KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mengamati terjadinya Longsor

    Mengamati terjadinya Longsor

    BY 22 Des 2022 Dilihat: 55 kali

    Oleh : Nyi Ai Tita

    Hari kedua peserta didik belajar mengenai manfaat menanam. Mereka diajak ke kebun sekolah. Di sana

    mereka memperhatikan bagaimana gunung atau bukit yang tidak memiliki tanaman.

    Tiba-tiba datang hujan apalagi hujannya besar disertai kilat. Tanah yang tadinya kokoh sedikit-sedikit

    tanah tersebut turun ke bawah. Karena tidak ada penahan, maka terjadilah longsor. Apalagi kalau di kaki

    gunung tersebut ada rumah. Tak terbayangkan pastinya duka melanda.

    Untuk menghindari itu semua. Mulai sekarang harus rajin menanam. Begitu juga gunung tidak boleh

    ditebang pohonnya. Untuk menghindari terjadinya bencana alam.

    Setelah praktik anak-anak diajak komunikasi lewat tanya jawab. Mereka antusias sekali. Bisa memahami

    bagaimana kalau dataran tinggi tidak ada pohonnya terutama ketika datang musim hujan.

    Setelah praktek mereka masuk ke kelas masing-masing dengan membawa pengalaman melihat dan

    merasakan pembelajaran tersebut. Tidak lupa mencuci tangan dan merapikan sandal yang barusan

    dipakai.

    Mereka diberi kesempatan untuk minum. Setelah istirahat sejenak melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu

    merefleksi apa yang mereka lihat dan mereka lakukan melalui menggambar.

    Apa yang dilakukan ternyata sangat menyenangkan. Ketika diberi waktu untuk menggambar dengan

    suka ria mereka bilang, “Asyiik menggambar!”

    Ada juga yang bertanya, “Bu guru, gunungnya gundul yah?”

    “Becul-becul!” jawabku sambil senyum dan memberikan jempol.

    Namanya peserta didik kelas satu, tentu dari segi gaya bicara harus mengikuti gaya mereka. Apresiasi

    harus terus diberikan untuk menumbuhkan semangat belajar lebih baik walau hanya lewat kata-kata

    atau acungan jempol.

    Ada beberapa pertanyaan lucu, “Bu Guru gunungnya besar atau kecil, gunungnya satu atau dua?”

    “He he gunungnya boleh satu, boleh dua, atau boleh baanyak!” jawabku sambil senyum.

    “Bu guru gambar aku bagus tidak?” tanya Nindi.

    “Wow, bagus-bagus!” ucapku sambil memberkan jempolku.

    “Ah bu guru, yang bener bagus tidak?” tanya Nindi lagi.

    “Betul sayaaang, apalagi kalau diberi warna waah pasti tambah bagus!” jawabku terus memuji dan

    memotivasi.

    Di pojok Raja lagi menggambar sambil kuriwel-kuriwel pencil. Kucoba menghampirinya. Memperhatikan

    apa yang dia kerjakan. Kemudian menanyakan, “bagaimana Raja bisa menggambarnya?”

    “Bisa Bu Guru, tidak apa-apa yah gambarku jelek?”ungkap Raja sambil memperlihatkan gamabrnya.

    “Kata siapa jelek, kata bu guru mah bagus ko?” ucapku.

    “He he bener bu guru?” tanyanya lagi sambil kelihatan merasa bahagia.

    “Betul, kita kan lagi belajar. Kurang bagus mah wajar. Kalau sudah bagus ngapain belajar, he he. Betul

    kan, Raja?” ungkapku kepada anak kecil yang lucu.

    Begitulah suasana belajar menerapkan P5 di kelas satu. Semoga anak-anak senang. Mungkin masih

    banyak kekurangan bagiku dalam proses ini. Kalaupun demikian sangat wajar karena baru pertama kali

    menerapkan.

    Semoga apa yang dilakukan sekarang, sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki proses ke depannya.

    Dari pada tidak mencoba menerapkannya. Berusaha mencoba, ada bahan evaluasi untuk perbaikan.

    Kalau tidak mencoba, apa yang bisa dievaluasi.

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mengamati terjadinya Longsor

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021