Penulis : Aprilia Dwi Lestari (Member KMO Alineaku)
“Jika anda ingin anak anda cerdas, bacakan dongeng untuk mereka. Jika anda ingin mereka menjadi lebih cerdas, bacakan mereka lebih banyak dongeng.” – Albert Einstein
Dongeng merupakan karya sastra yang berupa cerita fiktif atau rekaan dari penulisnya. Di dalamnya memuat cerita khayalan yang mengandung pesan moral bagi pendengarnya. Diantaranya pesan moral individu, sosial serta religi. Dongeng sudah dikenal sejak lama dan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Adapun kegiatan mendongeng yaitu menyampaikan cerita yang menyenangkan secara lisan kepada pendengar dengan tujuan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan membangun karakter anak.
Anak yang dibacakan dongeng akan begitu mudah menangkap pesan dari dongeng yang telah didengarnya. Karena anak merupakan imitasi dari orang dewasa. Saat kita membacakan dongeng dan menyampaikan pesan moral, anak akan dengan mudah menangkap kalimat sederhana yang telah disampaikan.
Seperti dalam dongeng hewan atau fabel. Ada tokoh antagonis yang diperankan oleh salah satu binatang tersebut dalam dongeng. Pada akhir cerita pendongeng memberikan kesimpulan dan pesan kepada anak supaya tidak menjadi anak yang sombong seperti hewan pada dongeng. Bagi orang tua sebaiknya juga membacakan dongeng kepada anak setiap hari sebelum tidur. Pada waktu itu, anak akan mudah menerima nasihat dari orang tua dan mudah untuk diingat.
Anak yang konsisten dibacakan dongeng sebelum tidur juga akan memiliki perkembangan motorik yang lebih baik. Hal tersebut karena anak mulai berlatih memegang buku menggunakan jarinya. Anak juga akan memiliki konsentrasi belajar yang baik dan perkembangan otak yang optimal jika sudah terbiasa dengan membaca. Dengan mebacakan dongeng pada anak, anak juga akan berlatih untuk aktif berpendapat dengan cara ia bertanya pada hal yang ia tidak tahu. Sehingga terjadi interaksi antara bunda dan anak.
Jadi, mengapa Pendidik Waldorf membacakan dongeng untuk anak usia dini? Karena dongeng merupakan cerita imajinatif dengan kaya unsur visual dan kontekstual yang memunculkan emosi visceral pada anak. Mereka melibatkan anak-anak yang percaya bahwa cerita – banyak dari mereka tentang anak-anak di dunia mereka sendiri – relevan dengan kehidupan mereka. Apakah mereka akan makan bubur atau tetap pada jalan yang disarankan? Mungkinkah mereka berbicara dengan orang asing atau makan dari rumah permen ketika mereka tahu lebih baik? Ini bukan pertanyaan konyol. Mereka adalah pertimbangan serius tentang bagaimana anak akan memilih untuk menjadi dan bertindak di dunia yang lebih luas.
Dengan cara ini, dongeng mencontohkan perilaku untuk anak-anak seperti pemecahan masalah atau kecerdasan emosional. Hal-hal buruk terjadi pada orang-orang baik dalam dongeng, dan kemudian, dalam banyak kasus, orang-orang baik itu (seringkali anak-anak) menemukan jalan mereka di dalam dan di sekitar kesulitan-kesulitan ini. Sebagai G.K. Chesterton pernah berkata, “Dongeng tidak memberi tahu anak-anak bahwa naga itu ada. Anak-anak sudah tahu bahwa naga itu ada. Dongeng memberitahu anak-anak bahwa naga bisa dibunuh.”
Dongeng juga melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mengajar anak-anak tentang kelas dan budaya, di zaman dulu, tetapi kenyataannya masih relevan di zaman modern. Banyak budaya berbagi cerita ini juga karena mereka mewakili narasi umum dan masalah yang kita semua hadapi dimanapun kita tinggal di dunia. Kita semua berjuang untuk mengatasi kemiskinan, ketidakadilan, pergolakan keluarga dan naga pribadi kita sendiri.
Dari perspektif pendidikan, pembaca masa depan muda mempelajari dasar-dasar cerita dengan cara yang tematik dan konsisten—pengaturan, karakter, dan plot (aksi yang meningkat, klimaks, dan resolusi) terjadi secara dapat diprediksi dan membantu anak-anak mengarahkan pikiran mereka di sekitar elemen tulisan. Dan, tentu saja, memahami elemen-elemen ini tidak hanya akan membantu anak-anak menulis, tetapi juga membaca. Di Waldorf Education, pengembangan imajinasi adalah bagian kunci dalam membantu mendorong pemahaman bacaan. Membayangkan kisah-kisah ini berarti berpikir secara abstrak dan mengubah kata-kata menjadi makna pribadi dan internal.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.”
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Des 07, 2021
Kontak Kami
Apabila ada kebutuhan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.
Comment Closed: Mendidik Karakter Anak Melalui Dongeng
Sorry, comment are closed for this post.