KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Menghitung Ulang Nikmat

    Menghitung Ulang Nikmat

    BY 27 Jul 2025 Dilihat: 18 kali
    Menghitung Ulang Nikmat_alineaku

    “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa nikmat Tuhanmu datang tanpa pernah kau minta; dan seringkali justru lupa kau syukuri?”

    Tahun ini kembali menepi. Seperti perahu kecil yang diam-diam ditarik angin menuju dermaga. Waktu berjalan perlahan, lalu tiba-tiba terasa begitu cepat. Tidak terasa, kita kembali berdiri di ambang waktu, di antara dua tahun yang saling bertukar peran. Tahun lama mengemas cerita. Tahun baru mengetuk harap.

    Langit malam ini lebih hening dari biasanya. Seperti sedang memberi ruang untuk kita berbincang dengan diri sendiri, lebih jujur dari biasanya.

    “Ada waktu dalam hidup ketika kita tidak diminta berlari lebih cepat, melainkan diajak berhenti sejenak; untuk menghela napas dalam-dalam, menghitung kembali nikmat yang sering luput, meninjau ulang arah langkah, dan menyadari bahwa selama ini kita bukan kekurangan, tapi terlalu sering melupakan rasa syukur.”

    Aku duduk sendiri merenung, ditemani secangkir teh hangat dan mata yang nyaris basah. Karena tersadarkan; bahwa  aku punya segalanya. Alhamdulillah ya Robb.

    Segala yang pernah aku nanti, telah datang. Segala yang pernah aku tangisi, perlahan menemukan jawaban. Dan segala yang aku butuhkan, seringkali sudah disiapkan, bahkan, sebelum sempat aku memintanya.

    “Kenapa aku sering lupa?”

    Sayup-sayup terdengar jawaban, pelan tapi menohok; “Karena terlalu sibuk mengejar, hingga lupa mensyukuri yang sudah digenggam.”

    “Allah… aku malu.” 

    “Malu karena sering meminta, tapi jarang mengucap terima kasih.”

    “Malu karena terlalu sering merengek saat kehilangan, tapi lalai bersujud saat diberi kelebihan”

    “Malu karena selalu memohon perlindungan, tapi tetap mendekati dosa”

    “Malu, Ya Allah… karena kadang aku hidup seolah Engkau bukan segalanya.”

     

    Refleksi Diri yang Menyentak

    Mata ini mendadak basah, saat membuka album lama di ponsel. Terpampang foto-foto; anak-anak yang sehat, sahabat yang baik, momen-momen indah yang dulu hanya doa.

    Air mata ini jatuh, karena malu.

    Selama ini, aku sibuk menuliskan keinginan di atas kertas, tapi lupa bahwa banyak dari mereka sudah dikabulkan; tanpa perlu aku mengucapkannya.

    Tiba-tiba diri ini sadar, terlalu sering berdoa untuk sesuatu yang besar; hingga lupa bersyukur atas detak jantung yang terus berdetak tanpa perintah.

    Bukankah hidup ini sendiri adalah jawaban dari doa yang belum sempat aku ucapkan?

    Menuliskan Ulang Makna Hidup

    Tahun baru ini, aku tidak ingin sekadar membuat daftar resolusi. Aku ingin menuliskan ulang makna hidup ini. Aku ingin memulai semuanya dari hal yang paling hakiki: kembali pada Allah.

    Karena di puncak kekuatan sekalipun, aku tetap makhluk yang sangat bergantung pada-Nya. Maka, tahun ini aku ingin; lebih banyak bersyukur daripada meminta.

    “Lebih banyak memberi daripada menuntut; lebih banyak dzikir daripada mengeluh; lebih banyak mencintai daripada menghakimi; lebih banyak memaafkan daripada menyimpan dendam; lebih banyak mendengarkan suara hati, daripada sibuk memenuhi ekspektasi dunia; lebih banyak menundukkan pandangan, daripada sibuk membandingkan hidup dengan orang lain; lebih banyak menulis dan merekam kebaikan, daripada mengumbar keluh dan menyebar kecewa; dan; lebih banyak mengingat akhir daripada terlena pada dunia yang fana.”

     

    Satu Doa, Seribu Harap

    Tepat saat adzan Maghrib menyambut tahun baru Hijriah, aku hanya mampu menutup mata dan berbisik dalam pada sang bumi agar harap ini sampai ke ArsyNya Allah: “Duhai Allah, jangan biarkan aku jadi orang yang kufur di tengah limpahan nikmat-Mu.”

    “Jangan biarkan aku jadi orang yang merasa memiliki segalanya, padahal tidak membawa apa-apa saat kembali kepada-Mu.”

    Tahun ini, bukan lagi bicara tentang seberapa banyak pencapaian. Tapi seberapa dalam rasa syukur ini tersampaikan. Bukan lagi tentang seberapa jauh aku berlari, tapi seberapa sering aku berhenti, untuk bersujud. Karena pada akhirnya, hidup bukan tentang menambah usia, tapi menambah makna.

    Dan kini aku tahu, bahagia sejati itu bukan ketika semua doa dikabulkan, Tapi ketika hati mampu ikhlas saat doa belum juga dijawab. 

     

    Bisa jadi; disitulah Allah paling dekat. Di sela sabar yang menyesak. Di dalam sujud yang menggetarkan. Dan di balik rindu yang belum sempat dikisahkan.

    Selamat Tahun Baru Hijriah. Berhijrah; bukan sekadar berpindah angka, tapi berpindah dari lalai menjadi sadar. Dari sibuk mengejar dunia, menjadi sibuk menyiapkan pulang.💕💞💝

     

    Bogor, 27 Juni 2025

     

     

    Kreator : Nurul Jannah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Menghitung Ulang Nikmat

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021