Aleniaku Al-Fatihah
(Tafsir Tepian Al-Fatihah)
Memahami Visi dan Misi Kehidupan dalam Surah Al- Fatihah
Menuju Manusia Sebagai Khalifah fil Ardh
Dari pintu kehidupan aku berdiri
Menatap ruang memusatkan hati
Alam pikiran melesat mencari
Menuju arah yang penuh arti
Patuhi panggilan Ilahi robbi
Alineaku al-Fatihah
Alineaku aku ukirkan dengan nama terbaik-Mu.
Bismillah adalah kata panggilan dengan nama-Mu
Engkau Pengasih Pemberi tak kenal waktu
Duhai Allah tuhanku aku mengetuk pintu al-Fatiha-Mu
Al-Fatiha aku yakini pengantar perbuatanku
Memberi arah pikiran dan dan tindakanku
Untuk melangkah pasti menurut furqon dan Huda-Mu
Tuhanku, izinkan aku memulai alineaku
Ar- Rahman Engkau Yang Maha Pencipta dan Pemberi
Pemberi untuk mengasihi dan menyayangi
Tak pandang ciri dan tak pernah pilih kasih
Engkaulah mutlak Pemberi dan Pengasih
Ar- Rahim Engkau Maha Menyayangi dalam qolbu dan fikiranku
Rahim ibuku ciptaan sayang-Mu kepadaku dan orang tuaku
Tak terbilang dan terbalaskan hingga akhir waktu
Mungkin aku hanya dapat bersimpuh sekedar mengenang dosaku,
Kepada-Mu kekasih sejatiku aku bersimpuh
Kucurahkan segala sedu sedan kegalauanku
Tuhanku…, aku berguru kepada-MU
Tuhanku…, aku bersimpuh dalam duka dan lukaku
Mengingat dosa penuh seluruh
Masih pantaskah aku mengetuk pintu ampunan-Mu?
Al-fatihah
Al-fateha di mulai dengan ayat Bismillahirrahmaanirrahim.
Pada awal bacaan ini Allah memperkenalkan diri-Nya dengan nama sifat-Nya Rahman dan Rahim yang bermakna Pengasih dan Penyayang. Mengapa perkenalan diri Allah di dalam surah pembuka ini sebagai Pengasih dan Penyayang? Mengapa bukan dengan sifat-sifat yang lainya, bukankah Allah mempunyai sifat-sifat dengan nama – nama terbaik-Nya 99 nama yang kita kenal sebagai asmaul husna, misalnya sebagai “Bismillahil jabbar, atau Bismillahi ahad, dll?
Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Ibnu Katsir bercerita bahwa al-fatihah merupakan Fatihatul Kitab, dengan surat ini bacaan shalat dimulai.
Al-Hasan dan Ibnu Sirin mengatakan; “Sesungguhnya Ummul Kitab itu adalah Lauh Mahfuz. Al-Hasan mengatakan bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah Ummul Kitab. Oleh karena itu keduanya pun tidak suka menyebut al-Fatihah sebagai istilah Ummul Qur’an.
Di dalam sebuah hadis sahih pada Imam Tirmidzi disebutkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
Alhamdu lillahi rabbil ‘alamina adalah adalah Ummul Qur’an. Ummul Kitab Sab’ul masani, dan al-Qur’anul ‘azim.
Surat al-Fatihah dinamakan juga Alhamdu, juga disebut assalat, karena berdasarkan sabda Nabi SAW dari Tuhannya yang mengatakan :
Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-ku menjadi dua bagian. Apabila seorang hamba mengucapkan, “Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin (Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam), maka Allah berfirman, “Hamba-Ku telah memuji-Ku”
Surat al-Fatihah disebut pula salat, karena ia merupakan syarat di dalam salat. Surat al-Fatihah dinamakan juga Syifa, seperti yang disebutkan di dalam Riwayat Ad-Darimi melaui Abu Said secara marfu’ yaitu; Fatihatul kitab (surat al-Fatihah) merupakan obat penawar bagi segala jenis racun.
Surat al-Fatihah dikenal pula dengan nama Ruqyah, seperti yang disebutkan di dalam hadis Abu Said yang sahih, yaitu disaat dia membacakannya untuk mengobati seorang lelaki sehat (yang tersengat kalajengking), sesudah itu Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Said (Al-Khudri):
Siapakah yang memberitahu kamu bahwa surat al-Fatiha itu adalah ruqyah?
Asy-Sya’bi meriwayatkan sebuah ashar melalui ibnu Abbas, bahwa dia menamakannya (al-Fatiha) Asasul Qur’an (pondasi Al-Quran). Ibnu abbas mengatakan bahwa fondasi surat ini terletak pada bismillahir-rahmaanir rahiim.
Sufyan ibnu Uyaynah menamakannya al-Waqiyah, sedangkan Yahya ibnu Kasir menamakannya al-Kafiyah, karena surat al-Fatihah sudah mencukupi tanpa selainnya, tetapi surat selainnya tidak dapat mencukupi bila tanpa surat al-Fatihah, seperti yang disebutkan dalam salah satu hadis berpredikat mursal di bawah ini;
Ummul Qur’an merupakan pengganti dari yang lainnya, sedangkan lainnya tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya.
Surat ini dinamakan juga surat As-Salah dan Al-Kanz. Kedua nama ini disebutkan oleh Az-Zamakhsyari di dalam kitab Kasysyaf.
Menurut ibnu Abbas, Qatadah, dan Abul Aliyah, surat Al-Fatiha adalah Makkiyah. Sedangkan menurut pendapat lain adalah Madaniyyah, seperti yang dikatakan oleh Abu Hurairah, Mujahid, Ata ibn Yasser, dan Az-Zuhri.
Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan sebanyak dua kali, pertama di Mekah, dan kedua di Madinah. Tetapi pendapat pertama lebih dekat kepada kebenaran karena firman-Nya:
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang (AQl-Hijr:87)
Abu Lais As-Samarqandi meriwayatkan bahwa separuh dari surat Al Fatihah diturunkan di Mekah, sedangkan separo yang lain diturunkan di Madinah. Akan tetapi, pendapat ini sangat aneh, dinukil oleh Al-Qurtubi darinya.
Surat Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat tanpa perselisihan, tetapi Amr ibn Ubaid mengatakannya delapan ayat, dan Husain Al-Jufri mengatakannya enam ayat; kedua pendapat ini syaz (menyendiri).
Mereka berselisih pendapat mengenai basmalah-nya,apakah merupakan ayat tersendiri sebagai permulaan Al-Fatihah seperti yang dikatakan oleh jumhur ulama qurra Kufah dan segolongan orang dari kalangan para sahabat dan tabi’in serta ulama Khalaf, ataukah merupakan Sebagian dari ayat atau tidak terhitung sama sekali sebagai permulaan Al-Fatihah, seperti yang dikatakan oleh ulama penduduk Madinah dari kalangan ahli qurra dan ahli fiqihnya.
Kesimpulan pendapat mereka terbagi menjadi tiga pendapat, seperti yang akan disebutkan nanti dan hanya kepada-Nya Kita percayakan.
Para ulama mengatakan bahwa jumlah kalimat dalam surat Al-Fatihah semuanya ada 25 kalimat, sedangkan hurufnya sebanyak 113.
Imam Bukhari dalam permulaan kitab Tafsir mengatakan bahwa surat ini dinamakan Ummul Kitab karena penulisan dalam mushaf dimulai dengannya dan permulaan bacaan dalam shalat dimulai pula denganya. Menurut pendapat lain, sesungguhnya surat ini dinamakan Ummul Kitab karena semua makna yang terkandung di dalam al-Qur’an merujuk dari apa yang terkandung di dalamnya.
Ibnu Jarir mengatakan, orang Arab menamakan setiap himpunan dari suatu perkara atau bagian terdepan dari suatu perkara jika mempunyai kelanjutan yang mengikutinya – sebagaimana imam dalam suatu masjid besar – dengan istilah “umm”. Untuk itu, mereka menyebut kulit yang melapisi otak dengan isyilah “ummur – rasi”. Mereka menamakan panji atau bendera suatu pasukan yang terhimpun di bawahnya dengan sebutan “umm” pula. Hal ini dapat dibuktikan melalui perkataan penyair bernama Zur Rumah , yaitu:
Pada ujung tombak itu terdapat panji kami yang merupakan lambang bagi kami dalam mengerjakan segala urusan, kami tidak akan mengkhianatinya sama sekali.
Penamaan surat al-Fatihah dengan sebutan “As-Sab’ul masani” dinilai sah. Mereka mengatakan dinamakan demikian karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam shalat. Pada tiap-tiap rekaat, sekalipun masani ini mempunyai makna yang lain.
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada mereka Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada mereka Ibnu Abu Zib dan Hasyim ibnu Hasyim, bahwa Nabi SAW pernah bersabda tentang Ummul Qur’an:
Surat al-Fatihah adalah Ummul Qur’an , As-Sab’ul Masani dan Al-Qur’anul Azim.
Abu Ja’far Muhammad ibnu Jarir At -Tabari mengatakan, telah mengatakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab, telah menceritakan kepada Ibnu Abu Zib, dari Sa’id Al-Maqbari dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda;
Surat Al-Fatihah ini adalah Ummul Qur’an, Fatihatul Kitab, dan As-Sab’ul masani
Al Hafiz Abu Bakar Ahmad ibnu Musa mengatakan di dalam tafsirnya bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ziad, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Wahid Al Mausuli, dari Al-Magbari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda;
Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin (surah al-Fatihah ) adalah tujuh ayat, sedangkan bismillahir rahmanir rahim adalah salah satunya. Surat al-Fatihah adalah As-Sab’ul masani, al-Qur’anul ‘adzim, Ummul Kitab dan Fatihatul Kitab.
Hadis lain yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Imam Nasai secara bersamaan dari Abu Ammar Husain Ibnu Harayyis dari Al Fadl Ibnu Musa, dari Al Hamid Ibn Ja’far, dari ayahnya Abu Hurairah dari Ubay ibn Ka’ab, Rasulullah SAW pernah bersabda:
Allah tidak pernah menurunkan di dalam kitab Taurat, tidak pula di dalam kitab Injil hal yang semisal dengan Ummul Qur’an; ia adalah As Sab’ul masani dan ia terbagi antara Aku (Allah SWT) dan hamba-Ku menjadi 2 bagian.
Tafsir Al-Wasith
Tafsir al-Fatihah Al-Wasith karya Prof. Dr. Wahbah Az- Zuhaili dimulainya dengan menuliskan surah al-Fatihah secara utuh;
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat”.
Selanjutnya diingatkan sebelum membaca al-Fatihah hendaknya membaca isti’adzah (ta’awwudz, memohon perlindungan) yaitu membaca; “A’uudzu billahi minasy syaitonirrojim” artinya, aku berlindung kepada Allah semoga Allah melindungi saya dari godaan syaitan yang terkutuk.
Membaca ta’awwudz disyariatkan berdasarkan firman Allah, “Maka apabila Engkau (Muhammad) membaca al-Quran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan Syetan yang terkutuk.” (an-Nahl:98)
Sifat ar-Rahman (Maha Pengasih) menunjukan bahwa Dia adalah sumber kasih sayang dan kebaikan. Sedangkan sifat Ar-Rahim (Maha Penyayang) menunjukan melimpahnya kasih sayang-Nya secara abadi.
Allah SWT berfirman; “Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman yang isinya, ‘Dengan nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang’(an-Naml:30)
Allah SWT juga berfirman; “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.”(al-Insaan:25)
Selanjutnya kata “aamiin” yang mempunyai arti kata kerja “kabulkanlah”. Maknanya ;”Ya Allah, kabulkanlah doa kami”. Kata ini bukanlah bagian dari al-Quran. As-Syaikhani dan perawi lain dari Rasulullah SAW beliau bersabda yang artinya;
“Apabila imam membaca ,’Waladh dhaalliin,’ ucapkanlah, ‘Aamiin’. Sebab, sesungguhnya para malaikat di langit juga mengucapkan ‘Aamiin’. Barangsiapa yang ucapannya menyertai ucapan para malaikat, Allah SWT akan mengampuni dosanya yang telah lalu.
Surah al-Fatihah mempunyai beberapa nama; Fatihatul Kitab (pembuka kitab),Ummul Kitab (induk kitab), As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), Al-Qur’anul Azhim (Al-Qur’an yang agung). Nama-nama Al-Qur’an tersebut merupakan keutamaan surah Al-Fatihah sebagaimana hadits Ubay bin Ka’ab yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad at-Tirmidzi dan An-Nasa’I dari baginda Rasulullah SAW.
Visi Misi di Dalam Surah Al-Fatihah
Untuk mencari atau menentukan Visi Misi kehidupan di dalam Surat al-Fatihah ini, boleh jadi dapat kita temukan dengan memunasabahkan ayat-ayat dalam surat al-fatihah dengan ayat- ayat al-Quran dalam surah-surah yang lainnya yang sepadan misalnya kata-kata pengasih dan penyayang di dalam al-Fatihah dengan kata Pengasih dan Penyayang di surah-surah yang lainnya. Atau kata yang bermakna Penciptaan Alam Semesta dengan kata-kata sepadan di surah-surah lainnya juga dan seterusnya.
Menurut Dr. Abd. Al-Hayy Al-farmawi di dalam bukunya Metode Tafsir Mawdhu’iy (Suatu Pengantar) kajian-kajian seperti ini apabila kita kelompokan ke dalam jenis penafsiran merupakan jenis penafsiran al-Quran Metode Tafsir Mawdhu’iy. Tafsir Mawdhu’iy ini terbagi menjadi dua kelompok ;
Pertama, pembahasan mengenai satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat.
Kedua, menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama membicarakan satu masalah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan di dalam satu tema bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan secara maudhu’iy. Bentuk kajian tafsir maudhu’iy yang kedua inilah yang sering terbayang di benak kita, ketika kita mendengar istilah Tafsir Mawdhu’iy.
Setelah kita belajar memahami kedua kajian tafsir yang telah diuraikan di atas beserta landasannya, kita juga perlu memahami dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini untuk memodernisasi tafsir kita, atau kita pun ingin mendapatkan semacam hikmah atau pun petunjuk untuk mengambil ibroh dari kajian tafsir kita tersebut agar kita lebih meyakini makna tafsir yang kita ingin pahami dalam pendekatan diri dan keikhlasan menuju kepatuhan, keberkahan dan ridho Allah yang sangat kita yakini. Untuk itu, marilah kita munasabahkan ayat-ayat dalam al-fatihah dengan ayat dalam surat-surat lainnya serta ilmu pengetahuan kita yang berkembang saat ini:
1 . Ayat pertama al-fatihah yaitu Bismillaahir rahmaanir rahiim
Kata pertama dalam ayat ini adalah nama Allah yang Rahman dan Rahim. Sifat Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang Pengasih/Pemurah dan Penyayang.
Kalau kita perhatikan Sifat Rahman ini boleh jadi dapat kita hubungkan dengan Surah Ar-Rahman;
Dan..seterusnya hingga pada surat ar-Rahman ini banyak kita jumpai ayat-ayat yang ber ulang-ulang yaitu
Kalau kita perhatikan surah ar-Rahman ini banyak bercerita tentang penciptaan Allah yang akan diberikan kepada manusia sebagai mahluknya, termasuk memberikan al Qur’an sebagai ajaran yang lurus, dan pada akhir surah ini Allah pun banyak menciptakan kesenangan kesenangan manusia di syurga dan sebaliknya penciptaan untuk di neraka, misalnya;
Serta banyak lagi ayat-ayat tentang surga dan neraka yang diceritakan pada surah ar-Rahman ini. Sehingga pada makna Pengasih atau Pemurah dari kata ar-Rahman adalah Allah Maha Pencipta untuk menciptakan sesuatu yang akan diberikan kepada makhluknya yang dipelihara dan disayangi-Nya.
Kata ar-Rahiim selain di dalam surah al-fatihah ayat ke-3 juga terdapat di dalam surah al-A’raaf ayat 151 dan surah Yusuf ayat 64.
Surah al-A’raaf ayat 151 Allah berfirman;
“Dia (Musa) berdoa;’Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam Rahmat Engkau, dan Engkau adalah yang Maha Penyayang dari semua penyayang.
Dari ayat tersebut di atas kita mengambil pelajaran bahwa seorang Nabi Musa pun berdoa dan dia juga mendoakan saudaranya (boleh jadi Harun) untuk mendapatkan Rahmat dari Allah sebagai Zat Yang Maha Penyayang. Kata bandingan “dari semua yang penyayang” ini bermakna bahwa makhluk Allah pun diberikan sifat atau naluri penyayang ini. Seekor binatang buas pun punya naluri penyayang kepada anaknya. Manusia yang dikaruniai hati/qalbu dan otak/pikiran seharusnya dapat memberikan rasa sayang yang terbaik dan optimal kepada setiap yang disayangi atau dicintainya.
Ayat berikutnya yaitu surah Yusuf ayat ke-64 Allah pun berfirman;
“Dia (Ya’qub) berkata,”bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha penyayang diantara para penyayang.
Dari kedua ayat tentang sifat ar-Rahiim tersebut dapat kita pahami bahwa ar-Rahim salah satu sifat Allah yang diberikannya juga kepada makhluknya walaupun kadarnya sangat sedikit, sedangkan sifat ar-Rahman sebagai pencipta tak terdapat secara eksplisit atau tampak kepada makhluknya. Boleh jadi hal ini karena, realitasnya manusia dalam proses penciptaan sebuah barang atau materi baru yang pencipta awal adalah Allah. Semua bahan-bahan atau alat yang dibuat oleh manusia sekedar merobah materi, energi, dan lainnya berdasarkan ciptaan Allah semata. Manusia membangun gedung, membuat mesin, berbagai macam jenis makanan, esensinya hanya merobah bentuk materi yang telah diciptakan oleh Allah menjadi bahan, materi, atau energi yang baru.
Sebagaimana pada tafsir-tafsir yang terdahulu, baik Ibnu Katsir maupun di dalam tafsir al-Wasith, kata Al hamdu lillahi ini maknanya adalah segala pujian sanjungan dan penghambaan manusia sebagai salah satu hamba penciptaannya hanyalah patut kepada Allah semata, karena apa? Oleh karena Allah adalah satu-satunya pencipta alam semesta ini dengan segala isinya sebagai makhluk ciptaannya. Semua tiada daya upaya kecuali dari Allah SWT. Allah adalah Robbul ‘aalaamiin, pencipta, penguasa, pemelihara alam semesta. Adapun sekiranya manusia membuat barang, benda, atau barang yang dianggap baru, itu hanyalah hasil buah fikir manusia sebagai makhluk yang berakal untuk merobah zat/benda/ barang penciptaan Allah yang dasar menjadi lebih bermaanfaat atau sebaliknya. Untuk itulah perlu juga kita lihat ayat-ayat yang terkait dalam surah lain untuk penciptaan alam semesta ini yang menjadikan pelajaran kita untuk sifat Allah sebagi “Robbul ‘aalamiin ini antara lain;
‘’Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau (berkata kepada penduduk Mekah),’Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati’, niscaya orang kafir itu akan berkata, ‘Ini hanyalah sihir yang nyata’.
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara keduanya; dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?
Kalau kita perhatikan ketiga ayat tersebut di atas, sungguh kata “Robbul ‘aalamiin” menunjukkan bahwa Allah pencipta sekalian alam dengan segala isinya, bahkan ilmuwan modern bernama Edwin Hubble pada tahun 1929 dengan teori Big Bang (dentuman dahsyat) yang terjadi milyaran tahun yang lalu, yang diperkuat juga dengan teori Black Hole (Lubang Hitam) Stephen Hawkin yang diperkirakan menjadi tempat dentuman dahsyat itu terjadi.
Ayat ini seperti mengulangi sifat Allah pada ayat pertama bahwa Allah adalah punya sifat yang Maha Pengasih atau Pemurah dan Maha Penyayang untuk hamba-hamba-Nya. Apalagi ayat ke empat ini didahului oleh ayat sebelumnya yang bermakna Allah telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya, yang tentunya akan dipelihara-Nya dan disayangi-Nya sebaik-baiknya. Tapi, pengulangan ini boleh jadi untuk menegaskan begitu pentingnya sifat ar-Rahman dan ar-Rahim yang merupakan sifat ‘mencipta’ untuk memberi dalam rangka mewujudkan kasih sayang kepada makhluk-Nya. Pengulangan penyebutan sifat ini juga menegaskan pentingnya sifat ini di dalam surah al-Fatihah berbeda dengan sifat-sifat lainnya dalam 99 sifat Allah yang kita kenal sebagai (al-asmaa’ul husna). Sehingga kita mengenal Bismillahirrahmaanirrahiim bukan bukannya Bismillahi ahad, ataupun Bismillahis somad. Boleh jadi apabila wujud kata pengasih dan penyayang ini sedikit kita analogikan dengan yang pengasih dan penyayang (kasih sayang) seorang ibu, maka ketika tahu anaknya lapar, ibu tersebut segera ke dapur membuatkan atau memasak untuk diberikan makanan yang dibuatnya tersebut kepada anaknya dengan rasa kasih sayang mendalam.
Pada ayat ke empat ini Allah SWT memperkenalkan dirinya sebagai Maalikiyaumiddin yang bermakna Penguasa/Pemilik/ Raja di hari kemudian/pembalasan/kiamat. Untuk itu ‘boleh jadi’ dapat kita bandingkan dengan kata Maalikinnas pada surah An-Nass untuk memahaminya. Mengapa Allah menempatkan kata atau memperkenalkan dirinya sebagai Maalikiyaumiddin secara sistematis pada awal Al-qur’an secara mushaf yaitu pada surah al-Fatihah, sedangkan Maalikinnass pada surah An-Nass yang secara sistematis terdapat di akhir Kitabullah (Al-Qur’an)? Apa artinya ini ? Apakah ada tujuan di balik penempatan kata ini di awal dan di akhir ini? Apakah ada perbedaan mendasar dari tujuan maknanya?
Ayat kelima ini bermakna ;’Kepada-Mu aku menyembah dan kepada-Mu aku mohon pertolongan’. Pada ayat kelima ini sepertinya berbeda dengan ke empat ayat sebelumnya, karena ayat kelima ini adalah kesadaran diri manusia sebagai hamba ciptaan-Nya untuk menyembah dan mengabdi kepada Allah dan dilanjutkan dengan berdoa untuk memohon pertolongan pertolongan seperti apa yang diharapkan berdasarkan tuntunan surah Al-Fatihah ini ? Untuk mengaji ayat ini boleh jadi ada baiknya kita munasabahkan ayat ini dengan surah Az- Zariyat 56 (51:56);
“Wa maa kholaqtul-jinna wal-ingsa illaa liya’buduun”, artinya Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
Kedua ayat ini sama-sama mengandung kata ‘budu’ yang berarti mengabdi atau beribadah. Tetapi yang pertama terdapat di surah al-Fatihah (Pembukaan) yang kedua berada pada surah Az-Zariyat (Angin yang menerbangkan). Bagaimana perbedaan kedua ayat tersebut apabila dikaitkan dengan judul surahnya? Selanjutnya juga, pertolongan seperti apa yang patut dimohonkan, mungkin ini ada kaitannya dengan ayat berikutnya.
Ayat keenam ini bermakna ,”Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Jalan seperti apakah bentuknya yang dimaksud jalan yang lurus di sini? Boleh jadi ini terkait dengan ayat sebelumnya, yaitu hamba-Nya ada kesadaran mohon pertolongan untuk menempu jalan yang lurus. Jalan yang lurus seperti apa, tentunya juga diterangkan di ayat berikutnya,
7.Ayat ketujuh, “Shiroothollaziina an’amta’alaihim qhoiril maqhdhuubi ‘alaihim wa ladh-dhooolliin”.
Artinya;(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.
Ayat ketujuh al-Fatihah ini dapat juga kita ambil keterangan munasabahnya pada ayat surah an- Nisaa’ ke 68 dan 69 (4:68-69);
“Wa lahadainaahum shiroothom musthaqiima” artinya; Dan pasti kami tunjukan kepada mereka jalan yang lurus
“Wa may yuthi’illaha war-rosuula fa ula ikama’allaziina an‘amallohu ‘alaihim minan-nabiyyina wasshiddiiqiina wasy-syuhadaa-I wasshoolihiin, wa hasuna ulaa-ika rofiiqo, artinya;
Dan barang siapa menaati Allah dan Rosul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid,dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman sebaik-baiknya.
Kalau kita perhatikan ketujuh ayat-ayat al-Fatihah di atas, maka jelas dapat dipahami bahwa keempat ayat pertama adalah tentang Allah, sedangkan ketiga ayat berikutnya tentang manusia sebagai ciptaan-Nya yang mengambil fungsi sebagai khalifah fil ardh.
Lantas bagaimana kita memahami Visi dan Misi penciptaan alam semesta dan penciptaan manusia di dalam surah al-Fatihah ini, kalau kita hubungkan dengan fungsi sebagai khalifah fil ardh? Apa makna Visi dan Misi pada surat ini?
Kun Fayakun
Kun firman Ilahi Yang Maha Suci
Mencipta dengan takdir terinci
Dalam ruang, waktu, materi dan energi
Semua patuh giat untuk menjadi
Di antara firman kun dan fayakun ada proses kejadian
Kejadian utuh sempurna dalam penciptaan
Penciptaan Ilahi penuh makna dan sempurna ukuran
Menjadi pengetahun manusia yang tak berakhiran
Tujuan kehendak Ilahi Robbi
Kehendak yang mutlak Yang Maha Tinggi
Maha Pengasih Memberi dan Menyayangi
Untuk ujian manusia sebagai Khalifah di bumi
Kata kun Fayakun dalam bahasa Arab terdiri dari;
Kata kun Fayakun adalah kata yang sering dibahas dan dijadikan acuan akan proses penciptaan oleh Allah SWT, Tuhan Pencipta, Penguasa dan Pemelihara alam semesta ini dengan segala isi kandungan dan lingkungannya, beberapa ayat yang berisi kata Kun fayakun ada lima (6) di dalam Al-Quran sesuai urutan di dalam mushafnya:
Badi’us-samaawati wal-ard, wa iza qada amran fa innama yaqulu lahu kun fayakun
Artinya, Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: ”Jadilah!” Lalu jadilah ia.
Maa kaana lillahi ay yattakhiza miw waladin subhaa-nah, iza qada amran fa innamaa yaqulu lahu kun fayakun
Artinya, Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia, dia hanya berkata kepadanya : “Jadilah!” Lalul jadilah ia
Innamaa qauluna lisyai’in iza aradnaahu an naqula lahu kun fayakun
Artinya, Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu, apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya:”Jadilah!” Lalu jadilah ia
Inna masala ‘isa ‘indallahi kamasali Adam, khalaqahu min turaabin summa qala lahu kun fayakun
Artinya, Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:”Jadilah!” Lalu jadilah ia
Hullazii yuhyi wa yumit, fa iza qada amran fa innamaa yaqulu lahu kun fayakun
Artinya, Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya:”jadilah!” Lalu Jadilah ia.
Innamaa amruhu iza arooda syai’an ay yaqula lahu kun fayakun
Artinya, Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “jadilah!” Lalu Jadilah ia
Kalau kita perhatikan antara kata ‘Kun’ dan ‘Fayakun’ itu terpisah, tidak tersambung antara keduanya menjadi “Kun Fayakun’ ada jarak antara keduanya. Mungkin jarak ‘kun’ dan ‘fayakun’ inilah boleh jadi sebuah ‘proses kejadian’, sehingga ‘kun’—– (proses menjadi/mencipta) ……. ‘fayakun’ . Proses kejadian ini melibatkan fungsi – fungsi materi (bahan), energi, ruang, dan waktu. Hal ini sesuai dengan ayat – ayat Allah di dalam al-Qur’an untuk itulah perlunya kita pelajari kedua penciptaan berikut sebagaimana penciptaan yag terkandung di dalam surah al-Fatihah yaitu penciptaan alam dan manusia;
Allohullazii kholaqos-samaawati-wal-ardho wa maa bainahumaa fii sittati ayyaming summastawaa ‘alal-‘arsy, maa lakum mingduunihi miw waliyyiw wa laa syafii’ a fa la tatazakkaruun
Artinya; Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy’. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi safaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
A wa lam yarollaziina kafaruu annas-sammaawati wal-arddho kaanataa rotqong fa fataqnaahumaa, wa ja’alnaa minal-maa-I kulla sya-in hay, a fa la ayu-minuun.
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?
Wa laqod kholaqnal ingsaana ming-sulaalatim ming tiin
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) tanah
Summa ja’alnaahu nutfatang- fi qorroorim makin
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Summa kholaqnan-nuthfata ‘alaqotang fa kholaqnal-mudhqhota ‘izhoomang fa kasaunal -izhooma lahmang summa angsya-naahu kholqon aakhor, fa tabaarokallahu ahsanul-khooliqiin.
Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah pencipta yang Paling baik
Dari kedua penciptaan tersebut kalau kita ingin memahaminya dari segi filsafat ilmu, maka di antara kata ‘kun’ dan ‘fayakun’ tersebut akan kita pahami bagaimana ontologi, epistemologi, dan aksiologi nya. Kalau kita ingin pahami proses ini, maka kita ingin mengaji bagaimana materi input, proses menjadi, output, dan outcome-nya. Mungkin keadaannya dapat digambarkan seperti ini;
Ruang
waktu
Kun = input………………………. Materi…………… ……..Fayakun = output………..outcome
Energi
(ontology) (Epistemologi) (Aksiologi)
Input-nya adalah materi materi yang massif seperti Proton, Netron, Electron, Hidrogen, dan Oksigen yang akan diproses di dalam ruang yang bernama Black Hole, dengan proses yang belakangan dikenal dengan “dentuman dahsyat” yang dikenal dengan teori Big Bang (proses epistemologi-nya) menjadikan teori terciptanya alam semesta sebagai output-nya dari Edwin Hubble seorang astronom pada tahun 1929 yang selanjutnya konsep tersebut berkembang menjadi teori Big Bang seperti yang diusulkan astronom Fred Hoyle yang selanjutnya diperkuat teori ini oleh Stephen Hawkin salah seorang fisikawan dengan teori Black Hole-nya.
Teori ini di dalam al Quran diyakini sebagai tafsir dari terjemahan surah Al-Anbiyaa’ ayat ke-30.
Selanjutnya bagaimana proses kun fayakun terjadinya manusia di dalam Rahim? Oleh karena proses penciptaan Adam dan Hawa berbeda dengan manusia pada umumnya, demikian juga dengan penciptaan Isa.
Ruang = Rahim ibu
(sperma + ovum)= Materi
Energi = makanan ibu
Kun (penciptaan Manusia)……..{…Proses..}……Fayakun (Manusia)…..manfaat/merusak
(Ruh = ghoib)
Waktu = 9 bulan
Untuk penciptaan manusia ini inputnya (antologynya) dalam proses ini adalah air sebagaimana surah al-Anbiya ayat ke-30, dan Surah a-Mukminun ayat ke 13, kecuali untuk penciptaan Adam penciptaannya dari saripati tanah. Untuk ayat penciptaan segala sesuatu yang hidup dari air ini, bagaimana penjelsannya secara ilmu kimia? Untuk itulah mari kita lihat struktur kimia Air:
Memperhatikan bentuk senyawa molekul air di atas maka bentuk tersebut sepintas seperti bentuk tubuh seorang manusia dengan kedua atom hydrogen sebagai kakinya, dan dua pasang electron bebas pada atom oksigen yang bersifat aktif dan radikal sebagai kedua tangan manusia. Oleh karena itulah senyawa air ini mempunyai sifat sifat kimia yang spesifik yaitu;
Selanjutnya dengan sifat molekul air yang sangat ideal dan aktif tersebut, memungkinkan untuknya membentuk senyawa – senyawa yang merupakan unsur-unsur kehidupan seperti senyawa protein, karbohidrat, lemak, Enzim, Vitamin dan mineral yang diperoleh dari asupan makanan ibunya untuk calon seorang bayi, yang berasal dari nutfah kudua orang tuanya yang menempel di dalam Rahim ibunya, sebagaimana surah al-Mukminun ayat ke 14. Teori kejadian reaksi kehidupan ini sesuai dengan teorinya Harold Urey dan Miller (tahun 1930 -2020).
Kalau kita perhatikan antara ayat penciptaan alam yang harus kita syukuri dengan didahului ucapan “Alhamdulillah”, dengan kasih sayang-Nya diciptakan Alam Semesta untuk manusia. Ayat selanjutnya adalah “Maalikiyaumiddin = Allah sebagai Penguasa / Raja dihari kemudian”. Apa maknanya ini? Apa bedanya dengan “Maalikinnas = Pencipta/Raja manusia”?
Kalau kita renungkan, ‘boleh jadi’ disinilah ada perbedaan tujuan itu. Tujuan penciptaan alam semesta dan manusia di dalam surah al-Fatihah di sini adalah agar manusia sadar diri akan penciptaanya dan alam semesta ini untuk dihisab kelak tanggung jawabnya sebagai khalifah fil Ardh di hadapan Allah sebagai Penguasa di hari akhirat/kiamat sebagai “maalikiyaumiddin”.
Untuk itu ada beberapa garis kehendak yang harusnya kita pahami:
Sehingga kalaulah kita buat garis kehendak maka garisnya boleh jadi akan seperti berikut:
Dari garis tersebut dapat kita pahami sekiranya kehendak Allah sebagai Visi (tujuan jauh ke depan/tujuan akhir) menciptakan alam dan manusia sebagai khalifah fil ardh di dalam surat al-Fatihah adalah untuk menghadapnya sebagai malikiyaumiddin dengan panggilan ya ayyatuhan nafsul muthmainnah sebagaimana di dalam surat al-Fajr (89: 27-30)
“Wahai jiwa yang tenang”,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya”
“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku”
“dan masuklah ke dalam surga-Ku”.
Sedangkan Misi untuk mewujudkan tujuan akhir tersebut adalah kesadaran untuk beribadah dan patuh kepada Allah sebagai pencipta manusia dan alam semesta dengan senantiasa memohon petunjuk jalan yang lurus untuk beribadah tersebut agar menjadi golongan orang-orang yang diberi nikmat dan bukan menjadi golongan orang-orang yang sesat sebagaimana yang digambarkan di dalam surat an-Nisaa’ ayat ke-69.
Selanjutnya dalam proses Kun ……………(proses menjadi)…….Fayakun
Kita telah jelaskan tadi bahwa ada ruang, waktu, materi dan energi. Ruang dan waktu tersebut akan diturunkan menjadi kecepatan, oleh karena ruang memberikan sebuah jarak, dan jarak dibagi dengan waktu menjadi kecepatan . Inilah proses yang sesuai dengan rumusan Albert Einstein ;
E= mC2 , E = Energi, m = masa (materi) dan C2 = Kuadrat kecepatan Cahaya
Rumusan di atas ini masih diyakini kebenarannya sampai sekarang.
Selanjutnya bagaimana pemahaman ini untuk menuju orang yang diberi nikmat dalam rangka menuju Visi dan melaksanakan Misi penciptaan manusia untuk mendapat panggilan ke surga sebagai orang yang mempunyai nafsu dengan jiwa yang tenang sebagaimana surat al-Fajr tersebut. Untuk itu marilah kita pahami beberapa pemikiran proses penciptaan yang menuju kehendak Allah dengan bentuk segitiga sama sisi sebagai berikut, mungkin dari ruang pintu ke pintu;
Daftar Pustaka
Al Quran
Al Hadist
Abd. Hayy Al Farmawi (terjemahan 1993), Metode Tafsir Maudhu’iy Suatu Pengantar, Rajawali Press Jakarta.
Artikel Pendidikan.id (2023), Teori Big Bang: Asal Usul Alam Semesta dan Eksplorasi Kosmik.
Ali Syariaty (!980), Sosiologi Pemikiran Islan
Ajahari. (2018). Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Alqur’an). Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Akhyar, M. K. (2019). “Hasil UN Buruk HOTS yang Salah, Benarkah?” Analisis HOTS pada Soal UNBK terhadap Hasil UN Matematika SMA di Indonesia. Factor M Vol. 01 No. 02, 143-159.
Ansharuddin, M. (2016). Sistematika Susunan Surah di dalam Al-Qur‟an: Telaah Historis. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman Vol 2 No. 2, 210-220.
Ian Richard Netton.(2013), Towards a Modern Tafsir of Surat al-Kahf : Structure and Semiotics, Edinburgh University Press. Journal of Qur’anic Studies Vol.2 No 1 (2000) pp 67-87.
Rahman, H. (2019). Model Integrasi Keilmuan: Implementasi Metode Pembelajaran Matematika Berbasis Nilai di SDI Sabilillah Malang. Factor M Vol. 2 No. 1, 15- 29.
Materiedukasi (2016), Pengertian dan bentuk bentuk orbital atom, orbital molekul, orbital S, P, D, dan F.
Rahmi, Y. (2017). Penetapan Susunan Ayat, Surah, dan Rasm Al-Qur’an. Ulinnuha Vol.
6 No. 2, 185-196.
Rohman, I. (2012). Peta dan Persoalan Keselarasan Matematis al-Qur’an. Refleksi Vol.
13 No. 2, 201-218.
Rohman, I. (2014). Pertalian Angka dan Makna dalam Al-Qur’an Mempertemukan Relasi Antarayat dalam Kajian al-I‘jaz al-‘Adadi dan Kajian Tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an. Journal of Qur’an and Hadith Studies Vol. 3 No. 1, 41-55.
Sahid, H. M. (2016). Ulum al-Qur‟an (Memahami Otentifikasi al-Qur‟an). Surabaya: Pustaka Idea.
Sampayya, A. S. (2007). Keseimbangan Matematika dalam Al-Qur’an. Jakarta: Republika.
Shihab, M. Q. (2007). Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Subir, M. S. (2017). Sistematika Al-Qur’an (Mengungkap Rahasia Susunan Surah dalam Al-Qur’an). Studi Agama Islam Vol. 10 No. 1.
Surur, A. M., & Pujilestari, S. (2021). The Relevance of Odd-Even Verses in The Qur’an with
Mathematics Education. Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur’an Dan Tafsir, 6(2).
Yusufa, U. (2014). Mukjizat Matematis dalam Al-Qur’an: Kritik Wacana dengan Pendekatan Sains dan Budaya. Hermeneutik Vol. 8 No. 2, 343-368.
Kreator : Ahmad rivai
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Memahami visi misi kehidupan dalam surat al-fatihah
Sorry, comment are closed for this post.