KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mencari dan Menyelamatkan

    Mencari dan Menyelamatkan

    BY 09 Jan 2023 Dilihat: 140 kali

    Penulis : Diyonisius Roch Ediyanto (Member KMO Alineaku)

    Salah satu siswa saya bernama Danu. Ia kelas 9 SMP Kanisius Wonogiri. Ia tinggal di Desa Kedungrejo, Kecamatan Nguntoronadi, sekitar 22 KM dari sekolahnya. Ia anak kedua dari keluarga yang sangat sederhana, bahkan bisa disebut sebagai keluarga kurang mampu. Ketika kelas 8, ayahnya yang sangat dibanggakan meninggal dunia. Ia depresi sehingga tidak bisa belajar dengan baik. Bahkan, ia tidak memiliki kemauan lagi untuk sekolah. 

    Sebelum ada pandemi Covid-19 Danu menjadi anak yang pendiam di kelasnya. Dia sering melamun di kelas dengan tatapan mata yang kosong. Sepertinya sekolah menjadi beban yang berat bagi dirinya. Tugas-tugas dari para guru banyak yang tidak dikerjakan. Hanya sedikit tugas yang dikerjakan. Tugas sedikit itupun tidak dikerjakan secara maksimal. 

    Selain tidak mengerjakan tugas, Danu juga sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Setiap pekan, pasti ada satu atau dua hari ia tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Ia tidak merasa bersalah kepada saya selaku wali kelasnya ketika tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Ia juga tidak merasa bersalah kepada para guru ketika dirinya tidak mengerjakan PR atau tugas yang lain.  

    Ketika pemerintah memberlakukan pembelajaran via daring (dalam jaringan) atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa darurat Covid-19 mulai 16 Maret 2020, Danu semakin melupakan sekolah. Ia tidak mau mengisi daftar hadir secara daring. Bahkan, ia tidak mau mengikuti PJJ. Ia tidak mau mengerjakan tugas-tugas dari para guru. Akibatnya orangtua Danu tidak bisa mengumpulkan buku tugas anaknya ke sekolah. Mestinya setiap Sabtu orangtua siswa mengumpulkan buku tugas anaknya ke sekolah dengan mematuhi jadwal dan mematuhi protokol kesehatan. 

    Danu harus sekolah lagi, begitu pendapatku dengan spontan. Terbersit dalam pikiranku kisah tentang domba yang hilang (Lukas 15: 1-7). Saya harus mencari dan menyelamatkan Danu. Saya tidak cukup kalau hanya bersedih. Saya harus bertindak melakukan sesuatu yang baik. Jikalau tidak pasti banyak teman Danu yang ikut bermalas-malasan, tidak mau ikut PJJ. 

    Menjadi wali kelas itu harus mampu mendampingi para siswa, demikian yang saya pikirkan. Di satu sisi saya harus mampu berperan sebagai ayah bagi para siswa. Di lain sisi saya harus mampu sebagai teman, sebagai sahabat bagi para siswa. Dengan berperan demikian para siswa bisa berkomunikasi dengan nyaman. Singkat kata saya harus mengenal lebih dekat, dari hati ke hati dengan para siswa. Para siswa itu saya anggap sebagai anak-anak saya sendiri. 

    Saya refleksikan pengalaman menjadi wali kelas yang selalu menangani berbagai permasalahan dari para siswa. Permasalahan yang datang saya terima dengan lapang dada, entah baik atau pun buruk. Saya yakini bahwa berbagai permasalahan itu sebagai cara Tuhan untuk mendewasakan saya agar lebih bijaksana.

    Berkaitan dengan permasalahan Danu, saya sebagai wali kelas membuat rencana. Pertama, saya merencanakan memgundang Danu dan orangtuanya untuk datang ke sekolah. Kedua saya merencanakan home visit ke rumah Danu untuk mendampingi belajar Danu.  

    Suatu hari Danu dan ibunya datang di sekolah memenuhi undangan. Saya dengan gembira menyambut mereka. Kami mengadakan dialog dari hati ke hati. Dialog berjalan dengan lancar. Suasananya menggembirakan, tidak ada paksaan apa pun satu sama lain. 

    Dari dialog disepakati bahwa Danu berjanji akan mengikuti PJJ dan akan mengerjakan tugas-tugas dari bapak ibu guru dengan baik sesuai waktu yang ditentukan. Sementara itu orangtua Danu berjanji akan berusaha maksimal untuk mendampingi Danu selama PJJ. 

    Satu pekan setelah pertemuan saya dengan Danu dan ibunya, saya merasa cemas. Pada hari Sabtu, mestinya orangtua siswa mengumpulkan buku tugas anaknya ke sekolah. Saya menunggu kehadiran orangtua Danu hingga pukul 12.00. Hasilnya nihil, ia tidak datang. 

    Setelah doa malaikat Tuhan, saya menghubungi Danu melalui heandphone-nya. Namun, heandphone-nya tidak aktif. Saya menghubungi ibunya melalui heandphone-nya namun tidak diangkat. 

    Selanjutnya, saya menelepon Marta, teman sekelas Danu yang tinggalnya agak dekat dengan Danu. Saya menyuruh Marta ke rumah Danu untuk menanyakan tugas sekolahnya selama satu pekan. Sekitar setengah jam kemudian, Marta menelpon saya. Ia mengatakan bahwa Danu tidak ada di rumah. Tidak ada seorang pun di rumah Danu. Semua pintu rumah tertutup rapat dan tidak bisa dibuka. 

    Keesokan harinya, pada hari Minggu siang saya home visit ke rumah Danu. Sepanjang perjalanan dari Wuryantoro ke Nguntoronadi, saya berdoa memohon kepada Tuhan. Saya memohon  agar Tuhan memberi kesempatan kepada saya untuk berjumpa dengan Danu dan keluarganya. Saya mengandalkan Tuhan karena heandphone Danu dan heandphone ibunya tidak bisa dihubungi. 

    Sekitar pukul 14.00 saya sampai di rumah Danu. Di rumah itu saya disambut seluruh anggota keluarga, Danu, kakak perempuannya, ibunya, dan neneknya. Saya belum berbicara apa pun, seluruh anggota keluarga itu berbicara sendiri-sendiri tanpa saya minta. Sungguh saya berusaha mendengarkan semuanya dengan baik. Hal-hal yang penting saya catat lengkap. 

    Hampir satu jam kakak, ibu, dan nenek dari Danu mengungkapkan berbagai hal. Mereka satu demi satu menyampaikan nasihat-nasihat kepada Danu. Mereka menyampaikan berbagai hal  yang negatif dari Danu. Bahkan keburuksan Danu sejak kecil hingga usia SMP ini dipaparkan semua. Danu seperti seorang penjahat yang diadili. Ia sendirian menghadapi tuduhan-tuduhan yang begitu gencar. Ia tidak ada yang membela. Seluruh anggota keluarga menyudutkan dirinya. 

    Setelah mereka merasa puas dan lengkap berbicara untuk Danu, saya memberikan kesempatan berbicara kepada Danu. Semula Danu tidak mau berbicara. Tetapi dengan penuh kesabaran saya dampingi, akhirnya Danu berbicara. 

    Danu mengatakan bahwa hanya ayahnya yang memberikan perhatian kepada dirinya. Ayahnya sangat baik kepada dirinya. Danu sungguh membanggakan ayahnya. Sayangnya, ayahnya meninggal. Danu sangat bersedih. Ketika kesedihan Danu memuncak semua anggota keluarga justru menyalahkan dirinya. Semakin lengkaplah penderitaannya. 

    Danu tidak membutuhkan nasihat-nasihat yang semakin menambah luka hati. Ia membutuhkan tindakan konkret bagaimana keluar dari kesedihan. Bagaimana memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama PJJ. Ia merindukan adanya pendamping belajar yang mau membantu kesulitan yang dihadapi. 

    Setelah Danu berbicara, mereka yang semula menggebu-gebu mengadili Danu. Kini mereka diam dan tertunduk dengan mata berkaca-kaca. Saya memohon kepada keluarga untuk berhenti membicarakan keburukan Danu. Saya juga meminta semua anggota keluarga membantu Danu keluar dari kesedihannya dan kesulitannya. Terlebih kepada kakanya saya meminta untuk mendampingi Danu dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. 

    Selanjutnya Danu bersedia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah dan kakaknya pun berjanji akan mendampingi belajarnya. Ibu dan neneknya pun akan membimbing Danu dengan penuh perhatian dan kasih sayang.  Setelah suasana tenang dan nyaman saya pulang di senja hari dengan penuh harapan bahwa Danu akan lebih baik. 

    Setelah saya home visit ke rumah Danu saya merasa lega. Danu mulai mengerjakan tugas-tugas dari para guru dan mengumpulkannya ke sekolah. Saya berharap Danu dapat mengerjakan tugas dengan lancar dan tidak bermalas-malas lagi.

    Ketika pelaksanaan Penilaian Tengah Semester Genap (PTSG) tiba para siswa masih harus belajar di rumah. Orang tua siswa mengambil soal PTSG ke sekolah untuk tiga hari. Setelah tiga hari orang tua siswa mengumpulkan lembar jawab yang telah diisi. Kemudian,  mengambil soal untuk tiga hari berikutnya. Kemudian tiga hari berikutnya orangtua siswa mengumpulkan lembar jawab yang telah diisi ke sekolah. 

    Ketika hari terakhir pengumpulan lembar jawab PTSG saya menjadi bersedih. Saya bersedih karena orangtua Danu tidak mengumpulkan lembar jawab anaknya. Saya menghubungi handphone Danu maupun handphone ibunya tetapi tidak ada responnya. Maka saya sepulang sekolah langsung home visit ke rumah Danu. 

    Di rumah Danu saya siap menjadi pendengar setia. Sayangnya, keluarga Danu tidak mau bercerita tentang Danu dan permasalahannya. Kemudian saya meminta Danu untuk bercerita mengapa dirinya tidak mengumpulkan lembar jawab PTSG. 

    Dari cerita Danu diketahui bahwa permasalahan yang dulu telah beres kini muncul lagi. Saya berusaha memperbaikinya dengan membuat berbagai kesepakatan. Saran dan usul saya terima dan dipilih jalan yang paling baik. Saya berharap kepada keluarga agar saling mendukung demi kelancaran sekolah Danu. Saya juga memohon agar keluarga berdoa bersama supaya Tuhan selalu mendampingi keluarga ini. Selanjutnya saya pulang di senja itu. 

    Dalam perjalanan selanjutnya Danu semakin menyadari akan tugasnya sehingga sekolahnya lancar. Akhirnya Danu lulus dari SMP Kanisius Wonogiri. Setelah lulus ibunya datang  ke sekolah mencari saya. Sambil menangis ia berterima kasih kepada saya yang telah mendampingi anaknya. Kini Danu melanjutkan sekolahnya di SMK sesuai dengan pilihannya sendiri. Menjadi guru itu harus berani repot dan direpotkan oleh berbagai pihak. Meskipun banyak tugas harus tetap gembira melaksanakannya. Salah satu tugas guru adalah mencari dan menyelamatkan. Jikalau ada salah satu siswanya yang hilang maka guru harus mencari dan menyelamatkannya. Hal ini sejalan dengan ajaran Tuhan Yesus yakni perumpamaan tentang domba yang hilang, (Lukas 15: 1-7). Saya akan selalu mencari yang hilang dan menyelamatkannya.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mencari dan Menyelamatkan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021