Sapaan digital dari dalam tasku menghentikan laju motor matic kesayanganku. Sign kiri dan aku pun berhenti di bawah terik matahari Mojokerto yang seakan membakar kulit.
“Assalamualaikum,” jawabku merespon sapaan maya itu.
“Deal, Ma. Aku boleh pesiar hari ini,” sahut suara di ujung sana dengan penuh semangat tanpa menjawab salamku.
“Alhamdulillah… Deal kita liburan,” jawabku dengan sangat bahagia.
“Dijemput jam berapa?” tanyaku.
“Ndak usah, Ma. Aku bareng Rio. Kami apel jam empat, keluar asrama paling jam setengah lima.” jawab Seno, sang taruna politeknik pelayaran yang juga pendaki gunung, dengan penuh semangat.
“Sip lah …,” jawabku “Hati-hati ya…sampai jumpa di rumah,”
“Okay Ma…Wassalamualaikum.” jawabnya penuh semangat.
Masih di bawah terik matahari, aku kirim voice note ke wa grup keluarga kecilku, dengan suara penuh keceriaan.
“Seno jadi dapat pesiar sore ini. So, deal kita liburan,”
Cepat-cepat aku hidupkan mesin motor dan kupacu lebih cepat lagi untuk segera sampai rumah. Tidak sabar aku untuk menyiapkan makan malam yang akan kami nikmati berempat. Menu special favorit keluargaku, sambelan dengan sayur kangkung dan ikan klotok serta dadar telur yang tebal.
***
Saat yang kutunggu pun tiba. Mobil sedan putih Papa Rio masuk ke halaman rumah kami yang cukup lapang untuk putar balik mobil sedan mungil itu. Seno muncul dalam balutan seragam pakain dinas pesiar yang full press body sehingga terlihat betapa sempurna ciptaanNya. Si sedan putih keluar dari halaman rumah kami bersamaan dengan masuknya Mas Bima, sang sarjana teknik kimia, pulang dari kerja. Wajah dua jejaka tampanku tampak sangat berbinar menyambut weekend kali ini. Setelah saling sapa dan berjabat tangan mereka langsung membahas rencana wisata besok.
“Lihat, ini tempat wisata yang bagus dan ndak jauh,” katanya dengan penuh antusias sambil menyalakan handphone barunya. Seno pun bergegas melihatnya, namun suara adzan magrib menghentikan pertemuan itu.
“Ayo ke musala dulu. Nanti dilanjutkan,” pintaku.
“Iya, Buk. Tak mandi dulu sebentar,” Kata Mas Bima yang memang selalu cepat dalam banyak hal.
“Aku ya tak ganti baju dulu,” kata Seno.
“Ayah dan Ibu berangkat dulu ya. Jangan lupa nanti dikunci pintunya” kata Ayah sambil memakai kopyah putih kemanggaanya.
“Iya, Yah,” jawab mereka serentak.
***
Meja makan dengan menu andalan menjadi ajang diskusi yang hangat untuk merencanakan liburan yang sudah lama kami impikan. Kami berbagi mimpi akan tempat-tempat yang ingin kami kunjungi. Diskusi yang penuh kebahagiaan.
“Cari tempat yang sejuk segar, Dik,” kata Ayah yang selalu memanggil Dik pada anak-anak kami.
“Gunung ya, berarti? Gimana kalo ke Ijen. Lihat blue fire?” kata Dik Seno.
“Ibuk gimana? Tinggi loh itu,” sahut Mas Bima.
“Dinaikkan grobak,” kata Seno sambil menunjukan grobak yang mengangkut wisatawan di Ijen yang dia sempat browsing.
“Boleh. Ibumu pasti kuat. Kemaren dah latihan naik Putuk Siwur, 1400 MDPL,” kata Ayah kelihatan menggoda.
“Aku kuatir ndak tahan dinginnya, juga bau belerangnya. Nyengat banget katanya,” kataku penuh kekhawatiran.
“Coba kalian lihat Dieng. Browsing, Dik, Mas! Kalian belum pernah ke sana, kan? Di sana nanti banyak tujuan wisatanya. Ibuk dulu pernah kesana tapi tidak bermalam, jadi hanya dapat mengunjungi tiga tempat wisata saja. Padahal banyak banget tempat wisata yang bagus-bagus,” jelas ku.
Dua anakku mendengarkan sambil memainkan handphone nya. Pasti mereka sedang browsing tentang dataran tinggi Dieng.
“Iya, bagus,” kata Mas Bima.
“Iya Mas, seru kayak e. Ibu juga tidak terlalu ngoyo. Gimana, Yah?” tanya Seno.
“Ayah manut”
“Ya udah, deal Dieng.” kata Mas Bima.
“Berangkat jam berapa? Jauh lo. Perjalanan sekitar enam jam,” kataku.
“Pagi aja, sebelum subuh. Biar sampai sana nanti tidak terlalu siang,” kata Ayah.
“Ya udah kalo gitu segera packing dan istirahat,” kataku.
“Iya, Buk. Besok aku BBM-nya,” kata Mas Bima.
“Aku bayar tol dan hotelnya. Ibuk konsumsinya,” kata Ayah sambil tersenyum seolah bercanda.
“Siapa takut,” sahutku dengan nada gembira
“Aku bagian nyetir,” kata Seno dengan lucunya.
Kami semua sepakat bahwa Dieng adalah pilihan terbaik. Perpaduan keindahan alam, budaya, dan udara yang dingin membuat kami yakin, liburan kali ini akan menjadi kenangan tak terlupakan. Kami sudah tidak sabar untuk memulai petualangan baru di Dataran Tinggi Dieng – Wonosobo – Jawa Tengah.
Kreator : Kumbini Kundhaliniwati
Comment Closed: Mengukir Bahagia di Negeri di Atas Awan (chapter 1)
Sorry, comment are closed for this post.