KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Memberi Bukan Untuk Mendapatkan

    Memberi Bukan Untuk Mendapatkan

    BY 28 Feb 2023 Dilihat: 151 kali

    Kebanyakan orang pantang memberi, inginnya mendapatkan. Mental Korunian ini terdapat dalam diri kita dalam volume tak sama, tipis tebalnya, Orang Sunda menyebutknya manusia buntut kasiran.

    Ingat waktu kecil, suka jail saling identifikasi belakang kepala melihat ujung rambut belakang. Bila ujung rambut mirip buntut kasir dapat dipastikan orang itu keked mengkene, kikir pantang memberi.

    Dalam dunia kerja sebagai ASN dan sebagai aktivis organisasi, manusia sejenis pantang memberi dan nafsu menerima jumlahnya tak sedikit. Inilah wajah mentalitas kita semua, inginnya mendapatkan pantang kontribusi.

    Manusia altruistik filantropis jumlahnya sangatlah sedikit. Manusia filantropis altruistic adalah jenis manusia langka, Mereka adalah kelompok minority yang inginnya memberi tanpa harap balas, tanpa ingin kembalian.

    Memberi bukan untuk mendapatkan adalah mentalitas manusia jenis altrusitik dan filantropis. Bahkan ada sebagian mereka yang atheis, melakukan hal baik bukan karena perintah Tuhan, melainkan hanya etika dan “perintah” kehidupan.

    Hidup bagi mereka kaum altruistic filantropis memang harus berbuat baik bukan karena perintah, melainkan karena memang harus baik. Bagi kita umat beragama pada umumnya berbuat baik karena perintah Tuhan. Plus ingin mendapatkan Surga dan Bidadari. Kita berbuat baik asbab “ingin mendapatkan” sesuatu.

    Bagus bila kita menduplikasi kaum altruistic filantrofis, berbuat baik karena harus. Bedanya, kita orang beriman asbab perintah Tuhan dan ajaran agama. Ajaran agama memerintahkan kita berakhlak baik.

    Saat kita berbuat baik kaum beragama atas keinginan mendapatkan ridha Tuhan. Ini sangat wajar dan baik-baik saja. Ridha Tuhan yang maha Esa adalah sebuah pencapaian spiritual bagi kaum beragama. Ini baik.

    Asal jangan sampai kita berbuat baik, dalam mulut mencari ridha Tuhan padahal ingin mendapatkan makhluk bernama Surga dan makhluk Bidadari/Bidadara. Sebaiknya pikiran dan perasaan kita hanya untuk ridha Tuhan saja.

    Kita memberi dan berakhlak baik sejatinya bukan untuk menerima hal selain ridha Ilahi. Bukankah Allah, Tuhan yang maha Esa sudah memberi segalanya. Mengapa mesti ingin hal lainnya?

    Pemberian atas kelahiran, kehidupan, jodoh, sahabat, udara, air dan segala rezeki yang kita terima, sudahkah kita “kifarati” dengan akhlak baik? Belum tentu terkifarati, sudah “nyosor” ingin Surga, tak cukupkah dengan rezeki saat di dunia?

    Malu bila kita ingin Surga dan belum tentu pantas. Rezeki dan nikmat di dunia saja belum tentu terkifarati dan tertebus dengan akhlak baik dan rasa syukur kita pada Tuhan yang maha baik.

    Tak cukupkah kita dengan Allah saja, Allah dalam hatimu tak cukupkah memberi nikmat tiada tara yang melintasai apa pun ciptaan_Nya … Cintanya Allah, Tuhan yang maha Esa pada kita, cintanya kita pada Allah adalah nikmat tertinggi.

    Atau jangan sampai pikiran dan halu kita, pikiran halu seolah tak butuh Allah tapi hanya butuh Surga dan Bidadari, Sungguh sangat bahaya. Jangan sampai Surga dan Neraka lebih kuat dalam pikiran kita dibanding keberadaan Allah dalam pikir kita.

    Sebaiknya kita orang beriman dan semua orang beragama, agama apa pun, simak esensi spiritualitas sufi perempuan Rabiah Al Adawiyah. Ia mengajak kita untuk menempatkan Allah, Tuhan yang Esa di atas segalanya.

    Ia mengatakan, “Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut neraka. Bukan pula karena mengharap masuk surga. Tetapi aku mengabdi karena cintaku pada-Nya”.

    “ Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, tutuplah pintu surga itu”.

    “Tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, jangan Engkau palingkan keindahan wajah-Mu yang abadi padaku.” Untaian kalimat Rabiah Al Adawiyah ini sangat penting kita maknai.

    Jangan sampai kita beragama dan berbuat baik karena kecintaan pada makhluk, bukan karena kecintaan pada Sang Khalik. Semua selain Tuhan adalah makhluk. Orientasi kita sejatinya tidak kepada makhluk tetapi kepada Sang Khalik. Surga dan Neraka adalah makhluk jangan sampai lebih “menarik” dari Sang Khalik.

    Bila ada orang berkata, “Jangan doa’kan Saya masuk Surga, apalagi masuk neraka, doa’kan Saya dapat berjumpa dan kembali pada Sang Khalik Allah yang maha cinta”.

    “Segala hal tak membuatku terlalu tertarik, ketertarikan Ku hanya pada cintanya Allah dan ridhanya Allah saja, cukup Allah dihati dan pikiran Ku”. Bila ada orang berpikir demikian, tidaklah mengapa, sungguh istimewa.

    Hidup bukan untuk Surga dan mengindari Neraka melainkan untuk mencintai Allah dengan mengimani dan mencintai sesama setulus hati tanpa berharap mendapatkan selain_Nya. Selain_Nya tak menarik.

    Bagikan ke

    Comment Closed: Memberi Bukan Untuk Mendapatkan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021