KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Menghilang Sejenak

    Menghilang Sejenak

    BY 29 Des 2022 Dilihat: 191 kali

    Oleh : Gayuh Rahayu Utami

    Satu bulan yang lalu mengalami kejadian yang menurut saya tidak biasa. Tepat hari Selasa sore sebelum ke tempat mengajar ngaji di kawasan Kostrad Singosari mempir ke masjid terlebih dahulu untuk melaksanakan sholat ashar. Di tengah kesibukan mengajar mengaji metode ummi, ada amanah lain yang saya pegang. Salah satunya adalah amanah tweet harian dan tweet storm setiap akhir pekan. Senjata yang berupa ponsel pintar saat ini bagi saya adalah suatu kebutuhan untuk menyampaikan opini Islam di tengah kondisi hari ini yang begitu rusak dari segala sisi. 

    Selesai sholat ashar langsung menuju ke Kostrad yang tidak jauh dari masjid. Di sini lah saya mengajar anak-anak ketika sore hari. Bertemu dengan mereka rasanya senang sekali dan bersyukur melihat wajah anak-anak yang begitu antusias dan semangat serta sebagai obat ketika suasana lagi suntuk bin penat. Mereka lucu-lucu dan menggemaskan kadang ya begitu ada yang hiperaktif dan butuh ditegasi. Karakter anak berbeda-beda sehingga bisa diambil pelajaran bahwa setiap anak adalah istimewa dan mempunyai potensi yang membutuhkan perhatian serta pengarahan untuk lebih terasah potensi yang dimiliki oleh anak. 

    Ketika pulang dari Kostrad. Di rumah membuka tas saya untuk coba cek barang karena merasa agak ringan. Bolak balik saya gledah ternyata ponsel saya tidak ada di tas. Ku coba ingat-ingat apa mungkin ketinggalan di Kostrad, namun mau tanya juga nggak hafal nomor ponsel wali santri yang rumahnya ketempatan buat mengaji. Kemudian pinjam ponsel ibu saya untuk menghubungi nomor ponsel saya barangkali ketinggalan di masjid. Pikiran mulai agak panik karena nomor saya masih bisa dihubungi dan tersambung sampai malam hari. Akan tetapi sama sekali tidak ada yang mengangkat telepon. 

    Rasa cemas mulai mendera. Banyak sekali data penting untuk menyelesaikan amanah dan menyimak tilawah lewat ponsel sampai terbawa tidur berharap masih rezeki jika ada yang menemukan ponsel saya. 



    Tepat masih suasana subuh, ada nomor tak dikenal yang menghubungi nomor ponsel ibu saya. Langsung saja saya angkat. Alhamdulillah masih rezeki. Ternyata takmir masjid yang menemukan ponsel saya. Perasaan cemas menjadi hilang dan ditemukan oleh orang yang amanah. Akhirnya agak siang setelah mengajar mengaji di wilayah kota Malang, langsung menuju rumah takmir masjid dan menemui istrinya yang memang belum kenal sama sekali dengan beliau. Untungnya rumah Pak Takmir tidak jauh dari masjid. Dari situ lah saya kenal dengan istrinya sebut saja Bu Fatimah. Beliau terlihat sederhana dan mempunyai mental qana’ah yang kuat. 

    Akhirnya ponsel saya kembali dengan selamat tanpa ada kecacatan. Alhamdulillah Allah mempertemukan saya dengan orang baik seperti Bu Fatimah. Yakinlah bersama ada kesulitan ada kemudahan. Dibalik kecemasan yang melanda ada berbagai hikmah di dalamnya. Yakinlah bahwa jika kita ingin dilindungi Allah maka jangan pernah lelah untuk berbuat kebaikan dan jangan bosan untuk berbenah diri. Janji Allah itu pasti. Allah meneguhkan kedudukan hamba-Nya jika menolong agama Allah. 


    Bagikan ke

    Comment Closed: Menghilang Sejenak

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021