Hari kedua peserta didik belajar mengenai manfaat menanam. Mereka diajak ke kebun sekolah. Di sana
mereka memperhatikan bagaimana gunung atau bukit yang tidak memiliki tanaman.
Tiba-tiba datang hujan apalagi hujannya besar disertai kilat. Tanah yang tadinya kokoh sedikit-sedikit
tanah tersebut turun ke bawah. Karena tidak ada penahan, maka terjadilah longsor. Apalagi kalau di kaki
gunung tersebut ada rumah. Tak terbayangkan pastinya duka melanda.
Untuk menghindari itu semua. Mulai sekarang harus rajin menanam. Begitu juga gunung tidak boleh
ditebang pohonnya. Untuk menghindari terjadinya bencana alam.
Setelah praktik anak-anak diajak komunikasi lewat tanya jawab. Mereka antusias sekali. Bisa memahami
bagaimana kalau dataran tinggi tidak ada pohonnya terutama ketika datang musim hujan.
Setelah praktek mereka masuk ke kelas masing-masing dengan membawa pengalaman melihat dan
merasakan pembelajaran tersebut. Tidak lupa mencuci tangan dan merapikan sandal yang barusan
dipakai.
Mereka diberi kesempatan untuk minum. Setelah istirahat sejenak melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu
merefleksi apa yang mereka lihat dan mereka lakukan melalui menggambar.
Apa yang dilakukan ternyata sangat menyenangkan. Ketika diberi waktu untuk menggambar dengan
suka ria mereka bilang, “Asyiik menggambar!”
Ada juga yang bertanya, “Bu guru, gunungnya gundul yah?”
“Becul-becul!” jawabku sambil senyum dan memberikan jempol.
Namanya peserta didik kelas satu, tentu dari segi gaya bicara harus mengikuti gaya mereka. Apresiasi
harus terus diberikan untuk menumbuhkan semangat belajar lebih baik walau hanya lewat kata-kata
atau acungan jempol.
Ada beberapa pertanyaan lucu, “Bu Guru gunungnya besar atau kecil, gunungnya satu atau dua?”
“He he gunungnya boleh satu, boleh dua, atau boleh baanyak!” jawabku sambil senyum.
“Bu guru gambar aku bagus tidak?” tanya Nindi.
“Wow, bagus-bagus!” ucapku sambil memberkan jempolku.
“Ah bu guru, yang bener bagus tidak?” tanya Nindi lagi.
“Betul sayaaang, apalagi kalau diberi warna waah pasti tambah bagus!” jawabku terus memuji dan
memotivasi.
Di pojok Raja lagi menggambar sambil kuriwel-kuriwel pencil. Kucoba menghampirinya. Memperhatikan
apa yang dia kerjakan. Kemudian menanyakan, “bagaimana Raja bisa menggambarnya?”
“Bisa Bu Guru, tidak apa-apa yah gambarku jelek?”ungkap Raja sambil memperlihatkan gamabrnya.
“Kata siapa jelek, kata bu guru mah bagus ko?” ucapku.
“He he bener bu guru?” tanyanya lagi sambil kelihatan merasa bahagia.
“Betul, kita kan lagi belajar. Kurang bagus mah wajar. Kalau sudah bagus ngapain belajar, he he. Betul
kan, Raja?” ungkapku kepada anak kecil yang lucu.
Begitulah suasana belajar menerapkan P5 di kelas satu. Semoga anak-anak senang. Mungkin masih
banyak kekurangan bagiku dalam proses ini. Kalaupun demikian sangat wajar karena baru pertama kali
menerapkan.
Semoga apa yang dilakukan sekarang, sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki proses ke depannya.
Dari pada tidak mencoba menerapkannya. Berusaha mencoba, ada bahan evaluasi untuk perbaikan.
Kalau tidak mencoba, apa yang bisa dievaluasi.
Comment Closed: Mengamati terjadinya Longsor
Sorry, comment are closed for this post.