terjadi. Bukankah tuaian memang banyak tetapi sedikit pekerjanya?” jelas Pak Markus. 

    Bernadeta terhibur hatinya. Hatinya bercerita. ”Aku senang mendengar petuah-petuah Pak Markus yang sungguh-sungguh keluar dari penghayatannya. Aku merasa dikuatkan. Aku senang datang di rumah ini, ada damai. Aku belajar sumeleh, dan nrima. Tuhan berkatilah Mas Pranawa. Teguhkan hatiku dalam peziarahan ini. Kasihanilah aku orang berdosa ini. Tuhan, Engkau yang memberi Engkau pula yang mengambil. Kehendak-Mu lebih bijaksana dari semuanya. Ke dalam tangan-Mu kuserahkan Mas Pranawa.” 

    Malam semakin malam, Bernadeta mengendarai sepeda motornya meningglkan rumah yang damai itu. Dengan senyum, Pak Markus melambaikan tangannya untuk Bernadeta. Ia memandang Bernadeta hingga jauh, sejauh harapannya. Ia membalikkan tubuhnya, berjalan memasuki rumah damai itu. Ia mengucap doa singkat. ”Tuhan lindungilah Bernadeta dan kuatkanlah imannya. Berkatilah Pranawa, semoga dia kelak menjadi imam. Berkatilah keduanya di sepanjang perjalanan hidupnya. Semoga mereka berdua berbahagia di malam natal ini dan selanjutnya. Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain. Semoga mereka berdua sampai di negerinya masing-masing dengan suka cita abadi. Amin.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Melalui Jalan Lain

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021