Penulis : Yasir Hadibroto (Member KMO Alineaku)
“Assalamualaikum warohmatullah…” ucap Imam masjid sambil menolehkan kepalanya ke kanan, lalu dengan ucapan yang sama dia menolehkan pula kepalanya ke kiri dan diikuti oleh seluruh jamaah dibelakangnya, menandakan sholat magrib berjamaah petang itu telah selesai. Beberapa jamaah melanjutkan dengan membaca wirid dan doa secara sendiri sendiri, ada pula yang langsung meninggalkan masjid karena ada sesuatu urusan. Bapak imam dan beberapa jamaah terlihat masih khusuk berzikir di atas karpet masjid berwarna hijau yang sudah tidak baru lagi dan beraroma sedikit apek, hampir setahun belum di laundry kembali.
Selesai berdoa dan melaksanakan sholat rawatib 2 rakaat, para jamaah sempat bersalaman lalu berbincang bincang santai seperti biasa mereka lakukan sehabis sholat berjamaah. “Bagaimana kabarnya Pak Andi” tanya Pak Imam kepada Pak Andi, “Alhamdulillah Baik Pak” jawab Pak Andi. “Bapak Bapak yang lain sehat semua kan?” kembali Pak Imam bertanya , “Sehat Pak Alhamdulillah”.
“ Pak Andi, berapa saldo kas masjid kita sekarang ? tanya Pak Imam, “84 juta lebih Pak” sahut Pak Andi. Pak Imam nampak senang begitupun bapak bapak yang lain terpancar di wajah mereka rasa senang meskipun penerangan dari lampu masjid yang tidak begitu terang, tinggal beberapa buah saja yang menyala karena sebagian besar sudah putus dan belum diganti.
“Bapak Bapak, mudah mudahan kas masjid kita semakin cepat penambahannya dan semoga awal tahun depan kita dapat memulai pembangunan menara masjid kita” ujar pak Imam dengan bijak dan berwibawa diiringi dengan anggukan kepala dan ucapan “Aamiiiin” dari jamaaah lainnya.
Menara masjid menjadi program utama pengurus masjid yang didominasi kaum tua itu dalam beberapa tahun ini. Beberapa alasan mereka mengapa perlu mambangun menara adalah untuk kesempurnaan masjid, Pak imam berpendapat kalau belum ada menara maka masjid belum sempurna. Sementara itu ketua BKM berpendapat bahwa membangun menara masjid perlu untuk melantunkan suara adzan supaya suaranya menjangkau jarak yang lebih jauh, seorang Bapak yang lain juga berpendapat bahwa perlu membangun menara masjid untuk keindahan masjid, makin banyak menara makin indah begitu menurutnya. Dapat dikatakan bahwa kelompok tua sepakat untuk membangun menara masjid dengan alasan mereka masing masing walaupun harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi setara dengan biaya membangun sebuah masjid baru.
Dana infaq dan waqaf pun disimpan dan diorientasikan untuk rencana pembangunan menara. Seorang bendahara masjid sempat mendapat teguran keras oleh para pengurus dari kaum tua karena menggunakan keuangan masjid untuk kegiatan kegiatan pendidikan dan sosial seperti, bimbingan baca Quran anak dan dewasa, program jumat berbagi, tablig akbar dalam momen isra’ mi’raj Nabi besar Muhammad SAW, program Pendidikan Subuh dan sebagainya. Kegiatan kegiatan tersebut tentu membutuhkan dana yang bersumber dari dana Kas Masjid dan itu membuat kelompok pro pembangunan menara gusar.
“Oh ya, sholat kita hari ini lebih tenang dan khusuk ya Bapak Bapak, Alhamdulillah”
“iya Pak, tidak ada lagi anak anak yang membuat gaduh ketika sholat”
“kemarin ada dua anak pak yang masih ngobrol saat sholat dan lari lari ketika sholat berlangsung, anaknya Pak Baiquni itu loh Pak, tapi sudah saya marahi Pak kemarin dan hari ini mereka sudah tidak datang lagi Alhamdulillah”
“terimakasih Pak Mamat dan juga Bapak Bapak yang lain atas kerjasamanya dalam pembangunan masjid kita ini juga dalam menciptakan ketertiban dan kekhusyukan ibadah sholat kita, mudah mudahan apa yang bapak Ibu lakukan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Aamiiiin”
“Aamiiiin” serentak Bapak Bapak itu mengaminkan.
Sepuluh tahun kemudian Menara Masjidpun sudah megah berdiri, dengan ketinggian 20 M dan gaya arsitektur minimalis modern berlapis granit berkualitas tinggi berwarna putuih membuat masjid nampak lebih indah dan megah. Empat Corong Pengeras suara menghadap ke empat arah mata angin.
Saat waktu adzan tiba, terdengar lantunan adzan keluar dari keempat corong pengeras suara itu, keras suaranya. Sangat jelas suara seorang Bapak mengumandangkan adzan magrib dengan sedikit suara serak, diselingi suara batuk sesekali.
Pak Mamat, ia sudah tidak muda lagi, memasuki usia 73 tahun nafasnya sudah pendek dan suaranya tidak selantang sepuluh tahun lalu dalam mengumandangkan adzan.
Saat iqomah, seorang Bapak berusia 75 tahun maju untuk mengimami sholat, dia Imam baru karena imam yang lama telah wafat sebulan yang lalu, dibelakangnya terdapat satu shaf jamaah berjumlah sekitar sebelas orang, semua berusia di atas lima puluh tahun, lebih sedikit jumlahnya di waktu yang sama sepuluh tahun lalu . Lebih Tenang dan khusuk sekali sholatnya.
Di luar masjid, di sebuah teras rumah, anak anak berkumpul dan memainkan HP masing masing, diselingi teriakan teriakan selebrasi atas kemenangan dalam bermain game, beberapa di antara mereka terselip sebatang rokok di jari jarinya. Beberapa botol bekas minuman kemasan berserak di lantai.
Pemandangan berbeda tampak di masjid RT sebelah. Seorang Imam muda memimpin sholat di masjid yang tidak ada menaranya ini, bacaan sholat yang baik dan merdu serta syahdu, irama bayati. Di belakangnya terdapat lebih dari lima shaft sholat didominasi oleh anak anak muda dan juga anak anak kecil yang masih sempat ngobrol dan bermain ketika sholat.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Menara Masjid
Sorry, comment are closed for this post.