KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mencari Agen Toleransi Beragama

    Mencari Agen Toleransi Beragama

    BY 23 Des 2022 Dilihat: 147 kali

    Oleh : Herman Palemmai

    Akhir-akhir ini, sebuah tanda tanya besar mengusik benak kita sebagai bangsa maupun sebagai warga dnuia. Mengapa orang beragama akhir-akhir ini tiba-tiba diminta bersikap toleran dan mengapa pula sikap toleran diharapkan diteladankan oleh orang-orang beragama? Apakah perilaku beragama kita akhir-akhir ini telah menjauh dari esensi (atau hakikat) makna beragama itu sendiri? Atau, adakah sikap toleran akhir-akhir semakin sulit diteladankan oleh orang-orang yang mengaku beragama?     

    Bila kita tengok Kamus Besar Bahasa Indonesia V (KBBI V) toleransi merupakan nomina atau kata benda dari kata toleran yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pandangan, pendapat, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan kata agama konon berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari  a dan gama. A berarti tidak sedangkan gama berarti kacau. Jadi, agama berarti tidak kacau. Dari makna kata ini, kita bisa simpulkan bahwa dengan beragama, seseorang tidak akan kacau hidupnya dan sekaligus tidak akan mengacaukan hidup orang lain.                                                                                Mencermati makna dua kata tersebut – toleransi dan agama, maka kita bisa berkesimpulan bahwa orang yang beragama seharusnya sudah pasti bersikap toleran. Karena kalau dia tidak toleran maka itu berarti dia berperilaku kacau dan itu bertentangan dengan statusnya sebagai orang beragama. Adapun sikap toleran itu sendiri mestinya sangat potensial muncul dari orang-orang beragama. Singkatnya, orang beragama pasti toleran, dan sikap toleran pasti diteladankan oleh orang beragama.            

    Namun, mari kita cermati peristiwa-peristiwa berikut yang dikabarkan kepada kita melalui berbagai media: elektronik, cetak, sosial, maupun online.  

    Di Sleman, Yogyakarta, jemaat Gereja St Lidwina yang sedang beribadah diserang oleh seorang pemuda asal Banyuwangi, Jawa Timur yang membawa pedang. Di Kediri, Jawa Timur, seorang pria bersepeda motor menerobos masuk ke Klenteng Tjoe Hwie Kiong dan melempari jendela kaca Klenteng tersebut. Di Samarinda, Kalimantan Timur, seorang simpatisan ISIS meledakkan bom rakitan di halaman Gereja Oikumene saat jemaat sedang kebaktian yang menyebabkan seorang anak meninggal akibat luka yang sangat parah. (IDN TIMES). 

    Tahun 2021, di Makassar, Sulawesi Selatan, seorang pria berusia 22 tahun membakar mimbar Masjid Raya Makassar. Di Kota Tangerang, Ustadz Alex meninggal dunia karena ditembak orang tidak dikenal. Di Jawa Timur, beberapa oknum merusak plank bertanda Muhammadiyah di Masjid Al Hidayah Banyuwangi. Di Indramayu, seorang tak dikenal menyerang dan membacok pengasuh Pesantren An Nur yang sedang wiridan di musholla. Di Selandia Baru, sebanyak 51 orang jamaah 2 masjid yang berbeda harus kehilangan nyawa akibat penembakan yang dilakukan oleh Brenton Tarrant. Di Perancis, majalah Charlie Hebdo menerbitkan karikatur yang menghina Rasulullah saw. Yang terbaru, di India, seorang politisi perempuan, Nupur Sharma, menghina Nabi kita yang muliakan Muhammad saw.

    Kesemua peristiwa tersebut, bila merujuk pada pendapat Cendekiawan Muslim Sukidi (Koran Jakarta. 30/9/2022) merupakan “fenomena yang menggambarkan bahwa betapa toleransi kita begitu rapuh dan mudah retak, bukan saja kepada umat beragama yang berbeda tetapi juga pada umat dalam agama yang sama”. Sekaligus semua kejadian yang dipaparkan tadi membantah asumsi, seperti kata Cendekiawan Muslim alm. Azyumardi Azra (Berita UIN Online 19/12/2017), yang berkembang selama ini seolah sikap intoleran hanya melekat pada umat Islam saja sedangkan umat lain di luar umat Islam selalu berada pada jalur toleransi. Padahal, faktanya, umat lain pun melakukan sikap intoleransi dengan terang benderang.  

    Pertanyaan besarnya adalah bisakah santri tampil menjadi agen yang mempromosikan dan sekaligus meneladankan toleransi beragama itu? 

    Untuk menjawab pertanyaan ini, alangkah baiknya kalau kita semua berjalan-jalan (dalam imajinasi kita masing-masing) ke pesantren sambil menggeledah kegiatan-kegiatan yang didiklatkan oleh pesantren untuk membentuk karakter (akhlak) santrinya. Mari, kita mengawali perjalanan kita ke asrama santri.   

    Di dalam asrama ini, kita menemukan santri yang berasal dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya yang tidak homogen tetapi heterogen alias berbeda-beda. Ada dari keluarga sederhana. Ada dari keluarga berkecukupan. Bahkan ada dari keluarga yang berkelebihan. Begitu pula santri di asrama ini boleh jadi ada dari Makassar, ada dari Bugis, ada dari Jawa, ada dari Sumatra, bahkan ada dari Papua yang tentu saja punya karakter sosial budaya yang berbeda pula. Semua santri ini tinggal dan hidup bertahun-tahun dalam suasana latar belakang yang berbeda-beda tersebut dengan damai dengan satu rasa yaitu rasa persaudaraan dan satu tujuan yaitu bertafaqquh fiddiin. Latar belakang yang heterogen tersebut tidak menjadi sumber masalah karena semua penghuni asrama fokus pada satu rasa dan satu tujuan itu. Firman Allah dalam Al-Qur’an wa ja’alnakum syu’uban waqaobaaila li ta’arafuu inna akramakum ‘indallaahi atqaakum… menjadi ruh kebersamaan mereka. Ini bentuk diklat bagi santri untuk bisa hidup kelak dalam sebuah wilayah yang bhinneka tunggal ika. Bhinneka latar belakangnya tetapi Ika (tunggal) rasa dan tujuannya. Di asrama ini, firman Allah innamal mu’minuuna ikhwatun fa-ashlihuu baina akhawaikum… membumi dalam keseharian santri.

    Selanjutnya, mari kita duduk bersila mengikuti pengajian kitab kuning sebagai sebuah tradisi dan sekaligus ciri khas pesantren. Dengarkanlah! Kitab kuning yang dikaji adalah kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid. Sebuah kitab yang membahas tentang fikih perbandingan mashab. Sebuah kitab yang terbaik dalam menjelaskan sebab-sebab perbedaan pendapat para ulama dalam setiap permasalahan fikih. Dari pengajian ini, santri dibekali ilmu untuk menerima dan menghormati alias bersikap toleran terhadap orang lain yang berbeda. Walaupun dia berqunut akan tetapi bisa menerima dan menghormati mereka yang tidak berqunut karena dia memiliki ilmu tentang itu. Walaupun dia baca barzanji akan tetapi dia tetap menerima dan menghormati mereka yang tidak menerima barzanji sebagai kitab sholawat. Karena ilmu, santri menjadi tercerahkan dan kelak akan mencerahkan sebagaimana ucapan Imam Syafi’i (Rumaysho.com, 19/11/2011) … bi annal ’ilma nuurun wa nurullaahi laa yuhdaa li ‘aashii. Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada pelaku maksiat.

    Dan perjalanan imajinatif kita ini akan berakhir pada pelaksanaan upacara bendera yang dilaksanakan di Pesantren A setiap hari Sabtu. Pada upacara bendera tersebut terdapat pengucapan 10 janji santri yang diucapkan oleh santri bersama-sama. Salah satu dari 10 janji tersebut adalah tekun dalam beribadah serta toleran dalam pergaulan. Janji ini diucapkan sekali dalam se minggu sebagai sebuah proses internalisasi atau pembatinan dalam diri santri agar kelak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang toleran terhadap kebhinekaan.    

    Seluruh kegiatan yang teramati dalam perjalanan imajinatif kita di pesantren bermuara pada pembekalan kepada santri agar tumbuh kelak menjadi insan-insan yang santun mempromosikan keIslaman dan sekaligus teguh menjaga keIndonesiaan dengan semangat hubbul wathoon minal imaan. Lalu, apakah santri bisa tumbuh menjadi agen toleransi beragama? Hasil perjalanan imajinatif kita ke pesantren tadi bisa meyakinkan anda tentang hal ini. 

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mencari Agen Toleransi Beragama

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021