KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mendung Di Benteng Otanaha Bab 16

    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 16

    BY 10 Sep 2024 Dilihat: 106 kali
    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 16_alineaku

    NEGOISASI YANG ALOT

    Rosemary merasakan kepalanya pening saat pertama kali mem-buka matanya dan mengedarkan tatapan disekelilingnya. Diakhir tata-pannya, gadis itu melihat seorang pemuda mengenakan sozuku hitam lengan pendek yang dibalut rompi taktis, bercelana zubon yang dibalut sepatu jikatabi. Sebuah kacu hitam melingkari lehernya dan ujungnya menjuntai lemah ke bawah.

    “Tenanglah… jangan panik…” ujar pemuda yang duduk santai menyanggakan kedua siku lengannya pada kedua lututnya yang tersila. Sikapnya sangat mirip seperti seorang panglima perang.

    Rosemary sejenak mengerang lirih merasai pening kepalanya. Gadis itu kemudian menatapi pemuda yang duduk bersila tersebut.

    “Siapa kau? Mengapa aku berada disini?” desis gadis itu dengan lirih. Pemuda yang duduk didepannya merogoh salah satu kantung rompi, mengeluarkan sebungkus rokok dan mencomot sebatang linting-an tembakau itu dan menjepitkannya dimulutnya.

    “Kau tak perlu mempertanyakan siapa diriku…” ujar pemuda itu kemudian menyulut rokoknya dan menyesapnya sejenak. Setelah meng-hembuskan asap rokok tersebut, pemuda itu menyambung ucapannya.

    “Tuanku memintaku untuk mengamankanmu sejenak disini agar beliau dapat menegosiasikan sesuatu hal kepada Yang Terhormat Perdana Menteri…” ujarnya.

    Rosemary memijit sejenak kepalanya yang masih menyisakan sedikit rasa pening. Pemuda itu tersenyum.

    “Maafkan aku jika terpaksa menggunakan Trivam Propofol untuk membawamu kesini…” ujar pemuda itu lagi. “Tapi kau tak perlu kuatir. Kami tak akan mengapa-apakanmu…”

    Rosemary duduk sejenak lalu menatap pemuda itu dengan tajam. “Kau tentu sudah tahu konsekuensi, menculik putri seorang pejabat tinggi negara?” tukasnya sedikit ketus. Saburo Koga hanya tersenyum. Rosemary mendengus lalu menuntut. 

    “Biarkan aku pergi. Aku jamin, kau dan orang yang memerintah-kanmu itu akan aman hidupnya…” pintanya setengah mengancam.

    “Sebentar lagi, kau akan kukembalikan ke kediamanmu…” ujar Saburo Koga. “Namun untuk saat ini, hendaklah tenang di tempatmu…”

    “Kau melakukan tindakan pidana… menculikku, akan membuat hidupmu susah selamanya…” tukas Rosemary berupaya membujuk.

    Saburo kembali menyesap batang rokoknya dan mengeluarkan asap dari mulutnya. Pemuda itu kemudian bangkit dan melangkah men-dekati Rosemary, membuat gadis itu surut ke belakang.

    “Apa yang mau kau lakukan?” tukas Rosemary. “Jangan men-dekat! Berani kau mendekat…” ancamnya. Saburo Koga kemudian jongkok dihadapan gadis itu, dan mematikan batang rokok itu dilantai.

    “Aku akan pergi mengawasi keadaan sekitar. Sebaiknya kau bersikap baik dengan diam tenang disini, tanpa melakukan apapun.” ujarnya kemudian bangkit dan tiba-tiba melesat, melompat ke atas dan hinggap pada tiang penyangga bangunan.

    Rosemary mengerjap-ngerjapkan matanya, kagum dengan kecepatan gerakan pemuda itu yang melesat menuju jendela atap bangunan dan keluar dari sana. Sepeninggal pemuda itu, Rosemary mengamati keadaan disekitarnya.

    “Aku harus bisa menemukan jalan keluar dari sini…” gumamnya lirih lalu bangkit dan mulai memeriksa tempat itu.

    * * *

     

    “Selama ini, Kikuchiyo selalu menggelontorkan dana yang tidak sedikit untukmu…” tukas Tatsuya Shigeno dengan nada datar. “Mengapa kau mengkhianati perjanjianmu denganku?”

    Ryoma Hasegawa hanya mendengus sedikit. “Aku tidak sedikit-pun mengkhianatimu, Tatsuya!” tandas perdana menteri itu. “Tapi arah kebijakan negara harus menjadi prioritas utama. Kau lebih tahu hal itu.”

    “Dengan memberikan sebagian besar investasi kepada pesaing-ku?!” tukas Tatsuya Shigeno dengan berang. 

    Ryoma Hasegawa hanya mendengus dan kembali menatap ke arah jendela yang menampilkan pemandangan ibukota kekaisaran tersebut.

    “Kau curang! Kau curang Ryoma!” tukas Tatsuya Shigeno. “Segala asetku di Chubu, semua tergadaikan hanya untuk mendukung semua program yang kau cetuskan. Begitu semua mulai berjalan dengan baik, mengapa kau tiba-tiba membelokkan strategi kebijakanmu? Membiar-kan para pesaingku merebut lahan yang semestinya itu menjadi hak milikku!”

    “Yang Mulia Heiwa Tenno sendiri yang menyetujuinya!” tandas Ryoma yang berang. “Mana bisa aku melanggar perintahnya?! Kau berani melanggar titahnya? Kau berani melanggar titah putra agung Amaterasu Omikami?!” 

    Tatsuya Shigeno terdiam. Ryoma sendiri kembali menatap jendela yang menampilkan pemandangan kota Tokyo. Perdana menteri itu sejenak menghela napas lalu berbalik menatap Tatsuya yang berdiri tak jauh darinya.

    “Aku akan melakukan cara lain untuk membendung hegemoni mereka.” ujar Ryoma. “Kuharap kau sedikit bersabar! Merubah garis kebijakan perbaikan ekonomi, bukan seperti membalik telapak tangan dengan mudah! Kita harus bermain cantik, agar tidak terjerat dalam pasal-pasal dari konstitusi itu sendiri…”

    Tatsuya hanya mengangguk pelan saja. “Kuharap, kau tidak mengecewakanku…” ujar lelaki parobaya itu dengan datar, kemudian membungkuk sejenak lalu berdiri tegak dan berbalik melangkah me-ninggalkan tempat itu.

    Baru saja dia menggapai gagang pintu, panggilan Ryoma mem-buatnya mengurungkan niat dan kembali berbalik menatap pejabat tinggi negara tersebut.

    “Aku tahu, putriku berada dalam sekapanmu!” tukas Ryoma dengan ketus. “Kembalikan dia! Jangan sampai aku memerintahkan semua angkatan perang untuk mencarinya dan kujamin, kau akan me-nyesalinya seumur hidupmu!” ancam lelaki parobaya tersebut.

    Tatsuya kembai menghela napas lalu berbalik dan menggapai gagang pintu dan membukanya. Lelaki itu pergi meninggalkan ruang kerja sang perdana menteri.

    * * *

     

    Rosemary berlari-lari menyusuri jalan setapak yang membelah belantara hutan tersebut. Gadis itu tak tahu nama lokasi atau letak hutan ini. Namun dipastikan, penculiknya benar-benar membawa jauh dirinya dari Tokyo.

    Tiba-tiba langkahnya terhenti. Tatapannya nanar mengarah ke depan. Dihadapan gadis itu, berdiri seekor harimau besar, menatapnya penuh hasrat untuk memangsa.

    Rosemary meneguk ludahnya. Hewan itu sejenak menggeram lalu mulai melangkah mendekatnya. Perlahan, Rosemary menyurutkan langkahnya ke belakang satu persatu.

    AAAAUUUUMMM…

    Setelah memperdengarkan aumannya, harimau itu meloncat dan menerjang ke arah Rosemary. Seketika gadis itu berteriak dan me-mejamkan matanya.

    BUAGH!!!

    Nyaris saja, hewan itu berhasil menerkamnya, ketika sesosok makhluk tiba-tiba muncul dan menghantam macan tersebut dari arah samping. Harimau itu terlempar beberapa meter dan bergulingan beberapa kali hingga akhirnya bangkit lagi dan menatap sosok itu sambil menggereng marah.

    Rosemary membuka matanya mendapati Saburo Koga berdiri memunggunginya sembari menggenggam sebilah belati. Pemuda itu bersikap siaga menghadapi macan yang sudah dirasuk hasrat ingin memangsa.

    Saburo Koga mengaktifkan jurus karasu tengu no shisen. Kedua bola matanya memendarkan cahaya biru pucat keabu-abuan membuat macan yang berdiri beberapa meter dihadapannya kembali menggeram.

    “Kau tak apa-apa?” tanya Saburo Koga tanpa menoleh.

    “Aku tak apa-apa…” jawab Rosemary dengan gugup.

    AAAUUUUMMM…

    Sekali lagi harimau itu mengaum dan maju menerjang lagi. Kali ini Saburo lebih siap dan melemparkan tiga keping shuriken, mengenai tubuh hewan itu. Karena dirasuk keinginan untuk memangsa, harimau itu tidak menghiraukan rasa sakit akibat tertancap tiga benda ditubuh-nya.

    EEEEIIIYAAAAHHH…

    Diiringi teriakan kakegoe, pemuda itu maju mengayunkan belati, mengancam wajah si pemangsa. Macan itu mengibaskan cakarnya, menampar bilah sangkur yang diayunkan Saburo.

    Pemuda itu bergulingan ke depan lalu bangkit kembali menatap macan yang mendarat dengan empuk ditanah. Sekali lagi Saburo maju menyerang. Macan itu kini melupakan mangsa lamanya dan tergerak ingin menghabisi Saburo dengan penuh amarah.

    Macan itu mengamuk, sementara Rosemary hanya bisa me-nonton pertarungan itu sambil bergidik ngeri. Kadang dia memekik melihat macan itu berhasil melukai Saburo. Pemuda itu menggeram marah. Sekuat tenaga diayunkannya belati hendak menyayat kepala makhluk buas itu.

    Namun ayunan belati itu berhasil ditampar harimau tersebut membuat pisau itu terpental jauh dan menancap beberapa meter dari lokasi pergumulan. Macan itu menerjang Saburo dan berhasil membuat pemuda itu rubuh ke tanah.

    Rosemary kembali memekik melihat hewan itu mengayunkan cakarnya beberapa kali dan melukai dua lengan Saburo yang disilang-kannya didepan untuk melindungi wajahnya dari amukan hewan liar tersebut.

    RRRAAAAAARRRRGGHHH….

    Dengan jengkel, pemuda itu akhirnya mengarahkan seluruh inti prana ke pusatnya, dan mengerahkannya menjadi sebentuk gelombang longitudinal berkekuatan 118 Desibel dengan pancaran 8 Mhz yang keluar dari moncong mulutnya yang menguak lebar. jurus Bahana Penggetar Sukma!

    Macan itu terdorong ke belakang dan mendarat lembut ditanah. Namun nyata benar kalau semangatnya telah luntur akibat pengaruh jurus yang diteriakan Saburo. pemuda tersebut bangkit dan memasang sikap waspada dengan tatapan tajam jurus karasu tengu no shisen yang dipancarkan makin kuat.

    GRRRRR… AAAUUUMMM…

    Sejenak hewan itu menggeram lalu mengaum sekali lagi dan akhirnya berlari memasuki hutan. Saburo Koga menghela napas lega dan akhirnya terduduk lemas ditanah. Rosemary berlari mendapatinya.

    “Kau tak apa-apa?!” seru Rosemary dengan gugup mem-perhatikan keadaan Saburo yang terluka. Sebagian pakaiannya robek akibat cakaran hewan tersebut.

    Saburo Koga menenangkan deru napasnya yang memburu, kemudian mengambil posisi duduk bersila dan mulai menerapkan gaya semadi seishin teki kyoyo. Rosemary memperhatikan pemuda itu dengan seksama. Pemuda itu menerapkan metode yang dipelajarinya dalam kitab Kanrinseiyo karya pendahulunya, Izumi no Kami Mochizuki. Mulut pemuda itu komat-kamit membaca wirid.

    Gadis itu terperangah kaget bercampur kagum ketika menyadari luka-luka ditubuh pemuda itu perlahan-lahan mengatup dan akhirnya menyisakan keloid bekas cakaran. Tak lama kemudian perlahan Saburo membuka matanya dan menghembuskan napas panjang.

    “Alhamdulillah…” desis pemuda itu membuat Rosemary langsung mencuatkan alisnya.

    “Kamu beragama Islam?” tukas gadis itu.

    Saburo menatap gadis didepannya. “Kenapa kamu melarikan diri?” tukas pemuda itu.

    “Jawab dulu pertanyaanku!” tandas Rosemary.

    Saburo lama menatap Rosemary, lalu akhirnya mengangguk. “Ya, aku beragama islam…” ujarnya pada akhirnya.

    “Tapi kok, kau seorang ninja?!” tukas Rosemary lagi.

    “Memangnya kenapa?” tanya Saburo mengerutkan alis.

    “Apa kau membaca doa-doa shugendo dalam meditasi tadi?” pancing Rosemary. “Setahuku, bacaan doa selain itu terlarang dalam agamamu, kan?” tukasnya. Saburo menyadari gadis didepannya berotak cerdas. Pemuda itu menghela napas. 

    “Nggak… aku hanya menerapkan pola seishin teki kyoyo dalam meditasiku tadi, selebihnya aku membaca wirid-wirid dalam sebuah kitab karya seorang sufi bernama Umar Khayam.” tuturnya.

    “Umar Khayam?” tukas Rosemary. “Siapa dia?”

    “Seorang sufi yang hidup pada era Perang Salib…” jawab Saburo sembari bangkit dan melangkah mendekati tempat dimana Si Penebas Angin tertancap. Pemuda itu mencabut belati itu dan menyarungkannya kemudian menatap Rosemary. 

    “Kenapa kau melarikan diri?” tanya pemuda itu melangkah mendekati Rosemary yang berdiri canggung.

    “Ya, aku takut saja…” kilah Rosemary membela diri. “Jangan sampai di otakmu terbit pikiran kotor untuk…”

    “Enak saja bacotmu kalau ngomong ya?” sergah Saburo mem-buat Rosemary terlonjak kaget. “Biarpun kau telanjang didepanku, aku nggak bakal terhanyut!”

    “Kenapa kau membentakku?!” sergah Rosemary.

    “Memang kenapa?!” balas Saburo memelototkan matanya.

    “Kau berani membentakku?!” sahut Rosemary lagi.

    “Karena kau salah! Melarikan diri itu perbuatan salah!” tukas Saburo lagi dengan ketus.

    “Tapi kan aku hanya membela diri!” tangkis Rosemary.

    “Membela diri?! Apanya membela diri?!” sergah Saburo lagi. “Membahayakan dirimu sendiri hingga akhirnya menyebabkan aku terluka, itukah yang kau sebut membela diri?!”

    “Baiklah! Aku salah! Okey?!” seru Rosemary lalu memunggungi pemuda itu dan mengomel panjang-pendek.

    Sekali lagi, Rosemary terlonjak kaget saat Saburo Koga meraih pergelangan tangannya dan menyeret gadis itu menjauh dari tempat itu.

    “Lepaskan aku! Lepaskan aku!” teriak Rosemary meronta.

    “Diam!” sergah Saburo Koga lagi.

    Akhirnya dengan wajah memberenggut sambil mengomel-ngomel, Rosemary membiarkan dirinya diseret oleh Saburo Koga meninggalkan areal hutan tersebut. []

     

     

    Kreator : Kartono

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mendung Di Benteng Otanaha Bab 16

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021