KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mendung Di Benteng Otanaha Bab 11

    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 11

    BY 10 Sep 2024 Dilihat: 132 kali
    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 11_alineaku

    CASANOVA PICISAN

     

    Malam itu di dojo pribadi kediaman Lasantu, Airina Yuki sedang melatih kemampuannya dalam olah tameshiwari. Gadis itu meletakkan sisi tangannya pada susunan bata dan sedetik kemudian dia meneriak-kan ki-ai sambil mengayunkan tangannya.

    KIAAAAAIIIII…

    BROLLLL!!!!

    Airina Yuki kemudian berdiri dengan sikap siaga. Gadis itu menghela napas dan menghembuskannya dengan perlahan. Baru saja gadis itu berniat untuk beristirahat, tak lama kemudian gawai yang tergeletak di sisi dinding dojo berdering. Airina Yuki melangkah menuju tempat tersebut dan meraih gawai itu. Saat menatapi layar, alis gadis itu berkerut.

    Pak Eddy? Kenapa dia menghubungiku???

    Airina Yuki menekan nada sambung penjawab panggilan.

    “Halo?” 

    “Nona Airina?” sapa Eddy.

    “Ya, Pak? Ada yang bisa dibantu?” tanya Airina Yuki.

    “Begini… besok, saya akan pulang ke Manado. Bagaimana kalau besok, kita ketemuan?” usul lelaki itu lewat gawai.

    “Dimana?’ tanya Airina Yuki sambil duduk bersila ditatami. Gadis itu merapikan seragam tegi miliknya yang awut-awutan.

    “Mawar Sharon, Telaga… jam 9 Pagi… bisa, kan?” usul Eddy.

    Airina Yuki mengangguk. “Kalau begitu, saya bersama Ibu Dewi akan kesana.”

    “Ini bukan pertemuan bisnis…” tolak Eddy. 

    “Jadi?” cecar Airina Yuki.

    “Kita ketemuan sebagai laki-laki dan perempuan…” jawab Eddy. Lama Airina Yuki terdiam lalu menghela napas.

    “Kencan, maksudnya?” tebak Airina Yuki mengangkat alisnya. Terdengar kata setuju dari suara laki-laki diseberang itu. 

    Gadis itu kemudian menguak uwaginya hingga membuka me-nampakkan perutnya yang langsing berotot sixpac halus kelihatan dan sebuah tanktop semi bra putih tipis membalut kedua payudaranya.

    “Jika kamu nggak keberatan dengan istilah itu.” Sahut Eddy.

    Airina Yuki sejenak menggeleng-geleng dan mendecak kesal. Akhirnya dia mengiyakan keinginan presdir PT. Manguni Jaya itu. Eddy Rumampouw benar-benar gembira mendengarnya. Pembicaraan seluler itu berakhir. Airina Yuki bangkit dan menggerutu. 

    “Dasar… penggila brondong…” omelnya sembari bangkit dan melangkah meninggalkan ruangan dojo.

    * * *

     

    Sandiaga sulit memejamkan mata. Matanya menatap jam dinding dikamarnya yang telah menunjukkan jam 12.01. lelaki itu mendesis sendiri.

    Aduuuh… gara-gara Iyun nih…

    Akhirnya Sandiaga memutuskan bangun dan mengenakan piyama model jinbei lalu melangkah keluar dari kamar dan duduk disofa diruang keluarga. Lelaki itu memilih saluran channel mana yang ingin dipirsanya. 

    Sejenak lelaki itu bangkit menuju dapur. Dia membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol minuman mineral lalu melangkah kembali ke ruang keluarga dan duduk kembali disofa, menikmati tayangan tengah malam yang disajikan salah satu stasiun televisi nasional. 

    Tak lama kemudian pintu kamar utama membuka dan keluarlah Azkiya yang mengenakan khimar panjang. Wanita itu memperhatikan putranya yang duduk menonton.

    “Terkena insomnia lagi?’ tegur wanita itu.

    Sandiaga menoleh menatap ibunya lalu bangkit menyambut ibu-nya yang mendekat dan duduk kembali disofa. Lelaki itu kembali duduk.

    “Nak… jangan forsir tubuhmu… beristirahatlah… adillah kepada badanmu.” tegur Azkiya dengan lembut.

    Sandiaga hanya terpekur saja. Wanita itu kembali bangkit dan melangkah menuju kamarnya. Lelaki itu kembali tenggelam dalam duduknya disofa itu.

    * * *

     

    Airina Yuki semantara sibuk memanggang roti yang diisinya dengan campuran sarden dan sayur. Sandiaga muncul di ruang itu hanya mengenakan piyama model jinbei. Rambutnya yang panjang setengkuk itu nampak kusut. Kedua matanya terlihat merah. Airina Yuki tertawa lirih melihat penampilan kakaknya. Gadis itu telah berpakaian rapi, bersiap-siap berangkat kerja.

    “Jangan tertawa pagi-pagi…” tegur Sandiaga. “Nanti kemasukan lalat…”

    Hutodumu….” umpat gadis itu. “Memangnya aku kantong semar?!”

    Sandiaga duduk di kursi. Tak lama kemudian Kenzie dan Azkiya muncul disusul Kenzie. Kedua orang tua itu ikut bergabung di meja makan. Airina menyodorkan masing-masing sepiring dua belah roti sandwich bakar berisi ikan sarden dan sayur.

    “Pimpin doanya, San…” pinta Kenzie.

    Sandiaga merapikan rambutnya sejenak, menguncirnya dan membiarkan beberapa helai rambut menjuntai didepan wajahnya. Lelaki itu kemudian memimpin doa sarapan pagi itu. mereka kemudian men-jalani rutinitas sarapan pagi bersama. Kenzie menatap putrinya. 

    “Bagaimana kabar perusahaan, kali ini? Papa dengar kamu akan menghadiri pertemuan dengan presdir Manguni Jaya dari Manado…” pancing lelaki parobaya itu sembari mengigit pinggiran roti. Airina Yuki mengangguk. 

    “Pagi ini, kami sepakat ketemu di Restoran Mawar Sharon…” gadis itu menyebutkan nama tempatnya.

    “Jangan terlalu sering ketemuan dengannya…” ujar Sandiaga dengan datar.

    Kenzie menatap putranya, “Memangnya kenapa dengan orang itu?” tanya lelaki parobaya itu.

    “Tatapannya… aku tak suka tatapannya kepada Yuki…” ujar Sandiaga tanpa menoleh, hanya menunduk menatap piring sambil menyantap roti buatan adiknya.

    Azkiya menatap putrinya. “Bagaimana denganmu, nak?”

    Airina tersenyum. “Yang dibilang Nii-Chan itu memang mengindi-kasikan ke arah situ…” gadis itu lalu menatap ayahnya. “Papa tentu tahu apa yang kumaksud…”

    “Berani dia menyentuh sejengkal saja kulitmu, aku kuliti dia hidup-hidup!” geram Kenzie sambil meletakkan sisa sarapannya di piring. Terdengar bunyi piring yang tak sengaja disentakkannya.

    “Hubby…” tegur Azkiya tanpa menoleh.

    Kenzie tersadar lalu mendehem menghilangkan kecang-gungannya. Lelaki parobaya itu sejenak menarik napas lalu menatap putrinya.

    “Yang penting, dia nggak macam-macamin kamu…” ujar Kenzie. gadis itu tertawa kecil.

    “Dia nggak akan berani, Pa!” tandas Airina. “Aku bisa me-mastikannya.”

    “Pastikan itu!” tandas Sandiaga lagi.

    Airina Yuki hanya mengangguk saja lalu bangkit dan membawa piringnya ke wastafel diseberang meja makan. Gadis itu meletakkan piringnya diloyang yang terendam air. Airina Yuki lalu mengelap jemari-nya dan melangkah mendekati orang tuanya dan mencium tangan mereka.

    “Yuki pamit kerja, Ma… Pa…” ujar Airina.

    “HADIJA…” sahut Azkiya dengan lembut.

    Airina Yuki mengangguk lalu mencium pipi ibunya dan melangkah meninggalkan ruangan itu. Tak lama kemudian Sandiaga bangkit. Lelaki membawa piringnya ke wastafel dan meletakkannya di loyang yang direndam air. Lelaki itu kemudian kembali mendekati kedua orang tuanya, menyalami tangan mereka dan pamit meninggalkan ruangan itu menuju kamar mandi.

    Selama 15 menit, lelaki itu membersihkan dirinya di kamar mandi lalu keluar dengan keadaan handuk melilit bagian pinggulnya. Kedua orang tuanya tak lagi berada diruang makan. Semuanya telah dirapikan. Lelaki itu masuk ke kamarnya dan bersalin pakaian.

    Lelaki itu memilih kemeja rekreasi lengan panjang warna hitam yang dihias pola bunga-bunga. Dia memadukannya dengan celana panjang katun hitam dan sepatu sport. Rambut panjangnya yang terurai sepanjang bahu kembali diikat dan dikuncirnya, namun membiarkan beberapa helai rambut depan jatuh menutupi wajahnya. 

    Lelaki itu dengan santai keluar dari kamar dan menuju beranda samping. Disana terparkir kendaraan lamanya, sebuah motor jenis Honda CB19 V5 bertenaga electromagnetic pulse, tercanggih dijaman-nya karena dilengkapi dengan perangkat kecerdasan buatan dan finger-print untuk menyalakan mesin. Dengan kendaraan itu, Sandiaga kembali melesat meninggalkan kediaman.

    * * *

     

    Restoran Mawar Sharon Telaga, pukul 09.00 a.m. WITA

    Eddy Rumampouw duduk gelisah di kursinya menanti seseorang yang berhasil mempermainkan benaknya selama beberapa hari di Gorontalo. Tak lama kemudian, nampak Lexus LM 566H silver milik PT. Buana Asparaga, Tbk muncul dan memarkir ditempat yang disediakan pihak pengelola restoran.

    Airina Yuki keluar mengenakan kaos hitam yang dipadu dengan celana jins belel. Rambut panjangnya dilindungi topi baseball membuat penampilannya yang sederhana justru nampak fashionabel. Gadis itu mengedar pandang dan menemukan Eddy yang melambai kearahnya.

    Gadis itu mengayunkan kakinya yang dibalut sepatu kets men-dekati tempat dimana Eddy duduk. Dia lalu duduk dihadapan lelaki Minahasa itu.

    “Saya sudah penuhi keinginan anda.” ujar Airina Yuki sambil mengulas senyum.

    “Aku sengaja belum pesan apa-apa karena nunggu kamu.” kata Eddy lalu melambai ke arah pelayan. Ketika pelayan itu mendekat, Eddy memesan menu, begitu juga dengan Airina Yuki. Pelayan itu mencatat menu itu dan pergi lagi.

    “Aku akan balik ke Manado, nanti sore.” ungkap Eddy.

    “Terus?” pancing Airina Yuki.

    “Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu…” ungkap Eddy lagi dengan seringai senyum simpatiknya. Airina Yuki tertawa sambil mem-bekap mulutnya. Gadis itu lalu merespon. 

    “Menghabiskan waktu? Yang ada, malah anda memang sudah kehabisan waktu…” oloknya. Eddy tertawa lagi. 

    “Kau benar-benar membuatku makin yakin dengan perasaanku.” ujar lelaki itu lagi. “Aku mau jujur tentang sesuatu.”

    Airina Yuki mengangkat alisnya. Eddy menatap dalam kedua mata Airina Yuki, kemudian lelaki itu berkata. 

    “Aku jatuh cinta kepadamu…” ujarnya dengan nada sedikit sendu. Sangat nyata cara lelaki itu berupaya menarik hati si gadis. Airina Yuki hanya mengangguk-angguk saja. Gadis itu sudah banyak kali menerima pengakuan cinta dari setiap laki-laki. Hal itu bukan sesuatu yang baru baginya. Eddy meng-ulurkan tangan menyentuh lengan gadis itu.

    “Kamu… mau jadi pendampingku?’ tanya Eddy sedikit lirih. Airina Yuki sejenak tersenyum lalu menunduk. Setelah itu dia mengangkat wajah dan menggeleng. 

    “Maaf jika saya mengecewakan anda. Saya belum punya pikiran menerima seorang laki-laki dalam hidup saya…” tolaknya dengan halus.

    “Kenapa? Apakah aku tidak cukup pantas bagimu?’ pancing Eddy lagi masih tetap mengulas senyumnya.

    “Bukan… anda salah paham.” ralat Airina Yuki. “Yang pertama, saya ini masih kuliah… program magister…”

    “Berarti setelah meraih titel master itu, kamu mau kan jadi pen-dampingku?” desak Eddy lagi dengan penuh harap.

    Lagi-lagi Airina Yuki menggeleng, membuat Eddy hendak protes, namun gadis itu langsung menyela, “Saya baru berusia 18 tahun, Pak!” 

    Mata Eddy membelalak. Airina Yuki tertawa kecil dan membekap mulutnya, setelah itu si gadis menggoda sekaligus mengolok. 

    “Bapak peminat brondong juga ya?” sindirnya sembari me-micingkan matanya sejenak. Wajah lelaki berusia 35 tahun itu memerah. Dia tak menyangka deputi direktur PT. Buana Asparaga, Tbk adalah seorang mahasiswi program pascasarjana yang berusia 18 tahun, sebaya dengan putri semata wayangnya, Carolina yang sekarang duduk dibangku SMU Sam Ratulangi, Manado.[]

     

     

    Kreator : Kartono

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mendung Di Benteng Otanaha Bab 11

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021