Tiga windu sudah ku tapaki
Jejakmu masih mengendap di jalanan
Lengang kenangan
Di sana, aku berjalan sendirian
Menyusuri bayangmu di antara ranting
patah dan daun meranggas
Batang kayu lapuk itu masih berdiri
Renta
Seperti hatiku… tak tumbang, tapi tak lagi hidup
Langit pun tahu aku belum usai
Menguburkan namamu dalam doa yang retak..
Aku berusaha keras melupakan
Namun rindu ini terlalu pandai
Mempusarakan luka menjadi harum kenangan
Mengubah jurang luka menjadi altar cinta yang abadi
Kau adalah kabut yang enggan reda
Menghujani senyapku
dengan bayangan lama
Aku ingin beranjak tapi kenapa
Langkahku selalu saja kembali ke masa itu?
Aku berbicara pada langit malam
Yang diam-diam menghafal seluruh tangisanku
Aku pun berbisik pada bintang-bintang
Tentang cinta yang tak mati meski tak berlanjut
Jika kau membaca ini
Ketahuilah, Tuan …
Aku belum benar-benar pergi
Aku masih di situ
Di simpang sunyi antara harapan dan kenangan
Menjadi jiwa tua
Yang mempusarakan rindunya
Dalam sunyi yang tak pernah usai
Kota hujan, 13 Juli 2025
Kreator : Nyak Rori
Comment Closed: MEMPUSARAKAN RINDU DI UJUNG WAKTU
Sorry, comment are closed for this post.