Bagaimana sih hidup tenang?
Saya selalu terbayang wajah Mbah Tamsir dan istrinya kalo bicara ketenangan hidup.
Siapa mereka? Mbah Tamsir dan Istrinya cuma pasangan lansia biasa. Tinggal di sebuah rumah kayu yang sudah lapuk. Lantainya bahkan tak lagi rata. Miring dan berlubang-lubang. Jangan bayangkan perabot rumah tangga di rumah itu. Yang Saya ingat hanya lemari-lemari tua. Satu lemari pakaian di kamar, satu lemari kecil di ruang tengah.
Dapurnya beralas tanah. Untuk memasak, mereka hanya memakai kayu bakar. Selain peralatan masak, di dapur banyak tumpukan kayu bakar. Untuk MCK, mereka memanfaatkan sungai di belakang rumah. Tanpa kamar mandi. Hanya sebuah titian kayu yang tersedia.
Tak hanya mereka berdua, di rumah itu juga ada satu anak perempuan mereka (seorang janda) bersama dua anak laki-lakinya (cucu Mbah Tamsir).
Mbah Tamsir di usianya yang ke 75 tahun, tetap bekerja demi orang-orang yang disayanginya. Dialah tulang punggung satu-satunya di keluarga itu. Setiap hari berjualan gulali olahannya sendiri. Ia akan mengendarai sepeda motor tuanya ke sekolah-sekolah di kota. Jika jualan ramai dan gulali habis, Ia bisa bawa pulang uang sekitar Rp 100rb. Tapi kalau lagi sepi, kadang cuma bisa bawa pulang Rp 20rb.
Di balik kehidupan yang sederhana itu, setiap Saya berkunjung, Saya selalu disambut dengan segelas kopi. Tak jarang suguhan makan siang lauk telur dadar dan sambal bawang. Begitulah mereka menjamu tamu dalam keterbatasan. Namun, bagi Saya itu adalah suguhan paling enak yang pernah Saya rasakan. Bahkan sampai sekarang masih suka kangen makan di rumah Mbah Tamsir.
Yang istimewa dari semua itu, pertemuan kami selalu dihiasi dengan tawa canda. Senyum tulus di wajah lansia itu selalu terukir di kenangan hidup Saya. Keluarga Mbah Tamsir juga penuh sopan santun. Ucapan yang baik dan terjaga menjadi bukti bahwa hidup mereka begitu bersahaja. Saya selalu menikmati nasehat-nasehat hidup dari Mbah Tamsir. “Hidup ini hanya sebentar, jadilah orang baik,” demikian salah satunya.
Menikmati kopi di rumah Mbah Tamsir, sungguh membuat Saya merasa tenang.
Kreator : Retno Sulisetiyani
Comment Closed: Mencari Tenang Di Rumah Mbah Tamsir
Sorry, comment are closed for this post.