KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mendung Di Benteng Otanaha Bab 13

    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 13

    BY 10 Sep 2024 Dilihat: 16 kali
    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 13_alineaku

    PENGASINGAN CINTA

    Sandiaga menyadari kesalahan fatal yang dilakukannya. Kebodohan yang berpadu kepolosan membuatnya nyaris menjebol pertahanan terakhir kekasihnya, meskipun tak bisa dipungkiri, Inayah juga menginginkannya.

    Azkiya hanya melumpuhkannya. Namun akibat dari konsekuensi kesalahan justru terasa lebih menyakitkan. Dia memang tak menjalani hukuman fisik, melainkan hukuman yang meneror mental dan psikologi-nya.

    Pengasingan selama dua hari, terasa lebih berat ketimbang menerima semua tinju dan tendangan yang dilayangkan sang Ibu dalam olah latihan di dojo. Mental lelaki itu sebenarnya rapuh jika berhadapan dengan cinta. dua kali dia merasakan kepedihan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Racun cinta itu tidak memiliki sedikitpun penawar. 

    Ketika jiwamu merasuk kedalam aliran darahku…

    Dan meracuniku…

    Ketika jiwamu memeluk hatiku…

    Dan biarkan jiwaku cumbui jiwamu…

     

    Cinta merupakan virus menakutkan yang menginfiltrasi benak manusia bagai penyakit mematikan. Keberadaannya tak terdeteksi, namun efek yang terasa begitu menghancurkan. Dimana cinta bersemi, maka kebencianpun akan menancapkan akarnya.

    * * *

     

    Dalam kamar, Inayah meniarap dilantai yang dihampar sajadah. Wajahnya sembab dan netranya telah banyak mengalirkan airmata. Bagaimanapun dia hanya makhluk lemah meskipun hatinya mampu menjurang seterjal Palung Mariana. Dia kini teracuni oleh tuba cinta. Inayah meneguknya terlalu banyak, menyebabkan dia nyaris tenggelam dalam penyatuan. Gadis itu menengadah, menatap langit-langit kamar. Dia menghiba, memelas, merengek…

    Ya, Allah… maafkan aku yang membiarkan nafsuku mengen-dalikanku hingga kami nyaris melakukan perbuatan hina itu…

    Ya, Allah… semakin aku memaksa, terasa kabur dan buram dalam pandangan.

    Ya, Allah… perkenankan aku menjadi selimutnya, biarkan dia menjadi kasur tidurku… buatlah dia menjadi tulang punggungku, sebagaimana aku telah rela menjadi bagian dari tulang rusuk dadanya….

    * * *

     

    Hari itu, Inayah Amalia terbaring diam di ranjang bagai seorang putri tidur. Gadis itu bagai menelan ambrosia menuju keabadian cinta dalam lelap yang panjang tanpa tepi. Dia hanyut karam dalam genangan nektar kerinduan, tenggelam dilautan rindu dendam.

    Dokter kebingungan saat memeriksa pasiennya. Tubuh Inayah tak menunjukkan ciri-ciri disorientasi fisik. Segalanya normal, kecuali tidur-nya yang mirip jenazah. Trias menatap cemas melihat keadaan putrinya. Saripah sendiri hanya bisa menangis melihat keadaan anaknya. Azkiya menghela napas prihatin. Kenzie sendiri telah mengantar dokter me-ninggalkan kediaman keluarga Ali.

    “Aku nggak habis pikir. Kesalahan apa yang mereka perbuat sehingga kamu harus melakukan hal semacam itu?” todong Trias.

    “Aku yang menyaksikannya, Trias!” tandas Azkiya dengan ketus. “Jika itu kebablasan, aku nggak bisa membayangkan!”

    “Lalu? Apa sekarang yang kita lakukan?” tuntut lelaki parobaya itu. Pejabat nomor satu di instansi kepolisian Gorontalo itu kini mondar-mandir di ruangan. Saripah sendiri duduk ditepi ranjang, membelai rambut ikal anaknya. Ada beberapa butir keringat membasahi dahi Inayah. Lelaki parobaya itu akhirnya berhenti dan berdiri tegak seakan telah menatapkan sebuah keputusan. Ditatapinya Azkiya.

    “Panggil Saburo kemari!” pinta Trias pada akhirnya.

    “Tidak!” tolak Azkiya kukuh. “Dia harus mempertanggung jawab-kan perbuatannya!”

    “Mau sampai kapan? Lusa?” tuntut Trias dengan gusar. “Apa kamu bisa menjamin anak perempuanmu ini akan bertahan sampai hari itu?!”

    Azkiya terdiam.

    “Apa kamu yakin mereka berdua nggak akan jadi gila, gara-gara ini? Aku kenal anak-anakku… Saburo bahkan pernah makan dari sela-sela jemariku. Apa kau sudah lupa?!”  ujar Lelaki parobaya itu mulai jengkel. Pintu kamar membuka dan Kenzie melongokkan tubuhnya sedikit. 

    “Yas, ada baiknya kita bicara di ruang keluarga saja…” usul lelaki itu. “Kasihan Iyun…”

    Trias mendengus sejenak lalu melangkah keluar diikuti oleh Azkiya. Sementara Saripah masih betah menemani dan mengurusi anak semata wayangnya. Di ruang keluarga, Trias kembali memaksa. 

    “Pokoknya, Saburo suruh pulang kesini!” desaknya. Azkiya hendak menyela, namun Trias mengangkat telunjuknya. 

    “Ssst! Jangan potong bicaraku!” sergah lelaki itu. “Aku nggak mau kedua anak kita mati hanya gara-gara hal sepele ini!” Trias melonggar-kan ikatan dasinya. “Sudah cukup kau dan Kenzie pernah terpisah, aku dan Iyun juga terpisah.” 

    Trias menatapi Azkiya. “Aku tak mau, apa yang pernah menimpa kita, juga akan menimpa mereka!”

    Azkiya masih diam. Trias terpancing lagi jengkelnya.

    “Kalau kamu masih segan karena harga dirimu atau rasa malu terhadapku, biar aku sendiri yang menjemput Saburo pulang! Kalau perlu, jika Iyun nanti siuman, aku akan langsung menggelar sidang BP4R besok! Paham?!” pungkas Trias, “Supaya kelar semuanya!”

    Ruang keluarga itu masih hening. Akhirnya Kenzie bangkit. “Aku saja yang menjemputnya pulang…”

    Azkiya menatap suaminya. Kenzie mengedipkan mata lalu ter-senyum. “Demi keselamatan dua anak kita, Kanai-Chan…”

    Wanita berkhimar panjang itu akhirnya mengulas seringai ginsul-nya lalu mengangguk membuat Trias mendesah lega. Kenzie melangkah meninggalkan ruang keluarga, sedang Azkiya bangkit kembali ke kamar Inayah menemani Saripah disana. Kini hanya tinggal Trias yang duduk disofa itu.

    * * *

     

    Sandiaga menatap nanar tubuh Inayah yang tergolek diam. Lelaki itu terpaku. Dibelakangnya, Trias mendorongnya dengan lembut.

    “Kamu… bisa membangunkannya?” tanya lelaki parobaya itu. “Aku berharap banyak kepadamu, Nak.”

    Sandiaga melangkah dan berlutut disisi ranjang. Kenzie menatap Trias dan mengisyaratkan agar mereka meninggalkan ruangan. Sandiaga menoleh menatap Trias dan istrinya, lalu kembali memandang Inayah.

    Tak ada yang bisa kulakukan selain kembali merambah alam subsconciusnya…

    Sandiaga meraih jemari Inayah yang terkulai. Lelaki itu me-mejamkan mata dan memusatkan pikiran, dalam lantunan wirid dan dzikir. Penerapan seishin teki kyoyo dipadu dengan metoda dzikir dan wirid yang dipelajarinya dalam buku-buku yang membahas tentang ruqyah, perlahan membawa Sandiaga menjelajahi alam subsconcius mencari keberadaan Inayah yang tersesat, mengambang tak menjejak disana.

    Sandiaga seakan melayang dalam ruang tanpa gravitasi. Tatapan-nya mengedar dan lelaki itu mengaktifkan karasu tengu no shisen pada dria penglihatannya mencari Inayah diantara hamparan galaksi-galaksi maya dalam alam subsconsiusnya.

    Dimana ini? Apakah ini ruang khayali Inayah? 

    “Iyuuuun…” seru Sandiaga.

    “Ayank…” panggil suara tanpa ujud.

    “Iyun! Ini aku! Tampakkan dirimu!” pinta Sandiaga dengan lantang. Suaranya menggema dalam alam hampa tersebut.

    Tak lama dihadapannya muncul sosok Inayah. Sandiaga baru saja hendak mendekat, ketika sosok itu tiba-tiba memperbanyak dirinya dan mengepung lelaki itu. Sandiaga tercengang.

    “Yun, jangan main-main…” tegur Sandiaga sambil mengamati semua sosok Inayah yang mengepungnya. “Kamu sudah terlalu lama disini! Kembalilah! Kita pulang sama-sama!”

    Tiba-tiba semua sosok Inayah itu tertawa.

    “Yun, ayolah… nggak ada waktu lagi!” desak Sandiaga.

    “Kalau kamu memang mencintaiku, kamu pasti akan menemu-kanku diantara semua peniru ini…” ujar suara tanpa ujud. Sandiaga menggeram dan akhirnya berseru mengerahkan Bahana Penggetar Sukma. 

    “Kemarilah! Jika kau mencintaiku, kau akan mendekatiku!” serunya dengan lantang.

    Sosok-sosok peniru itu lagi-lagi tertawa. Sandiaga tak punya cara lain. Lelaki itu mengerahkan tenaga murni dari Sembilan Rembulan. Lelaki itu mengerahkan jurus Tamasihenka no Saimin-jutsu melalui kedua matanya yang memancarkan pendaran sinar biru pucat keabu-abuan. Pemuda itu melesat ke satu sosok dan langsung memeluknya.

    “Aku menemukanmu!” seru Sandiaga.

    Perlahan nan pasti sosok-sosok peniru itu muksa menyisakan ujud sejati Inayah. Gadis itu tersenyum. Kedua matanya basah mengalir-kan airmata.

    “Kau menemukanku…” desahnya. Sandiaga tersenyum. 

    “Aku tak akan membiarkan pengantinku sendirian disini.” Balas-nya dengan nada lirih.

    “Bagaimana caramu menemukanku?” tanya Inayah lagi.

    Sandiaga hanya tersenyum. Dia hanya menjawab. “Mari kita pulang…”

    * * *

     

    Perlahan kedua netra Inayah membuka. Tarikan napas panjang mengembangkan dadanya menarik kesadarannya dari alam khayaliah. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya. Inayah menyadari jemarinya tergenggam. Gadis itu menoleh ke sisi ranjang, menemukan Sandiaga yang juga baru saja menemukan kesadarannya dan menatap gadis itu dengan senyum lebar.

    “Sudah bangun ya?” sapa Sandiaga. Inayah mulai terisak lirih. Sandiaga mendesis meminta kekasihnya untuk diam. 

    “Kau sudah terlepas dari penjara cinta… tak usah bersedih.” ujar Sandiaga dengan lembut dan membelai rambut gadis itu.

    “Kau jahat! Kau membuatku tersesat dalam khayali cintaku…” rajuk Inayah mewek-mewek, namun suaranya terdengar lirih.

    “Maafkan aku…” desah Sandiaga.

    “Tapi, aku senang… kau menjemputku…” sambung Inayah. “Apa yang kau lakukan sehingga bisa membawaku pulang?”

    Sandiaga mencondongkan tubuhnya. Wajahnya mendekati wajah kekasihnya. “Aku hanya bilang…” suara lelaki itu membisik. “Wahai yang menyembunyikan cintaku…. Bebaskan dia… atau kalian akan menyesal …” pungkasnya lalu menatap Inayah kembali.

    Inayah tersenyum. Sandiaga menyusuti bekas-bekas airmata diwajah gadis itu. Inayah kembali tersenyum dengan perlakuan pemuda itu.

    “Aku mencintaimu, Ayank…” desis Inayah dengan lirih.

    “Aku juga mencintaimu, Schnucky…” balas Sandiaga sembari me-mamerkan seulas senyum simpatiknya.[]

     

     

    Kreator : Kartono

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mendung Di Benteng Otanaha Bab 13

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021