KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mencari Bahagia

    Mencari Bahagia

    BY 08 Jan 2023 Dilihat: 145 kali

    Penulis : Iis Istiqomah (Member KMO Alineaku)

    Tidak dapat dipungkiri, teknologi memberi dampak besar pada perilaku manusia, salah satunya menyangkut gaya hidup kita. Kemudahan dalam menyebarluaskan informasi membuat orang berlomba-lomba menunjukkan tampilan terbaik bahkan terburuknya demi sebuah popularitas, dan tentu saja uang. 

    Banyak orang tak segan-segan pamer kemewahan di media sosial. Entah nyata atau hanya sandiwara, tak ayal hal tersebut tetap mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Terutama para remaja yang masih memiliki pemikiran labil. Kemewahan menjadi sebuah trend yang dianggap patut untuk diikuti.

    Celakanya, trend pamer kemewahan ini diikuti oleh semua kalangan, termasuk yang memiliki tingkat ekonomi rendah. Dan akibatnya, banyak para remaja berusaha melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang supaya bisa pamer kemewahan, meskipun harus ditempuh dengan jalan yang tidak benar. Sungguh miris.

    Semakin tingginya kasus kriminal sekarang ini, salah satunya bisa jadi disebabkan oleh adanya motivasi untuk bergaya hidup mewah. Mulai dari kejahatan kelas teri sampai kelas kakap. Tentu saja ini bukan hal yang baik bagi dirinya sendiri maupun kehidupan bernegara. Apalagi generasi muda merupakan masa depan bangsa yang akan memikul kelangsungan negeri ini.

    Berkaca dari fenomena tersebut, kadang diri ini pun tak lepas dari pemikiran untuk membandingkan hidupku dengan orang lain. Si A yang punya rumah dan kendaraan mewah, si B yang sering jalan-jalan dan makan di restoran, si C yang selalu berpenampilan cantik nan glowing. Ah mereka sungguh beruntung, dan pasti Bahagia memiliki semua itu.

    Sungguh jauh kondisinya dengan diriku. Rumah ngontrak, boro-boro punya mobil, yang ada hanya sebuah motor butut keluaran sepuluh tahun yang lalu. Apalagi untuk perawatan wajah, paling Cuma pake bedak dan lipstik yang hanya satu-satunya.

    Hati ini segera beristighfar manakala pemikiran itu muncul. Rasanya seperti seorang hamba yang tidak bersyukur akan nikmat-Nya. Sungguh manusia tidak tahu diri. Kurenungkan kembali segala yang telah kujalani. Selama ini aku tak pernah kekurangan makan, bahkan sesekali masih bisa makan enak dan “mahal” (dalam ukuranku tentunya). Motor butut yang kumiliki masih bisa berfungsi dengan baik. Aku masih bisa membayar uang sekolah anak-anakku tepat waktu. Masih bisa membayar tagihan listrik rutin di awal bulan. Wajahku juga tak pernah bermasalah meskipun tidak memakai skin care mahal seperti orang-orang. Dan yang paling penting, aku masih bisa memenuhi semua kebutuhanku tanpa harus berhutang.

    Ya, ternyata Tuhan tak pernah berhenti memberikan segala nikmat-Nya padaku. Di luar sana, mungkin masih banyak orang yang tidak seberuntung diriku. Aku cukup bahagia hidup di tengah-tengah keluarga kecilku. Apalagi ketika sholat berjamaah bersama suami dan anak-anakku. Masya Allah, bergetar rasanya hati ini.

    Berbagai kisah hidup sudah sering kudengar. Baik tentang orang-orang yang kukenal ataupun tidak. Ternyata setiap manusia diberikan kadar ujian dan cobaan yang tidak sama. Karena Tuhan memang memberikannya sesuai kemampuan hamba-Nya. Tidak ada tolak ukur yang menjadi persyaratan untuk merasa bahagia. Bukan harta melimpah, jabatan, wajah rupawan, atau gelar pendidikan yang berderet. Karena faktanya, banyak orang yang memiliki semua itu namun hidupnya tertekan bahkan sampai bunuh diri.

    Rumah, kendaraan, hp keren, baju-baju indah, bukanlah tolak ukur utama bahwa seseorang itu kaya. Karena kita juga tidak tahu berapa hutang yang mereka miliki. Jaman sekarang sangat banyak penawaran untuk membeli sesuatu secara kredit.  Apalagi ada pepatah (entah dari mana asalnya) yang mengatakan bahwa “kalau kita tidak berhutang, tidak akan punya apa-apa”.

    Sangat mengherankan memang kehidupan di jaman sekarang. Orang tidak malu memposting kegiatan jalan-jalan, makan di restoran, belanja barang mewah, sementara dia masih punya hutang. Setiap orang berlomba untuk “tampak bahagia” di dunia maya.

    Bahagia itu mahal nilainya, tapi dapat kita raih tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Bahagia juga tak perlu kita cari kemana-mana. Karena bahagia itu kita sendiri yang menciptakannya. Lalu bagaimana cara menciptakan rasa bahagia? Bahan yang diperlukan untuk membuat sebuah kebahagiaan hanya satu, yaitu rasa syukur.

    Ya, hanya rasa syukur yang dapat membuat kita bahagia. Mungkin sebenarnya setiap orang sudah tahu dan paham tentang ini. Namun masih banyak yang mengabaikannya. Kenapa? Karena mereka masih punya keinginan untuk terlihat “bagus” di mata orang lain, yang justru malah sering menyiksa batin mereka sendiri.

    Kita memang butuh uang, itu tak dapat dipungkiri. Tapi yang membedakan setiap diri adalah bagaimana menggunakan uang tersebut. Ada orang yang pandai mengatur uang, ada pula yang senang diatur oleh uang. 

    Orang yang benar-benar bahagia tak perlu pengakuan dari orang lain bahwa dia bahagia. Bahagia itu cukup dia rasakan sendiri. Tak perlu berdalih “berbagi kebahagiaan” sehingga harus memamerkannya ke khalayak ramai. Karena apa yang membuat kita bahagia belum tentu dapat membuat orang lain juga bahagia. Bahkan mungkin ada saja orang yang tidak senang dengan kebahagiaan kita.

    Tapi ada satu hal yang dapat membuat kita dan orang lain bahagia. Yaitu dengan bersedekah. Bersedekah pada orang yang membutuhkan, insya Allah akan membuat mereka yang diberi merasa bahagia. Begitu pula kita yang memberi, pastinya merasa bahagia melihat mereka tersenyum karena pemberian kita. Jadi, kalau ingin selalu bahagia, perbanyaklah bersedekah.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mencari Bahagia

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021