KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Mengukir Bahagia di Negeri di Atas Awan (chapter 1)

    Mengukir Bahagia di Negeri di Atas Awan (chapter 1)

    BY 31 Agu 2025 Dilihat: 11 kali
    Mengukir Bahagia di Negeri di Atas Awan_alineaku

    Sapaan digital dari dalam tasku menghentikan laju motor matic kesayanganku. Sign kiri dan aku pun berhenti di bawah terik matahari Mojokerto yang seakan membakar kulit.

    “Assalamualaikum,” jawabku merespon sapaan maya itu.

    Deal, Ma. Aku boleh pesiar hari ini,” sahut suara di ujung sana dengan penuh semangat tanpa menjawab salamku.

    “Alhamdulillah… Deal kita liburan,” jawabku dengan sangat bahagia.

    “Dijemput jam berapa?” tanyaku.

    Ndak usah, Ma. Aku bareng Rio. Kami apel jam empat, keluar asrama paling jam setengah lima.” jawab Seno, sang taruna politeknik pelayaran yang juga pendaki gunung, dengan penuh semangat.

    “Sip lah …,” jawabku “Hati-hati ya…sampai jumpa di rumah,”

    “Okay Ma…Wassalamualaikum.” jawabnya penuh semangat.

    Masih di bawah terik matahari, aku kirim voice note ke wa grup keluarga kecilku, dengan suara penuh keceriaan.

    “Seno jadi dapat pesiar sore ini. So, deal kita liburan,” 

    Cepat-cepat aku hidupkan mesin motor dan kupacu lebih cepat lagi untuk segera sampai rumah. Tidak sabar aku untuk menyiapkan makan malam yang akan kami nikmati berempat. Menu special favorit keluargaku, sambelan dengan sayur kangkung dan ikan klotok serta dadar telur yang tebal.

    ***

     

    Saat yang kutunggu pun tiba. Mobil sedan putih Papa Rio masuk ke halaman rumah kami yang cukup lapang untuk putar balik mobil sedan mungil itu. Seno muncul dalam balutan seragam pakain dinas pesiar yang full press body sehingga terlihat betapa sempurna ciptaanNya. Si sedan putih keluar dari halaman rumah kami bersamaan dengan masuknya Mas Bima, sang sarjana teknik kimia, pulang dari kerja. Wajah dua jejaka tampanku tampak sangat berbinar menyambut weekend kali ini. Setelah saling sapa dan berjabat tangan mereka langsung membahas rencana wisata besok.

    “Lihat, ini tempat wisata yang bagus dan ndak jauh,”  katanya dengan penuh antusias sambil menyalakan handphone barunya. Seno pun bergegas melihatnya, namun suara adzan magrib menghentikan pertemuan itu. 

    “Ayo ke musala dulu. Nanti dilanjutkan,” pintaku.

    “Iya, Buk. Tak mandi dulu sebentar,” Kata Mas Bima yang memang selalu cepat dalam banyak hal.

    “Aku ya tak ganti baju dulu,” kata Seno.

    “Ayah dan Ibu berangkat dulu ya. Jangan lupa nanti dikunci pintunya” kata Ayah sambil memakai kopyah putih kemanggaanya.

    “Iya, Yah,” jawab mereka serentak.

    ***

     

    Meja makan dengan menu andalan menjadi ajang diskusi yang hangat untuk merencanakan liburan yang sudah lama kami impikan. Kami berbagi mimpi akan tempat-tempat yang ingin kami kunjungi. Diskusi yang penuh kebahagiaan. 

    “Cari tempat yang sejuk segar, Dik,” kata Ayah yang selalu memanggil Dik pada anak-anak kami.

    “Gunung ya, berarti? Gimana kalo ke Ijen. Lihat blue fire?” kata Dik Seno.

    “Ibuk gimana? Tinggi loh itu,” sahut Mas Bima.

    “Dinaikkan grobak,” kata Seno sambil menunjukan grobak yang mengangkut wisatawan di Ijen yang dia sempat browsing.

    “Boleh. Ibumu pasti kuat. Kemaren dah latihan naik Putuk Siwur, 1400 MDPL,” kata Ayah kelihatan menggoda.

    “Aku kuatir ndak tahan dinginnya, juga bau belerangnya. Nyengat banget katanya,” kataku penuh kekhawatiran. 

    “Coba kalian lihat Dieng. Browsing, Dik, Mas! Kalian belum pernah ke sana, kan? Di sana nanti banyak tujuan wisatanya. Ibuk dulu pernah kesana tapi tidak bermalam, jadi hanya dapat mengunjungi tiga tempat wisata saja. Padahal banyak banget tempat wisata yang bagus-bagus,” jelas ku.

    Dua anakku mendengarkan sambil memainkan handphone nya. Pasti mereka sedang browsing tentang dataran tinggi Dieng.

    “Iya, bagus,” kata Mas Bima.

    “Iya Mas, seru kayak e. Ibu juga tidak terlalu ngoyo. Gimana, Yah?” tanya Seno.

    “Ayah manut

    “Ya udah, deal Dieng.” kata Mas Bima.

    “Berangkat jam berapa? Jauh lo. Perjalanan sekitar enam jam,” kataku.

    “Pagi aja, sebelum subuh. Biar sampai sana nanti tidak terlalu siang,” kata Ayah.

    “Ya udah kalo gitu segera packing dan istirahat,” kataku.

    “Iya, Buk. Besok aku BBM-nya,” kata Mas Bima.

    “Aku bayar tol dan hotelnya. Ibuk konsumsinya,” kata Ayah sambil tersenyum seolah bercanda.

    “Siapa takut,” sahutku dengan nada gembira

    “Aku bagian nyetir,” kata Seno dengan lucunya.

    Kami semua sepakat bahwa Dieng adalah pilihan terbaik. Perpaduan keindahan alam, budaya, dan udara yang dingin membuat kami yakin, liburan kali ini akan menjadi kenangan tak terlupakan. Kami sudah tidak sabar untuk memulai petualangan baru di Dataran Tinggi Dieng – Wonosobo – Jawa Tengah.

     

     

    Kreator : Kumbini Kundhaliniwati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Mengukir Bahagia di Negeri di Atas Awan (chapter 1)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021