KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mendung Di Benteng Otanaha Bab 8

    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 8

    BY 10 Sep 2024 Dilihat: 7 kali
    Mendung Di Benteng Otanaha Bab 8_alineaku

    MENGAWAL SEBUAH NEGOISASI

    Sandiaga mematut-matut dirinya dicermin. Pemuda itu sedang memantaskan dirinya. Kemeja hitamnya terlihat keren membalut kaos jaringnya. Sementara bawahannya, pemuda itu mengenakan celana taktis hitam dipadu dengan sepatu lars gaya punkers. Setelah merapikan rambutnya, pemuda itu mengayun langkah keluar dari kamarnya.

    Setibanya diruang keluarga, baru saja Sandiaga hendak me-langkah terdengar panggilan ibunya. Sandiaga berhenti dan menoleh. Azkiya mendatangi putranya. Sejenak wanita parobaya itu mengamati penampilan putranya. Alis wanita berkhimar panjang itu mencuat sedikit.

    “Kamu kenapa pakai pakaian seperti ini?” tegur Azkiya.

    “Ya, untuk menghilangkan kecurigaan, Ma…” tangkis Sandiaga sambil tersenyum santai.

    “Memangnya adikmu itu, target pembunuhan nanti diawasi seperti itu?” tukas Azkiya mengerutkan alisnya kembali.

    “Lho? Ini Papa yang merintah aku…” tangkis Sandiaga. “Mama kan juga tahu, bagaimana protektifnya Papa sama yuki-onna satu itu?”

    Azkiya hanya menarik napas dan mendesah saja lalu mengi-baskan tangan meminta Sandiaga agar segera berlalu. Pemuda itu kembali mengayunkan langkahnya menuju serambi samping rumah. Honda CB19-V5 kesayangannya terparkir disana. Sandiaga menaiki kendaraan tersebut, menyalakan mesinnya dan beberapa menit kemudian, kuda besi itu melaju meninggalkan Kediaman Lasantu.

    * * *

     

    Mobil perusahaan PT. Buana Asparaga, Tbk berjenis Lexus LM 566H silver membawa Airina Yuki melaju membelah jalanan menuju wilayah timur Kota Gorontalo. Dewi Basumbul, sekretarisnya sendiri yang menyupiri, sedang sang deputi duduk dibelakang memeriksa beberapa berkas penting.

    Relasi mereka kali ini adalah PT. Manguni Jaya yang dipimpin seorang lelaki Minahasa bernama Eddy Rumampouw. Orang itu mengi-nap disalah satu hotel yang akan didatangi Airina Yuki.

    Lexus LM 566H itu membelok ke sebuah hotel kecil yang terlihat asri dan berhenti didepan bangunan itu. Airina Yuki keluar bersamaan dengan Dewi Basumbul. Gadis itu menyerahkan berkas-berkas itu kepada sekretarisnya. Mereka disambut oleh resepsionis. 

    Airina Yuki duduk disalah satu sofa diruang loby itu. Dewi Basumbul memberitahukan maksud kedatangan mereka. Resepsionis itu mengangguk-angguk lalu menghubungi Eddy Rumampouw di suitenya.

    Airina sendiri sudah mengetik beberapa kalimat pada aplikasi chatting, setelah itu, dia menyimpan gawainya di saku dalam jasnya. Tak berapa lama, seorang lelaki berusia 35 tahun muncul dan mendekati dua wanita yang duduk diruang lobi.

    “Airina Yuki?” panggilnya.

    Seorang gadis muda berdiri dan menyalami presdir PT. Manguni Jaya itu kemudian memperkenalkan sekretarisnya.

    “Ini sekretaris saya, Dewi Basumbul, akan mempresentasikan semua program rancangan kerja sama kita.” sahut Airina Yuki mem-perkenalkan Dewi Basumbul kepada Eddy Rumampouw.

    Airina Yuki sedikit mengerling ke pintu yang membuka dan menampakkan seorang lelaki berusia 25 tahun mengenakan kemeja hitam dan celana taktis hitam melangkah santai ke lobi dan duduk dengan acuh sambil memesan secangkir kopi. Lelaki itu duduk tak jauh dari mereka.

    Dewinta Basumbul, wanita berlidah emas yang selalu membawa keberuntungan bagi PT. Buana Asparaga, Tbk itu tampil mempresentasi-kan program rancangan kerja sama antara dua perusahaan tersebut. Sejak era kepemimpinan Kenzie di perusahaan itu, Dewi Basumbul merupakan aset paling berharga, sehingga lelaki itu mengupayakan bagaimana caranya mengikatnya secara penuh terhadap perusahaan itu.

    Sementara mendengarkan presentasi yang dipaparkan sekretaris itu, Eddy Rumampouw rupanya sesedikit mencuri-curi pandang kepada Airina Yuki yang tengah fokus mendengarkan presentasi itu. Tatapan presdir PT. Manguni Jaya itu tak lepas dari pengamatan lelaki berkemeja hitam yang duduk tak jauh dari mereka.

    Dewi Basumbul telah menyelesaikan presentasinya. Eddy Ruma-mpouw lalu mengangguk-angguk dan tersenyum. “Kelihatannya, kerja sama ini akan membawa angin baik bagi perusahaanku…”

    “Terima kasih, Pak Eddy…” sahut Airina Yuki melemparkan senyum flamboyannya membuat Eddy langsung terkesima. 

    Gadis itu menyodorkan berkas dan pulpen agar lelaki Minahasa itu segera menandatanganinya. Terperangkap dalam kekagumannya terhadap Airina Yuki, membuat Eddy langsung menandatangani berkas kerjasama itu.

    “Bisakah kita mengadakan pertemuan yang kedua?” pinta Eddy tiba-tiba. Sejenak Airina menimbang-nimbang lalu mengangguk me-nyanggupi.

    “Bisa…” jawab Airina Yuki.

    “Tapi kali ini bukan sebuah pertemuan bisnis…” sambung Eddy dengan senyum yang selalu terulas.

    Airina Yuki paham maksud lelaki itu. Disampingnya, Dewinta me-nyembunyikan senyumnya. Sebelia itu, sang deputi kembali digilai orang. Eddy adalah lelaki ke 98 yang terpesona dengan kecantikan gadis itu. Airina Yuki menghela napas sejenak lalu memaksakan senyumnya. 

    “Bapak tentukan saja…” sahut gadis itu.

    “Kalau besok, bagaimana?” usul Eddy. Airina Yuki tersenyum dan menggeleng. 

    “Besok saya nggak bisa.” Jawabnya.

    “Kenapa?” tanya Eddy.

    “Saya harus menghadap dosen, menyerahkan disertasi..” jawab Airina Yuki. Eddy terhenyak kaget. 

    “Kamu… semuda ini…” tukasnya tak percaya.

    Airina Yuki kembali tersenyum. “Anda nggak menyangka?”

    “Berapa sih usiamu? Kayaknya masih muda…” selidik Eddy lagi. Airina Yuki tersenyum lagi. Gadis itu berdiri, tak menanggapi pertanya-an lelaki tersebut. 

    “Kalau begitu, saya pamit bersama sekretaris saya…. Mengenai pertemuan itu, silahkan anda sesuaikan dengan jadwal saya…” ujar Gadis itu kemudian mengangguk hormat lalu berbalik meninggalkan Eddy yang diam termangu. Dewi Basumbul mengirim file tentang jadwal kerja atasannya lalu berbalik melangkah menyusul Airina Yuki.

    Sementara lelaki berkemeja hitam itu langsung meletakkan selembar uang sepuluh ribu dimeja lalu bangkit tanpa menyentuh kopi itu. Dia melangkah keluar dari lobi tepat ketika Dewinta Basumbul baru saja keluar menyusul atasannya.

    * * *

     

    Inayah baru saja memasuki rumah dan menjejaki ruang tamu, ketika Saripah muncul dan memanggilnya. Dengan malas, gadis itu membalas panggilan ibunya lalu duduk dengan lesu di sofa panjang ruang tamu. Saripah ikut duduk di sisi anaknya.

    “Eh, sebentar sore, keluarga Lasantu akan menyambangi kedi-aman kita…” ujar Saripah. “Nanti kamu jangan kemana-mana dulu.”

    Inayah sejenak menguap lalu melepaskan holster yang me-nyelimuti pistol revolvernya, kemudian meletakkan benda itu di meja. Dengan mata yang sayu, gadis itu mengangguk.

    “Umma nggak kuatir… Iyun nggak kemana-mana sekarang.” jawab gadis itu lalu menguap lagi. Saripah mengangguk dan tersenyum.

    “Ya sudah… kalau begitu, beristirahatlah…” ujarnya hendak bangkit, namun ditahan lagi oleh putrinya.

    “Umma… aku mau nanya nih…” ujar Inayah membuat Saripah urung bangkit dan kembali duduk lalu mengangkat alisnya me-merintahkan putrinya untuk mengungkapkan rasa penasarannya. Sejenak Inayah menarik napas lalu menatap ibunya. 

    “Ma, mengapa sih Sensei menangis saat melihat hidangan buatan Umma?” tanya gadis itu. Saripah sejenak mengangguk lalu bertanya. 

    “Tapi, Umma mau tanya dulu… apakah gurumu itu, tersenyum seperti ini…” ujar Saripah menirukan seringai ginsul yang kadang dinampakkan Azkiya, “Saat menerima hidangan itu?” 

    “Setelah beliau mencicipinya…” jawab Inayah.

    “Insya Allah… semua akan berjalan sebaik-baiknya…” sahut Saripah kemudian tersenyum.

    “Umma… Umma belum menjawab pertanyaanku…” tuntut Inayah dengan wajah meberenggut. Saripah sejenak mendesah lalu menerawang. 

    “Ada kisah pilu dibalik hidangan itu…” ujarnya memulai tutur. Inayah kemudian berbaring dan menyandarkan kepalanya dipangkuan ibunya.

    “Dulu, nama gurumu adalah Chiyome Mochizuki…” tutur Saripah memulai kisahnya sambil membelai-belai kepala Inayah yang dibalut jilbab. “Dia adalah seorang raja petarung sewaktu di Tokyo, dikenal dengan nama ‘Shi no hana’ atau kembang maut…”

    “Wah, nama Sensei keren juga ya?” komentar Inayah lalu tertawa pelan. Saripah sejenak tertawa lalu kembali berkisah.

    “Kamu tentu sudah banyak melihat, gurumu sering menatap figura besar di ruang keluarga itu, kan?” pancing Saripah lagi. Inayah hanya mengangguk.

    “Nah, mungkin kamu penasaran dengan dua orang yang berdiri disisi Bapu Adnan, dekat Oom Kenzie?” pancing Saripah.

    “Mereka berdua itu siapa sih, Ma?” tanya Inayah.

    Wanita itu adalah kakak serahim dari gurumu. Beliau adalah Aisyah Fatriana Lasantu, putri dari Bapu Adnan dengan ibu dari guru-mu…” tutur Saripah.

    “Wah, berarti secara umum, Oom Kenzie sama Sensei, dan Tante Aisyah itu saudara, dong!” celetuk Inayah.

    “Bisa dikatakan begitu.” ujar Saripah, lalu mulai menutur lagi. “Dulu, Tante Aisyah yang mengajari guru kamu itu memasak pilitode. Hidangan itu sudah menjadi kegemaran gurumu, saat dia masih tinggal di Jepang, karena sering dimasakin oleh Oma Fitri.”

    “Terus, Ma?” desak Inayah lagi.

    “Kematian Tante Aisyah dan suaminya, Oom Bakrie dalam se-buah insiden yang tragis, membuat gurumu kelepasan sisi kelamnya dan membantai pembunuh itu di Hutan Tumolata. Abahmu dan Oom Kenzie yang berupaya mencegah, tak mampu melakukannya. Meskipun tindak-an yang dilakukan gurumu termasuk dalam pencegahan preventif pem-belaan diri karena menolong Iptu Ekoriyadi Siregar dan dua opsirnya dari ancaman tembakan yang hendak dilayangkan Stefan, toh, beliau tetap dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun…” tutur Saripah.

    Tanpa disadari wanita itu, penuturannya dianggap Inayah seperti dongeng pengantar tidur. Gadis itu tertidur lelap dipangkuan ibunya. Saripah terus saja menutur.

    “Sejak saat itu… gurumu tak lagi menyentuh dan memasak makanan itu. itulah sebabnya, Umma mengirimkan hidangan tersebut agar hatinya terbuka dan mau menerima takdir yang menyelimuti ke-hidupannya….” pungkas Saripah sambil tersenyum dan menatap putrinya.

    Sejenak senyum itu lenyap melihat sang putri sudah terlelap dalam pangkuannya. Saripah menggelengkan kepalanya dengan pelan dan kembali tersenyum. Setelah membelai kepala Inayah, wanita parobaya itu menyingkirkan kakinya dan meletakkan kepala Inayah di sofa. Saripah membiarkan polwan yang kelelahan itu tertidur dengan nikmat di ruang tamu tersebut.

    * * *

     

    “Mengapa kau membiarkan dia mengintimidasimu?” tegur Sandiaga yang duduk santai disofa, sedangkan Airina Yuki duduk dikursi kerjanya. Ruangan deputi direktur itu ditata sedemikian apik. 

    Meja kerja besar berbahan kayu yang dilapisi kaca termoglas sengaja dipesan khusus dari Jepang. Selain berfungsi sebagai meja kerja, juga menyimpan database digital perusahaan. Kursi kerjanya memiliki sandaran punggung yang tinggi. 

    Dibelakangnya, di dinding tertata buffet yang menyimpan arsip-arsip dan diatasnya dihiasi sebuah jambangan yang ditumbuhi kembang Spathiphyllum Dan sebuah katanakake yang menyangga dua bilah pedang, katana dan wakizashi yang dihiasi ornamen indah. Wallpaper pada dinding membentuk logo berbentuk daun asparaga dalam ling-karan globe – logo resmi dari PT. Buana Asparaga Tbk.

    “Apakah kau melupakan ajaran Mama?” tegur Sandiaga lagi.

    Airina Yuki tak menanggapi teguran kakaknya. Gadis itu hanya memutar-mutar kursinya pelan dan menatap jendela yang mem-proyeksikan pemandangan kota Gorontalo.

    Sandiaga membuka dua kenop kemejanya, membiarkan bagian kecil dari rajahan irezumi didadanya yang terbalut kaos jaring itu nampak. Lelaki itu merogoh saku kemejanya, mengeluarkan bungkus rokok lalu menarik sebatang rokok dengan bibirnya. Lelaki itu meng-gunakan korek gas Zippo untuk menyulut batang tembakau itu.

    “Sejak kapan Ni-Chan jadi perokok begini?” komentar Airina Yuki dengan datar. Sandiaga menyimpan korek gas disaku. 

    “Sejak muda aku terbiasa mengisap rokok… hanya saja aku nggak pernah memperlihatkannya padamu…” jawab lelaki itu lalu bangkit lalu menatapi adik perempuannya dengan sorot tajam.

    “Jangan pernah membiarkan lelaki itu menguasaimu… dunia bisnis itu curang, apalagi ditambah kesepakatan yang curang…” pesan Sandiaga lalu berbalik meninggalkan ruangan tersebut. Airina Yuki hanya menatap punggung kakaknya yang menghilang dibelokan. Dia men-dengus.

    “Aku hanya mengikuti alurnya saja…” gumam Airina Yuki pelan dan dingin. “Kalau Eddy berpikir, dia bisa mendapatkan semuanya dengan mudah… dia salah besar…” 

    Gadis itu bangkit lalu melangkah mendekati dinding kaca yang memproyeksikan pemandangan kota Gorontalo. tatapannya tajam me-ngedar bagaikan seekor elang yang mengintai mangsa dari angkasa.

    Perlahan nan pasti kedua mata Airina Yuki memendarkan larik-larik cahaya biru ke abu-abuan, makin lama makin jelas. Jurus Karasu Tengu no Shisen…[]

     

     

    Kreator : Kartono

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mendung Di Benteng Otanaha Bab 8

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021