Sebuah perumpamaan dalam meraih cita-cita bagaikan melayang tinggi di awan. Awan di langit yang tinggi. Bahkan pepatah mengatakan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit”. Kisah inspiratif ini mengupas sekilas pengalamanku. Cita-cita menjadi guru mungkin sangat sederhana bagi sebagian orang, tapi tidak bagiku. Cita-cita mulia yang kuyakini hingga kini. Bahkan tak pernah aku menyinggung atau menjejalkan asa ini untuk putriku. Namun, dia memutuskan sendiri mengikuti jejak langkahku, meskipun sedang berproses dalam studinya.
Cita-cita menjadi seorang pendidik berawal ketika pilihan melanjutkan Perguruan Tinggi dan akhirnya diterima pada sebuah PTN (Perguruan Tinggi Negeri) yang bertajuk IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Begitu namanya waktu itu.
Kali pertama mengajar pada sebuah event yang disebut PPL (Praktik Pengalaman Lapangan). Aku mendapat tugas mengajar pada sebuah Sekolah Menengah Pertama Negeri 30 Semarang. Dengan bimbingan seorang guru yang bernama Bapak Sutikno, S.Pd. Guru yang berwibawa, tampan, juga baik hati. Berkat Beliaulah aku mendapat arahan sebagai guru PPL. Ketelatenan dan kesabaran beliau membuat aku semakin semangat membulatkan tekad menjadi guru. Figur orang baik di sekitar kita memang dapat menjadi inspirator.
“Selamat pagi, Bu Guru! Assalamu’alaikum.” sapaan hangat dari muridku yang bernama Ridwan di teras sekolah depan ruang guru.
“Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi juga, Wan!” jawabku dengan senyuman pula.
“Bu Dwi, nanti siang ada jam pelajaran Ibu di kelasku lho!” lanjut Ridwan.
“Iya. Sampai bertemu kembali di kelas, ya.” sahutku.
Begitulah sapaan sederhana yang menyemangatiku. Aku merasa bahagia mendapat sambutan murid-muridku, mereka mengharapkanku hadir di kelas. Ini baru salah satu sepenggal kisah menjadi calon guru.
Sampai akhirnya aku menjadi guru sesungguhnya pada sebuah Sekolah Menengah Pertama di Kota Semarang. Beriringan pula dengan aku mendapat pinangan dari seorang Pak guru. Lika-liku menjadi guru sangat erat dengan dunia pendidikan. Dunia yang tak akan pernah runtuh oleh gilasan zaman. Bahkan sepanjang zaman akan selalu ada pendidikan. Salah satu unsurnya guru yang tak akan pernah tergantikan.
Semua tapak kaki kehidupanku menjadi guru, Alhamdulillah terwarnai dengan jejak yang lurus saja. Aku mengukir karya menjadi guru kelas dilanjut mendapat kepercayaan menjadi wali kelas. Tak selang berapa lama tahun kelima mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Bidang Kurikulum. Tugas itu aku emban selama dua periode kurang lebih enam tahun. Tahun berikutnya aku dipercaya menjadi Wakil Kepala Sekolah mendampingi Kepala Sekolah. Begitulah struktur organisasi yang diberlakukan waktu itu.
Akhirnya pada Tahun Pelajaran 2013/2014 aku terseleksi menjadi Kepala Sekolah. Boleh jadi, tidak terlintas dalam pikiranku pun tidak tergores dalam catatan cita-citaku untuk menjadi pemimpin sebuah satuan pendidikan atau sekolah. Tuhan menakdirkan aku dan mengujiku untuk menjadi pimpinan sekolah. Meskipun belajar secara otodidak. Namun, ada pula kesempatan bagiku untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah hingga aku pun dipercaya menjadi Kepala Sekolah selama dua periode atau delapan tahun lamanya.
Perjuangan dan pengabdian yang tak akan pernah usai karena sejatinya hidup ini adalah untuk berjuang dan mengabdi. Kemahakuasaan Tuhan yang menuntunku terus berjuang di jalan-Nya. Usai tugas menjadi Kepala Sekolah, aku menjadi guru biasa tapi dengan tugas tambahan di kelembagaan untuk membidangi Sumber Daya Manusia atau sebagai HRD (Human Resources Development).
Aku selalu bersyukur atas titah-Nya. Aku juga bukan siapa-siapa, aku bukan orang yang pintar dan hebat. Aku hanya menyandarkan pada hati nurani dan pikiran positif. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menjagaku dan melindungiku. Ya Robbi, beri aku kesempatan untuk selalu belajar serta bersyukur dan melakukan yang terbaik dalam berbagai kebaikan. Bimbing aku melayang tinggi di awan meraih harapan yang tak akan pernah surut dengan berbagai cobaan dan ujian.
Tidak semua cobaan dan ujian mudah untuk dihadapi. Namun, pilihan hidup untuk sebuah pengabdian menjadikan pemantik bahwa semua dapat terlampaui dengan keyakinan. Tuhan tidak akan membebani manusia kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Marilah tetap bermimpi dan berharap untuk dapat meraih bintang-bintang di langit. Tetap bisa melayang tinggi di awan.
Kreator : Dwi Astuti
Comment Closed: Melayang Tinggi di Awan
Sorry, comment are closed for this post.