KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mendung Di Benteng Otanaha Bab 28

    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 28

    BY 21 Sep 2024 Dilihat: 223 kali
    Mendung di Benteng Otanaha Bab 28_alineaku

    HASRAT DALAM SETANGKUP HARAPAN

    Kediaman al-Katiri, pukul 10 a.m. WIB…

    Airina menatap mansion unik itu. Atapnya didesain berbentuk gonjong mirip rumah adat keluarga Pagaruyung. Sebuah mahakarya arsitektur yang memadukan cita rasa modern dan tradisional. Airina menetapkan hati dan melangkah menyusuri jalanan yang menghampar di halaman luas itu lalu menaiki beranda dan mengucap salam.

    “Assalam alaikum…” sapa Airina.

    Tak lama kemudian seorang wanita muncul dan menyambutnya dengan hormat. “Gadih ratu dari Buana Asparaga?”

    Gadih ratu?” gumam Airina dengan heran. Dia kemudian menjelaskan kedatangannya. 

    “Saya, Airina Yuki Lasantu, Deputi Direktur Pusat PT. Buana Asparaga, Tbk., datang menghadap Pak Akram William al-Katiri dari MLT. Group. Apa beliau ada?” tanya gadis itu.

    Wanita itu tersenyum dan membungkuk hormat. “Mari masuk, gadih ratu.”

    Airina didampingi wanita itu masuk kedalam ruangan. Disana, ternyata duduk seorang wanita parobaya mengenakan pakaian jenis batabue yang dihias salempang dari kain tenunan batak. Sebuah dokoh melingkar dilehernya dan beberapa galang menghiasi pergelangan lengannya.

    Airina terpana sejenak menyadari betapa tajamnya tatapan wanita paruh baya itu. Perbawa yang dimiliki wanita itu begitu kuat membuat Airina tanpa sadar mengaktifkan aura sakti Kyu In no Ki miliknya. Kedua kornea matanya sontak berubah warna dari coklat tua ke biru pucat keabu-abuan. 

    Jurus Karasu Tengu no Shisen

    Wanita itu lalu menyungging senyuman tipis. “Duduklah, Nak…” pintanya.

    Airina tersentak. Jurus genjutsu di matanya buyar seketika. Pancaran aura Kyu In no Ki serasa tak memiliki efek apapun. Gadis itu menyerah dan membungkuk dalam, lalu melangkah maju dan duduk di sofa. Airina lalu menyunggingkan senyum.

    “Maaf, Bu… saya, Airina Yuki Lasantu dari…” ujar Airina mem-perkenalkan diri.

    “Buana Asparaga… kamu anaknya Kenzie Lasantu…” sela wanita itu dengan tenang dan disertai senyum bijak. Airina tersenyum dan mengangguk-angguk.

    “Aku, Syafira al-Katiri, pimpinan Korporasi Dagang al-Katiri… mamanya, Akram…” ujar wanita itu, membuat Airina jadi canggung dan menundukkan wajahnya. Syafira tersenyum lalu pindah duduk disisi Airina. Wanita itu membelai rambut gadis itu.

    “Aku tak menyangka… Chiyome punya putri secantik ini…” puji Syafira membuat Airina tersipu. “Aku harus mendamprat mamamu kalau begini… Berani benar dia menyembunyikan anak perempuannya dariku…”

    Airina mengangkat wajahnya dan menyunggingkan senyum. “Bunda… kenal dengan Mama?” desisnya lirih.

    Syafira tertawa. “Sesama petarung pasti saling kenal, Airina…” ujar wanita itu lalu mengangguk-angguk dan bertanya lagi. “Sejak kapan kenal sama Akram?”

    “Belum lama Bunda…” jawab Airina. “Kami kenalan di acara Indonesian Grand Expo 2051.”

    “Bagaimana pandanganmu tentang anak itu?” pancing Syafira. Airina menarik napas. 

    Wah, mulai nggak benar ini… apa sih maunya kumbang air itu? Berlindung di balik mamanya… banci!!!

    Gadis itu tersenyum. “Bagaimana saya menjawabnya Mande?” balas Airina.

    “Menurut kamu…” pinta Syafira.

    Airina diam saja menimbang-nimbang. Berkali-kali gadis itu menundukkan kepala dan menarik napas panjang. Syafira tersenyum dan mengangguk-angguk.

    “Kamu takut mengatakan kejujuran… kamu terlalu memandang tinggi Bunda, ya?” pancing Syafira. Airina kaget dan menatap wanita paruh baya itu.

    “Bunda paham. Jangan dipaksa.” kata Syafira.

    Airina tersenyum canggung. “Bisa Mande panggilkan Akram? Saya dan dia ada pertemuan penting membahas…”

    “Aku sudah di sini sejak tadi,” sela Akram yang sudah bersandar di tiang pintu. “Kamu saja yang nggak menyadarinya.”

    Syafira langsung berdiri. “Silahkan kalian lanjutkan pertemuannya.” Syafira sejenak menatap putranya. Akram tersenyum saja. 

    Indak Mande…” jawab pemuda itu. “Mande tenang se lah… Ambo ndak ka manga-manga gai do Mande… (Mama tenang saja, aku nggak akan ngapa-ngapain kok.)”

    Rancak la nak ko mode tu…(Bersikaplah santun)” tegur Syafira sekaligus mengingatkan. “Jan sampe ang mangarojoan hal-hal nan mambuek malu… (jangan melakukan perbuatan yang mengundang aib.)”

    Akram tersenyum lagi dan mengangguk. Wanita itu lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Sepeninggal Syafira, pemuda itu melangkah santai setengah santuy, memasukkan kedua tangannya ke kantong celana pendeknya. Benar-benar penyambutan yang tak sopan menurut-nya saat mengamati pakaian kasual yang dikenakan Akram. Gadis itu melengos dan mendengus.

    “Mengapa kamu pakai pakaian se-formal itu?” tukas Akram menatapi pakaian resmi yang dikenakan Airina. Gadis itu balas menatap Akram.

    “Kupikir ini pertemuan resmi dan formal.” balas Airina. “Aku tak menyangka disambut seorang badut sirkus berkaos oblong dan bercelana pendek. Dasar, tidak beretika.” gerutunya.

    Akram tertawa lalu duduk didepan Airina dan bersikap makin santuy membuat gadis itu makin kesal.

    “Bisa kita mulai pertemuannya?” tanya Airina dengan datar.

    “Silahkan.” sahut Akram sembari menyilangkan kakinya, sengaja memperlihatkan dengkulnya yang berbulu. Airina sejenak menarik nafas lalu menyungging senyum sopan. 

    “Apa ada perubahan kesepakatan?” tanya gadis itu. Akram hanya mengangkat bahu.

    “Bagian mana dari pasal-pasal kontrak itu yang akan di addendum?” tanya Airina lagi. Akram justru tersenyum nakal dan me-ngembangkan tangannya ke atas.

    “Nggak ada…” jawabnya enteng.

    “Pak Akram Williams! saya tidak main-main!” tegur Airina.

    “Jangan panggil saya Pak. Panggil saja namaku.” sahut Akram masih tersenyum nakal lalu sedikit mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya agak dekat dengan wajah Airina Yuki. 

    “Supaya lebih intim…” sambungnya dengan nada lirih.

    “Jika nggak ada yang dirubah, ngapain kamu mengirim undangan resmi begitu?” tukas Airina berupaya menahan emosinya. Suaranya dibuat sedatar mungkin, jangan sampai meninggi. Ini kediaman pribadi, bukan kantor perusahaan.

    “Aku hanya ingin bertemu denganmu.” jawab Akram lagi. “Aku kangen.”

    BLUK!!!

    TAP!!!

    Airina yang emosi tiba-tiba melempar tasnya ke arah Akram. Untungnya, pemuda itu dengan sigap berhasil menangkapnya dan meletakkan tas itu disisinya.

    “Kamu itu kalau marah tambah seksi, deh.” goda Akram lagi. Airina berdiri. 

    “Maaf, saya harus pergi.” ujarnya dengan datar. Akram pun berdiri. 

    “Nggak bisa begitu dong!” protesnya.

    Namun pemuda itu kemudian terkejut melihat semburat merah di wajah gadis itu. Mata Airina sudah basah dan gadis itu menggigit bibirnya dengan gemetar pertanda menahan emosi yang nyaris meluap.

    “Aku… aku benci kamu…” ujar Airina dengan lirih, nyaris berbisik.

    Akram mendesah. Keduanya berdiri saling berhadapan tanpa bergerak. Pemuda itu akhirnya mengulurkan tangan.

    “Ikutlah denganku.” pintanya dengan lembut.

    “Aku nggak mau.” tolak Airina dengan lirih, menahan kuat emosinya yang membuncah. “Aku hanya ingin pulang.”

    “Nanti kuantar kau pulang.” sahut Akram.

    Airina masih diam dan akhirnya air matanya menyusut dengan jemari lentiknya. Akram lalu meraih lengan gadis itu dan menariknya setengah paksa meninggalkan ruangan. Di kamar pribadinya, Syafira mengamati adegan itu melalui CCTV. Wanita itu tersenyum dan mengangguk-angguk.

    * * *

     

    Akram Williams al-Katiri membawa Airina Yuki ke laboratorium-nya. Anehnya, gadis itu mau saja mengikuti langkah pemuda itu, padahal dia begitu arogan. Meskipun begitu, ketika mengamati laboratorium itu, Airina tak terlihat terkesan. Di tengah ruangan, terdapat purwarupa armor WM 01 yang pernah dipamerkan di Indonesian Grand Expo 2051 dan sementara sedang dilakukan penyempurnaan. Di sisi ruangan, ada sebuah meja dengan layar holografis yang memperlihatkan bagian-bagian dalam armor yang sementara sedang diperbaiki.

    “Mengapa kau membawaku ke sini?” tanya Airina.

    Akram membiarkan Airina mengamati purwarupa WM 01 itu sementara dia melangkah ke meja dengan layar holografis.

    “Temani aku menyelesaikan proyekku.” pinta Akram lalu melakukan program reaching pada tombol-tombol thermoglass di kaca meja. Airina menatap pemuda yang sementara sibuk itu. Merasa diperhatikan, Akram menoleh menatap Airina dan menegakkan tubuhnya. 

    “Aku serius…” ujarnya lalu tersenyum nakal. “Aku lebih konsentrasi kalau ada kamu di sisiku.”

    Airina mendengus. Pemuda itu tersenyum lagi lalu memberikan perintah kepada piranti kecerdasan buatannya. “Arkham, berikan akses program pada Nona Airina. Dia akan membantu kita menyelesaikan proyek Wijayawarman…”

    “Akses diberikan…” sahut kecerdasan buatan itu. “Silahkan tempelkan kelima jari pada finger print.” 

    Akram mempersilahkan gadis itu untuk melakukan perintah yang diminta. Gadis itu menghela nafas sejenak lalu melangkah menuju meja panel dan menempelkan kelima jarinya di wadah pengenal sidik jari.

    TIIIIIT…. TUUUUUUT… TINGGG!!!

    “Proses scanning selesai. Selamat datang Airina Yuki Lasantu.” sapa kecerdasan buatan itu.

    “Terima kasih, Arkham.” balas Airina tersenyum manis.

    “Kamu paham kode binary dan Sim-One?” tanya Akram.

    “Ya…” jawab Airina.

    “Bagus… Bantu aku…” pinta Akram sembari menunjuk papan keyboard yang terdapat pada meja pendek dekat purwarupa WM 01.  Airina melakukan apa yang dipinta oleh pemuda itu dan tanpa sadar dia tenggelam dalam kesenangan barunya.[]

     

     

    Kreator : Kartono

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mendung Di Benteng Otanaha Bab 28

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021