KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mendung Di Benteng Otanaha Bab 17

    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 17

    BY 10 Sep 2024 Dilihat: 18 kali
    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 17_alineaku

    TAWARAN MENIKAH

    Kemunculan Rosemary menggemparkan para pasukan pe-ngawalan khusus tersebut. Pasalnya, gadis itu muncul dalam keadaan baik dan sehat. Para pengawal mengira Rosemary diperlakukan dengan sangat buruk oleh penculiknya.

    Naikaku Shorin Daijin, Ryoma Hasegawa bergegas keluar dari ruang kerjanya, didampingi Kaede, anak keduanya menuju luar bangunan, menyambut Rosemary yang datang.

    “Kau tak apa-apa, Nak?” ujar Ryoma sembari memeluk erat dan kemudian memperhatikan penampilan putrinya yang sedikit dekil, namun terlihat sehat dan baik-baik saja.

    “Aku sehat, tak kurang suatu apapun, Ayah…” jawab Rosemary dengan tenang lalu tersenyum sejenak menatap Kaede.

    “Kami semua sudah cemas.” ujar Kaede. “Aku bahkan segera menghubungi markas besar angkatan laut untuk menyuruh Chikaraishi pulang kembali ke Chiyoda!”

    Rosemary hanya tertawa saja lalu ketiga melangkah memasuki gedung. Dalam perjalanan itu, tiba-tiba Rosemary menatap ayahnya.

    “Dulu ayah selalu mendesakku untuk segera mencari pasangan untuk menikah…” cetus Rosemary tiba-tiba. Ryoma mengerutkan alis. 

    “Kok tiba-tiba kau mengungkit hal itu? Apakah kau sudah me-nemukan lelaki yang kau sukai?” tukas Perdana Menteri Jepang itu dengan senyum curiga.

    “Tentu saja… dia sangat cocok denganku…” sahut gadis itu dengan tenang. “Dia sangat berani. Pantas menjadi menantu keluarga Hasegawa!”

    “Siapa dia? Ayah akan memaksanya menikahimu dalam waktu dekat ini!” tandas Ryoma dengan senyum datarnya. Rosemary hanya tersenyum saja. Kaede ikut tersenyum melihat raut senyum misterius dibibir adiknya itu.

    * * *

     

    “Kau berhasil menjalankan tugasmu dengan baik, Saburo.” ujar Tatsuya mengapresiasi kinerja pemuda tersebut. 

    “Hasil perundingan menghasilkan kesepakatan yang meng-untungkan bagi kita.” sambungnya lagi. “Aku yakin, sekali ini Takehito Kemmu tak akan bisa leluasa menggerakkan fraksi Daikaku untuk memanipulasi kebijakan Kaisar Heiwa untuk keuntungan mereka sendiri…”

    Saburo hanya membungkuk datar menanggapi ucapan lelaki parobaya tersebut. Pemuda itu tidak lagi mengenakan seragam ninjutsu, melainkan mengenakan kemeja gakuran biru gelap berkenop besar disepuh chrom kuning emas dipadu celana panjang katun biru dan sepatu pantoufel. Rambutnya yang panjang sebahu sebagiannya di-kuncir dan sebagiannya dibiarkan terurai.

    “Tugasmu telah selesai…” ujar Tatsuya. “Sekarang, kau boleh kembali ke kediamanmu, di Shiga.”

    “Terima kasih, Tuanku…” sahut Saburo kali ini membungkuk takzim lalu menegakkan dirinya kembali dan melangkah meninggalkan ruangan tersebut.

    Tak lama sepeninggal pemuda itu, pesawat telepon yang meng-geletak disisi meja kerja Tatsuya berdering kencang. Lelaki parobaya itu mengambil gagang telpon dan mendekatkannya ke telinganya.

    “Ya, halo…” sahut Direktur Utama Kikuchiyo Group tersebut.

    * * *

     

    Meskipun kembali ke Shiga, Sandiaga tidak berniat mengunjungi kediamannya, Izumo no Kami Shimoyashiki. Pemuda itu justru meng-arahkan perjalanannya ke Otsu, mengunjungi biara Einryaku di Gunung Hiei. Tujuannya sudah pasti, menyambangi saudara sepupunya, Ryuzo Unno yang sementara melakukan bakti kaihōgyō untuk menyempurna-kan  ibadahnya sebagai seorang biksu petarung aliran Tendai.

    Kedatangannya disambut baik oleh Kepala Kuil. Siapapun akan berlaku hormat kepada pemuda itu. bagaimanapun, Sandiaga adalah keturunan langsung dari Izumi no Kami Mochizuki, pimpinan 53 klan Koga yang melegenda pada Perang Magari di era perang saudara, melalui galur ibunya. Dia juga cucu dari Keluarga Genkuro yang masih tergolong dalam klan kuno Genji Nimyo lewat galur kakek buyutnya. Selain itu, darah Raja-Raja Suwawa juga mengalir dalam diri pemuda itu melalui galur ayahnya.

    Oleh Kepala Kuil, Sandiaga dipandu menuju ruang minum teh. Tak lama kemudian diruangan itu muncul seorang lelaki yang berusia lima tahun lebih tua darinya dan terlihat begitu kekar, seakan-akan pakaian padri itu tak muat lagi ditubuhnya.

    Amithaba… Sancai…Sancai…” seru Ryuzo dengan senyum ter-kembang. “Lama kita tak berjumpa… bagaimana kabarmu, Sepupuku?” sapa biksu tersebut. Sandiaga bangkit dan langsung memeluk erat saudaranya tersebut.

    “Alhamdulillah… aku baik-baik saja…” jawab Sandiaga sembari menepuk-nepuk punggung lelaki kekar tersebut. “Dan kau, bagaimana ujian kaihōgyō yang kau jalani itu? apakah sudah rampung?”

    “Belum, Sepupuku…” jawab Ryuzo kemudian mempersilahkan pemuda itu agar kembali duduk.

    Sandiaga kemudian duduk bersila sedangkan Ryuzo memilih duduk dengan gaya za-zen dan meletakkan kedua telapak tangannya dikedua lututnya. Sejenak kemudian, Ryuzo kembali tertawa pelan dan menepuk-nepuk paha kanannya dengan lembut.

    “Kupikir kau di Gorontalo, memenuhi…” ujar Ryuzo.

    “Aku baru dari sana…” sela Sandiaga. “Tuan Shigeno me-manggilku untuk suatu urusan.”

    Ryuzo mengangkat alisnya lalu sejenak kemudian mengang-gukkan kepalanya. “Ya, mereka terpaksa memanggilmu… biasanya, aku atau Kaneko yang menjadi andalan beliau…”

    “Apa yang dilakukan Kaneko di Hongkong?” selidik Sandiaga.

    “Menjadi perpanjangan tangan Kikuchiyo untuk menjalin hubu-ngan dengan Chin-Bun-Tong.” jawab Ryuzo. “Tuan Shigeno berpikir bahwa untuk meluaskan pengaruh ke wilayah Asia timur, maka perlu diadakan kerja sama terstruktur dengan organisasi-organisasi Triad di-sepanjang semenanjung Pasifik Timur.” sambungnya.

    “Aku minta kepadamu untuk mengawasi para pesaing kita. Mereka mulai menggerogoti lahan milik Kikuchiyo dengan meman-faatkan pengaruh mereka di pemerintahan…” ujar Saburo sembari mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. 

    “Fraksi Daikaku mendukung semua pesaing-pesaing bisnis dari Kikuchiyo.” ujarnya dengan lirih, nyaris berbisik.

    “Aku akan menyelesaikan dulu separuh latihan batiniyahku ini… setelah itu aku akan meminta ijin Kepala Biara untuk turun gunung dan kembali ke Nagano, mengawasi segala tindak-tanduk mereka dari kuil Taisha, di Suwa “ sahut Ryuzo dengan tatapan serius.

    “Aku mengharapkan yang terbaik darimu, sepupuku.” timpal Saburo sembari mengangguk mantap diikuti pula oleh Ryuzo dengan anggukan kepala yang lebih mantap.

    * * *

     

    Sandiaga langsung memutuskan pulang kembali ke Indonesia melalui Bandara Kansai, setelah dari Otsu. Pemuda itu tak lagi berniat untuk melakukan apapun disana. Dalam perjalanan pulang itu, dia menghubungi kedua orang tuanya agar segera mengurus segala sesuatu tentang penetapan kewarganegaraannya. Kenzie menyanggupinya dan akan segera menghubungi pihak kehakiman untuk menyelesaikan urusan tersebut. Pemuda itu harus segera menanggalkan status avvi-davitnya dan sepenuhnya menjadi WNI.

    * * *

     

    Airina Yuki sedang sibuk meneliti semua berkas dari beberapa kontrak kerjasama ketika dia melihat sebuah panggilan tak dikenal di layar gawainya. Gadis itu mengangkat dan menjawab.

    “Assalam alaikum, PT. Buana Asparaga. Tbk, dengan Airina Yuki Lasantu. Ada yang bisa dibantu?” sapa Airina dengan sopan.

    “Hai, masih ingat aku nggak?” seru suara lelaki. Airina mengerut-kan alisnya lalu kembali tersenyum.

    “Maaf, dengan siapa saya bicara?” tanya presdir itu sekali lagi dengan sopan. Gadis itu kembali membaca arsip-arsip sambil mende-ngarkan lawan bicaranya berkata-kata.

    “Keterlaluan kamu. Baru beberapa hari kutinggalkan, kau sudah lupa.” tukas laki-laki itu. Airina memencong-mencongkan bibirnya, melampiaskan kekesalan lalu kembali mengatur senyum.

    “Maaf Pak. Mungkin salah sambung nih.” pancing Airina. “Kalau begitu, saya tutup telponnya ya?”

    “Ini aku! Eddy! Masa lupa sih?” tukas lelaki itu dengan suara meninggi. Airina tertawa tanpa suara lalu memperbaiki sikap dan men-jawab lelaki itu.

    “Ooo… Bapak ya? Maaf ya, soalnya nomor nggak dikenal. Jadi saya nggak tahu.” kilah Airina.

    “Boleh kita bicara tanpa formalitas apapun?” pinta Eddy.

    “Jangan Pak. Nanti istri Bapak marah lho…” goda Airina.

    “Sembarangan kamu! Tahu dari mana kalau aku sudah beristri?” tantang Eddy. Lelaki itu ketahuan belangnya.

    “Pokoknya dari sumber terpercaya deh…” balas Airina. Bagai-manapun, Buana Asparaga memiliki divisi intelijen bisnis yang mumpuni. Sekedar melacak jati diri seseorang, bukan hal yang sulit bagi Raffa Uriasi Nusa, pimpinan divisi PARALISIS. Lama hening suasana membuat Airina memancing lagi.

    “Halo? Bapak masih disana?” gertak Airina. “Kalau begitu, saya tutup ya?”

    “Tunggu! Bagaimana kalau kita ketemuan lagi?” pinta Eddy.

    “Lho? Buat apa?” tanya Airina.

    “Kurasa ada pasal-pasal dalam kontrak kita yang masih perlu direvisi.” kilah Eddy mengajukan alasannya.

    “Kayaknya nggak ada.” sanggah Airina. “Saya sudah periksa tadi.”

    “Tapi…”

    “Sudah deh Pak. Saya masih sibuk nih.” Pungkas Airina lalu me-mutuskan pembicaraan seluler itu dan mendengus kesal. Kembali layar menyala memperlihatkan panggilan dari Eddy, namun gadis itu tak menghiraukannya.

    Dasar bau keladi! Sudah punya istri, masih doyan daun muda… dasar pedofil nih orang… sebaiknya ku blokir saja ya?

    Airina tak sadar dalam dirinya terpancar aura yang membuat setiap lelaki manapun bertekuk lutut padanya. Sebagaimana kakaknya, Saburo yang selalu digandrungi setiap wanita. Mereka berdua memiliki aura flamboyan yang berasal dari darah Adnan Mardo Lasantu dan Tasuku Genkuro.

    * * *

     

    Inayah sudah bersiap-siap menjemput kekasihnya. Dengan pakaian yang pantas, jilbaber itu melesat menggunakan Roll-Royce meninggalkan kota, menuju Isimu, tepatnya Bandar Udara Internasional Jalaluddin Tantu.

    Kendaraan mewah itu melaju dan sesekali menyelip kendaraan-kendaraan lain. Jam telah menunjukkan pukul tiga petang, menjelang swastamita ketika Roll-Royce yang dikendarai jilbaber itu memasuki pelataran parkir bandara. Polwan itu bergegas keluar dari mobil dan melangkah santai memasuki terminal. Didepan sekuriti, gadis itu memperlihatkan tanda pengenal dan lencananya, membuatnya lolos dari protokoler pemeriksaan yang rumit.

    Di terminal itu, Inayah memperhatikan deretan kursi tunggu yang ramai. Dia melangkah dan mencari tempat kosong. Polwan itu me-nemukan kursi yang baru saja ditinggalkan seorang pengunjung. Dia duduk disana. Tak berapa lama seorang lelaki muncul lagi dan duduk disisinya. Polwan itu menoleh dan kaget. 

    “Bang Faris? Kok disini?” tanya Inayah, “Ada yang dijemput?”

    Ipda Faris menatap jilbaber itu lalu mengangguk. “Iya. Adikku mau datang dari Surabaya.” Opsir itu mengamati Inayah. “Lagi nunggu siapa?”

    “Calon suami saya…” jawab Inayah dengan tersipu. “Sore ini dia akan tiba dari jepang…”

    “Calonmu itu kerjanya apa?” selidik Faris.

    “Atlit MMA…” jawab Inayah. Faris mengangguk-angguk. Lelaki itu lalu bertanya. 

    “Kalau adiknya… siapa ya, namanya?” laki-laki itu berlagak me-ngingat-ngingat. Inayah langsung tertawa. 

    “Alaaa… Bang! Kalau naksir, bilang saja. Pake nanya nama segala. Iyun sudah tahu!” tohoknya.

    Faris tertawa. “Ya, aku ngaku… siapa sih namanya?”

    “Airina Yuki, mahasiswi program magister ekonomi tingkat akhir.” Jawab Inayah. Laki-laki itu tersenyum-senyum.

    “Bang! He mo hayali wolo (lagi mengkhayal apaan)?” goda Inayah mengagetkan Faris. Inspektur polisi itu gelagapan. 

    “Hah? Apa? Oooo… nggak… hanya mikir, kapan sampainya adikku itu.” kilah Faris lagi.

    “Ku comblangi ya?” goda Inayah. “Asali ja pukako… (asal jangan penakut.)” oloknya dengan senyum jenaka, setengah mengolok dan menantang kakak tingkatnya.

    “Memangnya aku siapa, nanti dicomblangi?” sanggah Faris.

    “Dia itu susah didekati, Bang.” ujar Inayah. “Temboknya tinggi…”

    Faris hanya tertawa menanggapi penuturan gadis itu.

    “Segera diambil Bang.” Hasut jilbaber itu. “Yuki itu banyak penggemarnya lho. Paling banyak relasi bisnis, pengusaha kawakan yang usianya separobaya… auranya kuat benar.”

    “Wah, kayaknya menantang ya?” tukas Faris.

    Tak lama yang ditunggu tiba juga. Seorang gadis yang usianya sekitar dua puluh lima tahun muncul melambaikan tangan ke arah Faris. Laki-laki itu bangkit.

    “Itu adikku…” kata Faris.

    Gadis itu tiba dihadapan mereka dan langsung menyeletuk. “Kakak kalau punya pacar, bilang-bilang dong.”

    “Sembarangan saja kalau ngomong!” sembur Faris dengan galak. “Ini rekan sejawat Kakak! Dia dua hari lagi mau nikahan!”

    “Oooo… kirain nikahnya sama Kakak.” Balas gadis itu lalu men-jabat tangan Inayah. 

    “Saya, Winda Bulotio, adiknya… mahasiswi semester tiga Univer-sitas Airlangga.” ujarnya memperkenalkan diri.

    “Bripka Inayah Amalia Ali…” balas Inayah.

    “Kakak bisa carikan jodoh untuk kakak saya?” usul Winda. “Soalnya dia…”

    Gadis itu tak sempat bicara lagi sebab keburu dibekap oleh Faris. Lelaki itu tersenyum kikuk.

    “Kelihatannya kami harus pergi. Maaf sudah mengganggu…” ujarnya memaksa Winda meninggalkan Inayah.

    Jilbaber itu duduk kembali. Dia mengutak-atik fitur digawai-nya. Tak lama kemudian terdengar deru pesawat mendarat dilandasan. Inayah mengangkat tangan memperhatikan waktu di arlojinya.

    Tak lama kemudian seseorang nampak duduk disisi Inayah yang terlihat cuek, masih sibuk mengutak-atik fitur digawainya. Namun ke-beradaan orang disisinya dirasakannya mengganggu. Jilbaber itu me-noleh dan terkejut.

    “Kenapa? Baru lihat hantu ya?” komentar Sandiaga.

    “Ayank!” seru Inayah langsung memeluk lelaki itu dalam posisi duduk. “Aku kangen bingits!!!”

    Sandiaga hanya tersenyum dan balas memeluk gadis itu dengan mesra. Tangan pemuda itu membelai-belai punggung calon istrinya.

    “Kamu curang!” rajuk Inayah dengan manja. Sandiaga melepas-kan pelukan jilbaber itu dengan lembut.

    “Ayo kita pulang…” ajak Sandiaga.

    “Nggak mau.” tolak Inayah dengan manja. “Aku masih panas dalam…” rengeknya dengan centil. Sandiaga hanya tersenyum lalu memagut bibir ranum jilbaber itu agak lama lalu melepaskannya lagi. 

    “Sekarang sudah nggak, kan?” oloknya.

    “Sedikit…” ujar Inayah dengan senyum nakal.

    “Ayo…” ajak Sandiaga.

    Keduanya bangkit dan melangkah bergandengan tangan mening-galkan terminal bandara itu.[]

     

     

    Kreator : Kartono

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mendung Di Benteng Otanaha Bab 17

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021