Literasi berasal dari kata ‘literate” yang berarti melek huruf atau terpelajar (Digital English Dictionary). Difinisi literasi menurut www.komunikasipraktis.com adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Sementara istilah literasi dalam bahasa Latin disebut sebagai literatus yang artinya adalah orang yang belajar. Ada sembilan macam literasi yang perlu dikembangkan dalam kehidupan yang makin kompleks ini, yaitu: kesehatan, finansial, digital, data, kritikal, visual, teknologi, statistik, informasi. Literasi merupakan kunci manusia untuk berproses menjadi manusia yang lebih berpengetahuan dan berperadaban melalui proses belajar tanpa henti dan melibatkan aktifitas membaca (iqro).
Sayangnya, sampai saat ini paling tidak, membaca belum menjadi budaya Indonesia. Pemerintah sudah membuka jalan untuk mengembangkan budaya literasi di Indonesia dengan mengampanyekan dan menyosialisasikan kegiatan literasi ini terutama lewat bidang pendidikan.
Sebagai insan pendidikan saya mendapat amanah untuk mengembangkan literasi di lingkungan sekolah. Maka di sekolah saat ini program literasi menjadi sesuatu yang wajib dengan berbagai macam bentuk dan ragam kegiatannya. Persoalannya adalah program ini tidak diusung dengan persiapan yang matang. Misalnya pada kegiatan sosialisasi tidak disebutkan pengertian literasi, tujuan, dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh warga sekolah yang meliputi guru, karyawan, dan siswa. Hal ini menimbulkan keberagaman masalah, sebagai contoh adalah kurang termotivasinya warga sekolah dalam mengikuti program literasi. Kemudian bagaimana kelanjutan program yang sesungguhnya mulia dan diharapkan mempunyai daya ubah yang besar bagai perbaikan bangsa ini menuju masyarakat yang terpelajar, tangguh, berdaya saaing tinggi dan sejahtera adil dan makmur. Dari mana sesungguhnya kita akan memulai pembenahan ini?
Sebagai bahan renungan, menurut Republika, sebagaimana dikutip Shiq4.wordpress.com., Indonesia, diantara 61 negera yang memiliki daftar literatur, berada diurutan no 60. Artinya minat baca masyarakat kita masih cukup rendah. Dan ini membutuhkan upaya terencana untuk meningkatkan minat baca sehingga indeks literasi Indonesia meningkat di mata dunia.
Berikut ini adalah serangkaian upaya agar program ini bisa diterima dengan penuh semangat dan berdaya guna bagi pemberdayaan masyarakat terutama kalangan terpelajar dan warga sekolah dan menjadi pelopor bagi anggota masyarakat yang lain.
Sosialisasikan tentang dahsyatnya manfaat dan pengaruh kebiasaan membaca dengan maksimal.
Membaca (iqro) adalah wahyu pertama, perintah langit yang diturunkan malaikat Jibril kepada manusia pilihan, Muhammad Saw. Mungkin dalam benak kita sempat menanyakan, mengapa tidak perintah sholat yang jelas-jelas sebagai amalan yang akan dihisab pertama? Ternyata iqro menjadi peletak dasar sahnya amalan-amalan lainnya. Artinya letakkan ilmu sebelum amal.
Termasuk dua kebiasaan yang menentukan nasib suatu bangsa atau seseorang, Anda adalah apa yang anda baca. Thremendes John, seorang pakar motivasi dunia pernah menyatakan bahwa ada dua kebiasaan yang akan memengaruhi kehidupan seseorang sepuluh atau lima belas tahun mendatang, yaitu buku apa yang anda baca dan dengan siapa anda mengahabiskan waktunya. Ternyata pengaruh dari dua aktivitas ini sangat luar biasa, sampai mampu mempengaruhi habit, kebiasaan seseorang. Maka berhati-hatilah dalam memilih bacaan dan teman.
Lihatlah dampak kemajuan bagi bangsa yang mempunyai budaya membaca. Fakta menunjukkan bahwa negara atau bangsa yang memiliki budaya membaca yang baik, akan tumbuh dengan pesat kemajuannya. Amerika dan Eropa serta Jepang bisa menjadi inspirasi bagaimana mereka bisa menjadi negara maju.
Buat master plan, rencana atau program baik pendek, menengah maupun panjang tentang kegiatan literasi ini mau diprogram seperti apa? Buat juga regulasi atau aturan tentang program literasi, seperti : buku apa yang direkomendasikan bagi siswa untuk dibaca pada tahap awal program, tengah dan akhir tahun ajaran dan akan dievaluasi setiap akhir tahun ajaran.
Ketersediaan fasilitas atau layanan buku dan bahan bacaan lain yang selalu up date baik dari segi jumlah maupun judul sesuai dengan kecenderungan minat baca dan kebutuhan warga sekolah.
Adakan pemberian apresiasi bagi warga sekolah yang paling rajin berkunjung ke perpustakaan dan paling banyak judul buku yang dibaca selama satu semester sekali. Hal ini semoga dapat memotivasi warga sekolah untuk tetap membaca.
Adakan lomba meresensi buku dan mempresentasikan di depan siswa pada saat upacara atau momen hari besar seperti hari pendidikan nasional, bulan bahasa untuk menjaga semangat membaca agar menjadi pembiasaan dan karakter.
Mudahkan akses warga sekolah untuk mendapatkan buku atau bahan bacaan di lingkungan sekolah. Misalnya yang selama ini sudah diupayakan pihak perpustakaan. Dan ini perlu ditingkatkan jumlah sudut baca (reading corner) di tempat-tempat yang strategis dan nyaman.
Seiring dengan perkembangan dan gaya hidup generasi milenial, harus terus menerus diupayakan penggunaan aplikasi e-library untuk memudahkan para pengguna dalam mengakses buku bacaan di mana dan kapan pun warga sekolah berada.
Profil Penulis
Hidayat Adi Firmanto, pengajar di sebuah SMP di Tegal. Sejak tahun 2021, penulis banyak belajar di Komunitas Menulis yang pernah diikuti. Penulis bisa dihubungi lewat FB Hidayat Adi Firmanto, IG @hidayataf_70 dan email hidayatadifirmanto@gmail.com.
Comment Closed: Mengapa Harus Literasi?
Sorry, comment are closed for this post.