Penulis : Dudi Safari (Member KMO Alineaku)
Mengkritisi peribahasa “kasih ibu sepanjang masa kasih anak sepanjang galah.”
Peribahasa itu tak sepenuhnya benar, juga tak sepenuhnya salah karena untuk mengukur kadar kasih sayang orang tua terhadap anak ataupun sebaliknya, kita harus mengumpulkan fakta dan data yang jelas, agar saat kita membuat satu pernyataan, berkesesuaian dengan fakta yang ada.
Artinya, objektivitas dari pernyataan itu bisa dipertanggungjawabkan karena adanya data.
Jangan-jangan peribahasa itu lahir sepihak hanya dari pihak orang tua saja.
Untuk meneliti dan menganalisa kadar cinta orang tua terhadap anak-anaknya. Secara umum kita bisa melihat dari data-data yang bisa kita kumpulkan berupa informasi yang mengungkap sejauh mana fakta kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya.
Secara naluri sebagai orang tua adalah melindungi buah hatinya sampai turun istilah “segala-galaknya macan tidak pernah memangsa anaknya sendiri.”
Istilah tersebut merupakan perbandingan antara macan sebagai hewan liar yang ganas dan orang tua sebagai manusia yang beradab, namun di saat tertentu terhadap anak mereka, mereka penuh dengan kasih sayang.
Dari mulai proses mengandung kemudian melahirkan, membesarkan anak mereka dengan penuh kasih sayang, menjilati bulu-bulu kecil anaknya, memberi makan dari hasil buruannya, menyusuinya dan seterusnya. Anak-anak mereka diberi pelajaran bagaimana cara mencari mangsa.
Biasanya peribahasa tadi sering digunakan untuk memperbandingkan seseorang dengan hewan.
Faktanya orang tua seringkali lebih tega daripada seekor macan, mereka tega menggugurkan kandungan mereka, tega membuang bayinya.
Mereka tega membunuh bayi setelah kelahirannya semua itu didasari rasa malu.
Pernah ada seorang ibu yang memiliki dua orang anak kemudian dia bunuh kedua anaknya tersebut dengan cara meminum racun dan dia pun bunuh diri.
Seperti yang dikutip dari detikJabar, seorang ibu di Garut nekat mengakhiri hidup usai membunuh dua anaknya. Insiden itu dipicu cemburu buta karena dia menilai suaminya memiliki wanita idaman lain (WIL).
Dia adalah Lentina Dora Hutasoit (29). Lentina ditemukan tewas bersama dua anaknya Dusty (5) dan Rivaldo (11 bulan) di sebuah rumah kontrakan yang berada di Perumahan Jati Putra, Desa Cibunar, Tarogong Kidul, pada Sabtu (16/4/2022).
Bahkan Allah dalam surat at-Tin berfirman,
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,”(4)
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,”(5)
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.”(6)
Allah mencoba menggambarkan bagaimana perangai seorang manusia yang tercipta dengan struktur tubuh yang bagus dan akal yang sempurna, kemudian karena kelakuan mereka sendiri maka mereka menjadi jatuh, sejatuh-jatuhnya.
Tetapi Allah membuat pengecualian bagi orang-orang tertentu saja diantaranya orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
bahwasanya selain itu mereka tetap terjebak bahkan lebih sesat daripada binatang.
Dengan fakta ayat tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya tidak semua orang tua bisa berlaku ideal atau baik.
Ya, memang idealnya orang tua itu adalah seorang yang kasih sayang terhadap anaknya, tapi fakta-fakta tersebut bisa berubah.
Prasangka bahwa orang tua memiiki rasa kasih sayang lebih daripada anak, itu semua idealnya. Seperti yang telah Allah dan rasul-Nya petakan.
Bahwasanya pengorbanan seorang ibu ketika melahirkan, sebelumnya mengandung dan ayah yang menghidupi keluarga.
Rela, ikhlas tanpa untuk menghidupi keluarga itulah idealnya.
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh maka bagi mereka balasan pahala yang telah disediakan bukan celaan.
Kemudian bagaimana pula kadar cinta seorang anak terhadap orang tuanya?
Banyak perintah Allah dan rasul-Nya, agar anak berbakti kepada kedua orang tuanya selama orang tua itu tidak melanggar perintah-perintah Allah dan rasul-Nya.
Tapi dalam kehidupan sosial, seorang anak tetap haruslah berteman dan menghormati kedua orang tuanya.
Untuk mengukur kadar kecintaan seorang anak, seperti banyak digambarkan oleh peribahasa di atas bergantung anaknya apakah dia mendapatkan pendidikan agama yang baik sehingga dia baik-baik terhadap kedua orang tuanya atau mereka sama sekali tidak terdidik dalam agamanya tidak mempunyai norma pengetahuan sehingga mereka sama sekali tidak menghormati kedudukan orang tuanya.
Sejatinya tidaklah beda kadar cinta seorang tua terhadap anaknya dan seorang anak terhadap orang tuanya.
Jika mereka memosisikan diri sebagai hamba Allah, maka mereka akan merujuk setiap perilaku kehidupan mereka itu kepada aturan-aturan yang telah Allah dan rasul-Nya gariskan.
Tidak ada orang tua yang benci terhadap anaknya juga sebaliknya tidak ada anak yang akan durhaka kepada orang tuanya, keduanya menempati posisinya dan porsinya masing-masing. Dengan kehadiran Allah dan rasul-Nya di tengah-tengah pemahaman mereka.
Pada dasarnya cinta orang tua dan cinta seorang anak sama-sama tulus, tidak ada orang tua yang mencintai anaknya karena terpaksa.
Kasih sayang orang tua, sejatinya benar-benar terus datang dari hati nurani yang paling dalam, begitu pula cinta seorang anak kepada orang tuanya sejatinya adalah benar-benar murni datang dari hati dan datang dari ketergantungan seorang anak kepada orang tuanya, hanya karena pengetahuan yang datanglah akhirnya mempengaruhi cinta dan kasih sayang diantara keduanya.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku,
isi naskah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.”
Comment Closed: Mengukur Kadar Kasih Orang Tua dengan Kadar Cinta Seorang Anak
Sorry, comment are closed for this post.