Penulis : Patrisia Carolina (Member KMO Alineaku)
Keanu Zola, nama yang hingga kini tersimpan dalam memoriku. Cinta pertamaku. Yap, sosok yang membuatku berdebar untuk pertama kalinya dalam hidupku. Tertanam dalam benakku awal kami bertemu. Kala itu, aku baru memasuki sekolah menengah pertama. Karena kecerobohanku, aku terlambat. Kalian tahukan, bagaimana rasanya terlambat di hari pertama. Rasa cemas bercampur takut. Pokoknya tidak bisa dijelaskan.
Aku merutuki kecerobohanku. Gara-gara begadang menonton anime aku bangun terlambat. Dari kejauhan aku melihat sosok tinggi di dekat gerbang. Tatapan matanya seperti elang yang akan menerkam mangsanya. Oh, disana bukan hanya dirinya sendiri, melainkan ada beberapa siswa yang sedang berjongkok sambil kedua tangan diletakkan diatas kepala. Aku menarik napas, menunggu sebentar hingga semua orang lenyap dari sana.
Aman. Kulangkahkan kaki menuju gerbang, yang kebetulan tidak dijaga oleh satpam. Mataku tak henti melihat kesana kemari. Langkahku begitu ringan, hingga suara tegas memasuki indera pendengaranku. Disana. Tepat di belakangku, seseorang berdiri. Kupalingkan kepala kebelakang dan melihat sosok di depan gerbang sedang menatapku dengan tatapan tajam. Satu kata, Tampan. Jantungku berdebar begitu cepat, pikiranku melayang entah kemana. Sungguh, aku tak dapat berpaling dari wajahnya. Hingga suara bentakan menghentikan lamunanku.
“Baru hari pertama, sudah terlambat. Mana atribut tidak lengkap. Terus mau coba kabur!” katanya. Bukannya takut, aku malah tersenyum seperti orang gila. Karena jegah akan tingkahku, sosok itu menyeretku tanpa belas kasihan menuju ruangan BP/BK. Sungguh sial aku hari ini.
Di dalam ruangan itu seorang wanita paruh baya sudah menunggu. Yup, dialah guru BP/BK sekolah ini. Di ruangan ini akhirnya aku tahu namanya. Keanu, Ketua Osis SMA Saruni Raya. Didalam ruangan itu aku diceramahi oleh guru wanita itu. Setelah dari ruangan bp/bk, ketua osis mengantarku ke lapangan. Disana sudah berkumpul semua peserta didik baru. Aku masuk ke kelompokku yang dipegang langsung oleh ketua osis. Senang. Tentu saja. Selama tiga hari kedepan aku akan melihat sang ketua osis.
Namun, selama masa orientasi aku selalu menjadi sasaran sang ketua. Selalu mendapatkan hukuman, entah aku yang berbuat salah maupun tidak. Dan selama tiga hari itu, aku tidak pernah absen yang namanya terlambat. Hingga aku dijuluki Ratu terlambat oleh sang ketua osis. Walaupun sering memberikan hukuman kepadaku, aku tetap menyukainya. Setiap kali melihat dirinya jantungku selalu berdebar kencang.
Kini, aku sudah resmi menjadi siswi di SMA Saruni Raya, tentu aku tidak bisa menghilangkan kebiasan terlambatku. Dan karena kebiasaanku itu, membuat kami sering bertemu. Setiap kali bertemu dia akan selalu memanggiku dengan sebuatan ratu terlambat. Baik di lorong sekolah, di kantin ataupun ketika pulang selalu memanggilku dengan sebuatan ratu terlambat. Karena sering terlambat akhirnya aku masuk lagi keruangan yang paling ditakuti setero sekolah. Ruang BP/BK. Aku mendapatkan hukuman membersikan wc putri, siram halaman dan lari keliling lapangan. Tentu diawasi langsung oleh ketua osis. Selama mengawasiku dia selalu meledekku.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk tidak masuk sekolah hingga satu minggu. Karena tindakan itu, aku mendapat telpon dari ketua osis. Dia menceramahi dari awal sampai akhir. Diakir telepon dia mengancam “Awas saja kalau besok tidak sekolah, saya jemput!”. Aku pikir dia bercanda, ternyata benar. Pagi sekali pintu kamarku digedor sangat keras oleh ibuku. Ibuku mengatakan bahwa dia sudah menungguku di ruang tamu. Dengan terpaksa aku bangun dan bersiap ke sekolah. Sepanjang perjalanan dia terus mengomel tiada henti. Aku hanya diam.
Tanpa terasa masa SMA sang ketua osis sudah selesai. Hari ini adalah hari kelulusannya. Dia menerima penghargaan sebagai siswa terbaik diangkatannya. Semua orang mengucap selamat padanya. Aku hanya melihat dari jauh. Toh, sebentar aku akan ke rumahnya untuk meranyakan syukuran kelulusannya. Hanya sepuluh meter dari rumahku.
Di rumahnya aku juga hanya melihat tak memberikan ucapan selamat. Aku takut akan menangis di depannya. Karena dia akan melanjutkan pendidikan ke luar kota. Aku keluar duduk di bangku memandang bintang yang bertaburan di langit. Pikiranku merawang jauh, kenapa aku tidak bisa mengatakan aku menyukainya sejak pertama bertemu, kata itu seakan tersangkut di tenggorokanku.
Sedang asyik dengan pikiranku, aku dikejutkan dengan jitakan di dahi. Dialah pelakunya. Dengan senyum yang menawan, dia menegadahkan tangan kepadaku. Aku yang tak mengerti menepuk tangannya. Namun, bukan itu maksudnya. Ternyata dia meminta hadiah. Aku yang memang menyiapkan hadia langsung memberikan kepadanya. Dia menerima dan mengucapkan terima kasih. Malam itu kami mengobrol banyak hal, Ratu Terlambat akan menjadi panggilan favoritnya untukku. Dan kini aku berdiri disini menunggu kepulangannya. Dari jauh sosok yang ku tunggu kini muncul. Muncul dengan senyuman manis. Dia tidak berubah tetap tampan. “Aku kembali. Ratu Terlambat!” katanya. Aku tersenyum mendengar panggilan itu. Panggilan dari masa sekolah, hingga kini.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Mencintai dalam Diam
Sorry, comment are closed for this post.